Kamis, 31 Desember 2020

Kajian Islam Tentang Motivasi Kerja (skripsi dan tesis)


Kesinambungan pengalaman seseorang dalam kehidupan beragama sedikit
demi sedikit semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam kepribadiannya.
Unit itu merupakan suatu organisasi yang disebut “kesadaran beragama” sebagai
hasil peranan fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi dan intelegensi. Motivasi
berfungsi sebagai daya penggerak mengarahkan kehidupan mental. Emosi berfungsi
melandasi dan mewarnainya, sedangkan intelegensi yang mengorganisasi dan
memberi pola. Bagi seseorang yang memiliki kesadaran beragama yang matang,
pengalaman kehidupan beragama yang terorganisasi tadi merupakan pusat
kehidupan mental yang mewarnai keseluruhan aspek kepribadiannya. Kesadaran
beragama merupakan dasar dan arah dari kesigapan seseorang mengadakan
tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangasangan yang
datang dari dunia luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya seperti berpolitik,
berekonomi, berkeluarga, bertani, berdagang, berolah raga, berperang, belajarmengajar
dan bermasyarakat diwarnai oleh sistem kesadaran beragamanya.
Kesadaran beragama tidak hanya melandasi tingkah laku yang tampak, tetapi juga
mewarnai sikap, pemikiran, I’tikad, niat, kemauan dan tanggapan terhadap nilai-nilai
abstrak yang ideal seperti demokrasi, keadilan, pengorbanan, persatuan,
kemerdekaan, perdamaian, dan kebahagiaan (Baharuddin dkk, 2008). Dalam
membentuk kematangan beragama dibutuhkan motivasi untuk menggerakkan serta
mengarahkan kehidupan mental. Oleh karena itu motivasi memiliki peranan penting
dalam menjadikan pribadi yang taat dalam beragama.
Semangat atau motivasi kerja dalam arti luas menyangkut akhlak dalam
pekerjaan, loyalitas dan dedikasi dalam bekerja. Semakin tinggi iman itu maka
semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya
dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi. Artinya, setiap pekerjaan yang kita
lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam rangka beribadah dan pencapaian Ridha
Allah. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang
berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa
berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja
tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Allah telah menjamin
rezeki dalam kehidupan seseorang, namun tidak akan diperoleh kecuali dengan
bekerja atau berusaha. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki adanya etos
23
kerja yang tinggi bagi umatnya dalam memenuhi keinginannya, bukan semata-mata
hanya dengan berdoa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Anfaal Ayat
24:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,
Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
Ayat diatas menjelaskan betapa Islam sangat memotivasi seseorang untuk
bekerja dan berusaha. Islam menuntun setiap orang untuk mendayagunakan semua
potensi dan mengarahkan segala dayanya sekecil apapun. Islam melarang
seseorang mengemis sedangkan ia mempunyai sesuatu yang dapat dimanfaatkan
untuk membuka peluang kerja yang akan mencukupi kebutuhannya. Motivasi adalah
kunci seseorang untuk meraih tujuan yang diharapkan. Hasil dari pekerjaan yang
diselesaikan dengan energi yang positif akan sangat lebih baik jika dibandingkan
dengan bekerja tanpa dorongan yang positif. Seseorang akan menemukan hasil jika
berusaha mencarinya.
Oleh karena itu Allah SWT menegaskan dalam al-Qur’an surat Al-Qashash
Ayat 77, yaitu:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT. Kepada manusia diberikan
potensi (kelebihan) seperti fisik yang sempurna, akal, batin, hati dan perasaan yang
tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain. Itulah sebabnya manusia diwajibkan agar
mencari kebahagiaan dunia akhirat dengan beribadah juga bekerja. Jadi manusia
bekerja bukan hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja, melainkan
juga untuk memenuhi bekal di akhirat. Orang Jawa sering berkata dengan ungkapan
yang singkat tetapi penuh makna, “urip iku mung mampir ngombe”. Artinya hidup dan
kehidupan di dunia itu hanya sementaradan sangat singkat. Hal ini memberikan
arahan bahwa sehabis kehidupan di dunia masih ada kehidupan yang kekal yaitu di
alam akhirat.

Tidak ada komentar: