Tampilkan postingan dengan label Konsultasi Skripsi Jogja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konsultasi Skripsi Jogja. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Oktober 2024

Pengertian Kinerja


Kinerja adalah tindakan dari hasil kerja karyawan. Dalam organisasi
tidak lepas dari kinerja karyawan, kinerja yang baik sangat
berpengaruh terhadap organisasi dan berdampak terhadap perusahaan,
kinerja menjadi salah satu hal yang patut diperhatikan oleh setiap
karyawan, dengan kinerja yang baik, maka karyawan tersebut dapat
menyelesaikan berbagai tugas dengan baik juga, dan dengan kinerja
yang baik dapat membantu karyawan dalam mencapai peningkatan
jabatan, mendapat bonus dari hasil kerja, dan masih banyak lagi.
Kinerja menurut Sutrisno (2016:151) mengemukakan bahwa kinerja
adalah sebagai hasil yang telah di capai seseorang dari kerjanya dalam
melaksanakan aktivitas kerja yang telah diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Karyawan dapat bekerja dengan baik apabila memiliki
kinerja yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik
pula.
Kinerja menurut Susanti dan Palupi (2016) mengemukakan bahwa
keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat mencapai tujuan tidak
hanya bergantung dari sarana dan prasarana yang ada, tetapi dengan
bantuan kinerja karyawan yang dapat mencapai keberhasilan.
Penelitian terdahulu menurut Lydia dan Eddy (2017)
mengemukakan bahwa pekerjaan akan berjalan dengan baik ketika
perusahaan memberikan intensif untuk karyawan, dengan intensif
akan membuat karyawan termotivasi dan lebih semangat untuk
mengerjakan tugas yang diberikan

Jenis-jenis Motivasi


Motivasi tak selamanya berupa positif terkadang ada motivasi yang
bertujuan negatif, hal ini yang dilakukan oleh peneliti untuk meneliti
jenis-jenis motivasi yang terdapat diri seseorang terutama dalam diri
karyawan. Menurut Winardi (2016:5) mengemukakan bahwa
motivasi memiliki 2 jenis yang bersifat positif dan negatif, yakni:

  1. Motivasi Positif
    Motivasi positif sering digunakan orang untuk mengurangi
    rasa cemas dan motivasi positif dapat diartikan sebagai
    pendekatan wortel (the carrot approach) yaitu di mana
    seseorang ketika ditawari sesuatu yang memiliki nilai seperti
    bonus berupa uang, pujian, atau jabatan jika kinerjanya
    memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan
    atau organisasi.
  2. Motivasi Negatif
    Motivasi negatif biasanya disebut sebagai pendekatan
    tongkat pemukul (the stick Approach) di mana karyawan
    yang memiliki kinerja yang tidak memenuhi standar akan
    mendapatkan hukuman seperti di PHK, dapat teguran,
    ancaman diturunkan dari pangkatnya, dengan tujuan untuk
    membuka pemikiran karyawan dalam membangun semangat
    kinerja.
    Menurut Malayu S.P hasibuhan (2016:152) mengemukakan bahwa
    ada 2 jenis motivasi yang ada dalam jenis-jenis motivasi:
  3. Motivasi Positif (intensif positif)
    Motivasi positif pimpinan memotivasi (merangsang)
    bawahan dengan memberikan hadiah kepada karyawan yang
    berprestasi di atas prestasi standar, dengan adanya hadiah
    akan membantu meningkatkan semangat kerja karyawan
  4. Motivasi Negatif
    Motivasi negatif seperti pimpinan memotivasi dengan
    memberikan hukuman untuk karyawan jika prestasinya di
    bawah standar yang telah ditentukan, dengan motivasi
    negatif akan membuat semangat kepada karyawan dalam
    jangka waktu pendek karena takut dihukum

Faktor-faktor Motivasi


Motivasi adalah serangkaian usaha yang membuat karyawan itu mau
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya, dengan adanya
motivasi dapat membentuk pola pikir karyawan, Menurut Saydam dan
Kadarisman dalam (Erri dan Fajrin, 2018) mengemukakan bahwa ada
2 faktor yang terdapat dalam motivasi:

  1. Faktor intern: yaitu terdapat dalam diri karyawan itu sendiri,
    dengan contoh karyawan dapat terlihat sering resah dalam
    bekerja
  2. Faktor ekstern: yaitu berasal dari luar karyawan yang dapat
    mempengaruhi motivsai, faktor lingkungan dalam bekerja
    adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada
    disekitar pegawai yang sedang bekerja dapat mempengaruhi
    pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
    Menurut Sutrisno (2015:116) mengemukakan bahwa ada 2
    faktor yang dapat di bedakan dari motivasi yaitu faktor intern dan
    ekstern yang berasal dari karyawan, adapun faktor sebagai berikut:
  3. Faktor intern:
    a. Keinginan untuk tetap hidup
    b. Keinginan untuk dapat memiliki
    c. Keinginan untuk dapat memperoleh penghargaan
    d. Keinginan untuk dapat memperoleh pengakuan
    e. Keinginan untuk berkuasa
  4. Faktor ekstern:
    a. Kondisi lingkungan kerja
    b. Kompensasi yang memadai
    c. Supervisi yang baik
    d. Status dan tanggung jawab
    e. Peraturan yang fleksibel

Indikator Motivasi


Motivasi sering kali digunakan untuk membantu karyawan
untuk tetap semangat dalam mencapai tujuan bersama, menurut
George dan Jones (dalam Dharmayanti 2015) mengemukakan
bahwa ada 3 indikator motivasi kerja:

  1. Arah perilaku
    Yaitu kemampuan karyawan yang memilih untuk paham
    akan pilihannya dalam mengambil pekerjaan yang dipilih,
    dengan perilaku yang baik akan menunjukkan bahwa
    karyawan tersebut termotivasi dalam bekerja
  2. Tingkat usaha
    Yaitu melihat seberapa besar usaha karyawan dalam bekerja
    di bidang yang dipilihnya, motivasi dapat membantu
    karyawan untuk mau bekerja keras untuk perusahaan dengan
    senang hati.
  3. Tingkat kegigihan
    Yaitu mengacu pada perilaku karyawan yang tetap ingin
    bekerja walaupun dalam bekerja memiliki yang namanya
    masalah, rintangan, dan halangan, kegigihan yang tinggi
    menunjukkan bahwa karyawan memiliki motivasi yang
    tinggi juga

Fungsi motivasi


Motivasi sangat penting dalam sebuah organisasi khususnya
terhadap kinerja karyawan, di mana motivasi merupakan
pendorong bagi karyawan untuk terus memiliki tujuan untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan tersebut. Menurut Wahab
(2015:131) mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi motivasi:

  1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
  2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
  3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Aspek-aspek Loyalitas Karyawan


Menurut Siswanto (2013), aspek-aspek loyalitas karyawan adalah sebagai
berikut :
a. Taat pada peraturan
Setiap kebijakan yang diterapkan dalam organisasi untuk memperlancar dan
mengatur jalannya pelaksanaan tugas oleh manajemen organisasi ditaati dan
dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini akan menimbulkan kedisiplinan yang
menguntungkan organisasi baik intern maupun ekstern.
b. Tanggung jawab pada perusahaan/organisasi
Karakteristik pekerjaan dan pelaksanaan tugasnya mempunyai konsekuensi yang
dibebankan karyawan. Kesanggupan karyawan untuk melaksanakan tugas
sebaik-baiknya dan kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan tugasnya akan
memberikan pengertian tentang keberanian dan kesadaran bertanggungjawab
terhadap resiko atas apa yang telah dilaksanakan.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang
secara invidual.
d. Rasa memiliki
Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap organisasi akan membuat
karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap
organisasi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya
tujuan organisasi.
e. Hubungan antar pribadi
Karyawan yang mempunyai loyalitas kerja tinggi mereka akan mempunyai sikap
fleksibel ke arah tata hubungan antara pribadi. Hubungan antara pribadi ini
meliputi hubungan sosial diantara karyawan, hubungan yang harmonis antara
atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman kerja.
f. Kesukaan terhadap pekerjaan
Organisasi harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap hari
datang untuk bekerjasama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan
pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai indikatornya bisa
dilihat dari : keunggulan karyawan dalam bekerja, karyawan tidak pernah
menuntut apa yang diterimanya diluar gaji pokok.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Karyawan


Menurut Jusuf dalam Endang Tirtana Putra (2018) menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan diantara lain:
a. Faktor Rasional
Merupakan faktor yang menyangkut sesuatu hal hal yang bisa
dijelaskan secara logis, seperti gaji, Reward atau bonus, jenjang karir dan
fasilitas-fasilitas yang diberikan lembaga kepada karyawan.
b. Faktor Emosional
Faktor ini menyangkut perasaan atau ekspresi diri seperti pekerjaan yang
menantang, lingkungan kerja yang mendukung, Perasaan aman karena
perusahaan merupakan tempat bekerja dalam jangka panjang, pemimpin yang
berkharisma, pekerjaan yang membanggakan, penghargaan- penghargaan yang
diberikan perusahaan dan budaya kerja atau organisasi.
c. Faktor Kepribadian
Faktor yang meliputi sifat, karakter, tempramen yang dimilikioleh karyawan.
Menurut Sopiah (2008:163), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan
adalah:
a. Faktor personal
Misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan
kepribadian. Biasanya usia tua lebih loyal terhadap pekerjaanya dibandingkan
usia muda, karena menganggap dirinya masih memiliki potensi yang lebih untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
b. Karakteristik pekerjaan
Misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran dalam
pekerjaan, dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan. Pekerjaan yang cenderung
menyebabkan setres kerja meningkat yang akhirnya berdampak pengunduran diri
karyawan.
c. Karakteristik struktur
Misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, seperti sentralisasi atau
desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan
organisasi terhadap karyawan. Organisasi yang kecil seringkali diremehkan
sehingga anggota akan dengan mudah meninggalkan organisasinya.
d. Pengalaman kerja.
Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat loyalitas
karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan
karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki
tingkat loyalitas yang berlainan. Karyawan yang sudah bepengalaman terhadap
pekerjaanya lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya karena sudah tahu seluk-
beluk pekerjaan yang dihadapi.

Indikator Loyalitas Karyawan


Sahar (2019) mengemukakan bahwa indikator loyalitas yang digunakan untuk
menentukan loyalitas anggota organisasi adalah keinginan untuk tetap bertahan pada
organisasi yang ditandai dengan :
a. Penerimaan penuh terhadap nilai-nilai organisasi yang ditandai dengan
menerima apapun yang menjadi kebijakan organisasi.
b. Setia pada perusahaan.
c. Keinginan untuk tetap bertahan dalam organisasi.
d. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin ditandai dengan bersedia
bekerja melebihi kondisi biasa

Pengertian Loyalitas Karyawan


Loyalitas juga dapat diartikan sebagai Kesetiaan, loyalitas karyawan sama
dengan kesetiaan karyawan terhadap suatu organisasi atau perusahaan. Menurut
Siagian (2005:57) menjelaskan Loyalitas karyawan adalah suatu kecenderungan
karyawan untuk tidak pindah ke perusahaan lain, loyalitas berpengaruh terhadap
kenyamanan karyawan untuk bekerja pada suatu perusahaan.
Menurut Utomo (2000:4) loyalitas karyawan adalah kesetiaan karyawan,
karyawan yang menempatkan kepentingan perusahaan diatas kepentingan
pribadinya.Velasques dalam Sudimin (2003) mengatakan bahwa kewajiban karyawan
adalah bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan dan menghindari
aktivitas yang dapat mengancam atau mengganggu pencapaian tujuan tersebut dan
bukan untuk kepentingan atau manfaat pribadi karyawan. Hal yang bisa
menimbulkan kesulitan terhadap terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan
(conflict of interest), yaitu konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan
kepentingan perusahaan. Demi kepentingan pribadi, karyawan tidak boleh
menjalankan kegiatan yang bersaing dengan perusahaannya. Selain itu, konflik
kepentingan juga bisa muncul dengan terjadinya penggabungan beberapa jenis
pekerjaan.
Menurut Sudimin (2003) loyalitas berarti kesediaan karyawan dengan seluruh
kemampuan, keterampilan, pikiran dan waktu untuk ikut serta mencapai tujuan
perusahaan dan menyimpan rahasia perusahaan serta tidak melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan perusahaan selama orang itu masih berstatus sebagai
karyawan. Kecuali menyimpan rahasia, hal-hal itu hanya dapat dilakukan ketika
karyawan masih terikat hubungan kerja dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Jadi, loyalitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat kepercayaan,
semakin tinggi tingkat kepercayaan karyawan terhadap perusahaan, maka semakin
tinggi pula tingkat loyalitas karyawan tersebut terhadap perusahaa

Teori Motivasi Kerja

A. Maslow (Siagian, 1996: 149) membuat needs hierarchy theory untuk
menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut. Kebutuhan manusia
diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan yaitu:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Perwujudan dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia
yaitu sandang, pangan, papan, dan kesejahteraan individu. Kebutuhan ini
dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar, Karena tanpa pemenuhan
kebutuhan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal. Meningkatnya
kemampuan seseorang cenderung mereka berusaha meningkatkan pemuas kebutuhan
dengan pergeseran dari kuntitatif ke kualitatif. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
yang amat primer, karena kebutuhan ini telah ada dan terasa sejak manusia dilahirkan.
Misalnya dalam hal sandang. Apabila tingkat kemampuan seseorang masih rendah,
kebutuhan akan sandang akan dipuaskan sekedarnya saja. Jumlahnya terbatas dan
mutunya pun belum mendapat perhatian utama karena kemampuan untuk itu
memang masih terbatas. Akan tetapi bila kemampuan seseorang meningkat, pemuas
akan kebutuhan sandang pun akan ditingkatkan, baik sisi jumlah maupun mutunya.
Demikian pula dengan pangan, seseorang dalam hal ini guru yang ekonominya masih
rendah, kebutuhan pangan biasanya masih sangat sederhana. Akan tetapi jika
kemampuan ekonominya meningkat, maka pemuas kebutuhan akan pangan pun
akan meningkat. Hal serupa dengan kebutuhan akan papan/perumahan. Kemampuan
ekonomi seseorang akan mendorongnya untuk memikirkan pemuas kebutuhan
perumahandengan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif sekaligus.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya diartikan
dalam arti keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan
yang adil dalam pekerjaan.Karena pemuas kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan
kekaryaan seseorang, artinya keamanan dalam arti fisik termasuk keamanan
seseorang didaerah tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke tempat bekerja, dan
keamanan di tempat kerja.
c. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan
sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain, sehingga mereka harus berinteraksi
dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
d. Kebutuhan akan Harga Diri (Esteem Needs)
Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan statusnya oleh orang
lain. Situasi yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan prestasi
seseorang. Akan tetapi tidak selalu demikian, karena dalam hal ini semakin tinggi
kedudukan seseorang, maka akan semakin banyak hal yang digunakan sebagai simbol
statusnya itu. Dalam kehidupan organisasi banyak fasilitas yang diperoleh seseorang
dari organisasi untuk menunjukkan kedudukan statusnya dalam organisasi.
Pengalaman menunjukkan bahwa baik dimasyarakat yang masih tradisional maupun
di lingkungan masyarakat yang sudah maju, simbol – simbol status tersebut tetap
mempunyai makna penting dalamkehidupan berorganisasi.
e. Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Hal ini dapat diartikan bahwa dalam diri seseorang terdapat kemampuan yang
perlu dikembangkan, sehingga dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap
kepentingan organisasi. Melalui kemampuan kerja yang semakin meningkat akan
semakin mampu memuaskan berbagai kebutuhannya dan pada tingkatan ini orang
cenderung untuk selalu mengembangkan diri serta berbuat yang lebih baik

Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi


Menurut David dalam Sopiah (2008 : 163) empat faktor yang mempengaruhi
komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:

  1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
    pengalaman kerja, kepribadian.
  2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik, peran,
    tingkat kesulitan dalam pekerjaan
  3. Karekteristik struktur, misalnya besar atau kecilnya organisasi, bentuk
    organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat pekerja.
  4. Pengalaman kerja, Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap
    tingkat komitmen karyawan pada organisasi

Indikator Komitmen Organisasi


Menurut Umam (2010;262) indikator komitmen organisasi sebagai berikut :

  1. Affective Commitment, individu yang memiliki affective commitment yang
    tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi.
  2. Continuance Commitment, individu dengan continuance commitment yang
    tinggi akan bertahan dalam organisasi, tetapi karena adanya kesadaran
    individu tersebut, ia akan mengalami kerugian besar jika meninggalkan
    organisasi.
  3. Normative Commitment, individu dengan normative commitment yang tinggi
    akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban
    atau tugas

Pengertian Komitmen Organisasi


Komitmen organisasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku
karyawan dalam berorganisasi. Komitmen yang dimiliki karyawan terhadap
organisasi dapat dikatakan sebagai komitmen organisasi. Karyawan yang
memiliki komitmen organisasi akan memilih untuk selalau melibatkan dirinya
dalam kegiatan perusahaan guna memajukan perusahaan. Karyawan akan memilih
untuk bertahan diperusahaan dan melanjutkan keanggotaannya sebagai bentuk
komitmen yang dimiliki karyawan. Menurut Mathis dan Jackson dalam (Sopiah,
2008-155) “Organizational Commitment is the degree to which employess believe
in and accept organizational goals and desire to remain with the organization”
yaitu komitmen organisasi adalah derajat yang mana karyawan percaya dan
menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasi. Menurut Baron dan Greenberg dalam Umam
(2010:259) menyatakan bahwa komitmen memiliki arti penerimaan yang kuat
dalam diri individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, sehingga individu
tersebut akan berusaha dan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap
bertahan di dalam perusahaan. Selanjutnya, Meyer dan Allen dalam Umam
(2010;258) komitmen organisasi diartikan sebagai suatu konstruk psikologis yang
merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan
memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan
keanggotaannya dalam berorganisasi.
Sedangkan menurut Robbins & Judge (2008:100) komitmen
organisasional didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan
memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan
pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu,
sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang
merekrut individu tersebut

Aspek-Aspek Loyalitas Kerja Karyawan


Loyalitas kerja karyawan tidak terbentuk begitu saja dalam organisasi, tetapi ada
aspek-aspek yang terdapat didalamnya yang mewujudkan loyalitas kerja
karyawan. Masing-masing aspek merupakan bagian dari manajemen organisasi
yang berkaitan dengan karyawan maupun organisasi. Aspek-aspek loyalitas kerja
yang terdapat pada individu dikemukakan oleh Siswanto (dalam Soegandhi dkk.
2013;3), yang menitik beratkan pada pelaksanaan kerja yang dilakukan karyawan
antara lain. :

  1. Taat pada peraturan, setiap kebijakan yang diterapkan dalam perusahaan
    untuk memperlancar dan mengatur jalannya pelaksanaan tugas oleh
    manajemen perusahaan ditaati dan dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini
    akan menimbulkan kedisiplinan yang menguntungkan organisasi baik intern
    maupun ekstern.
  2. Tanggung jawab pada perusahaan/organisasi, karakteristik pekerjaan dan
    pelaksanaan tugasnya mempunyai konsekuensi yang dibebankan oleh
    karyawan. Kesanggupan karyawan untuk melaksanakan tugas sebaik baiknya
    dan kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan tugasnya akan memberikan
    pengertian tentang keberanian dan kesadaran bertanggung jawab terhadap
    resiko atas apa yang telah dilaksanakan.
  3. Kemauan untuk bekerjasama, bekerja sama dengan orang orang dalam suatu
    kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak
    mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.
  4. Rasa memiliki, adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan
    akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung
    jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
    loyalitas demi tercapainya tujuan perusahaan.
  5. Hubungan antar pribadi, karyawan yang memiliki loyalitas tinggi mereka
    akan mempunyai sikap fleksibel kearah tata hubungan antar pribadi.
    Hubungan antar pribadi ini meliputi : hubungan sosial diantara karyawan,
    hubungan yang harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan
    sugesti dari teman kerja.
  6. Kesukaan terhadap pekerjaan, perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan
    bahwa karyawannya tiap hari datang untuk bekerjasama sebagai manusia
    seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan
    senang hari sebagai indikatornya bisa dilihat dari, keunggulan karyawan
    dalam bekerja, karyawan tidak pernah menuntut apa yang diterimanya di luar
    gaji pokok.

Indikator Loyalitas Kerja Karyawan


Loyalitas adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang dipatuhi dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab, tekad serta kesanggupan yang harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah
laku sehari-hari serta dalam perbuatan melaksanakan tugas, Saydam, (2008;485).
Indikator loyalitas menurut Saydam, (2008;485) antara lain:

  1. Ketaatan atau kepatuhan, karyawan mempunyai tekat dan kesanggupan untuk
    menaati segala peraturan, perintah dari perusahaan dan tidak melanggar
    larangan yang telah ditentukan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
  2. Bertanggung jawab, adalah karakteristik pekerjaan dan prioritas tugasnya
    mempunyai konsekuensi yang dibebankan karyawan. Kesanggupan karyawan
    dalam melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan kesadaran setiap
    resiko melaksanakan tugas akan memberikan pengertian tentang keberanian
    dan kesediaan menanggung rasa tanggung jawab ini akan melahirkan loyalitas
    kerja.
  3. Pengabdian, adalah kesediaan untuk mengabdi dan membangun hubungan
    komitmen dengan perusahaan
  4. Kejujuran adalah sikap yang mencerminkan perilaku yang dapat memegang
    tanggung jawab dan kepercayaan.

Konsep Loyalitas


Menurut Steers & Porter, 1983 (dalam Soegandhi dkk, 2013) ada beberapa konsep
loyalitas, antara lain:

  1. Loyal Kepada Perusahaan
    Loyal kepada perusahaan ini merupakan konsep loyal yang sangat popular.
    Loyalitas seperti ini menuntut karyawan untuk terus bekerja di perusahaan
    dalam kondisi apapun. Oleh karena itu, orang yang pindah kerja sering di
    anggap tidak loyal terhadap perusahaan.
  2. Loyal Kepada Pekerjaan
    Di sini seorang karyawan tidak loyal terhadap perusahaan, tapi loyal terhadap
    pekerjaan yang ia kerjakan. ia akan bekerja dengan gigih demi pekerjaannya.
    Karyawan seperti ini di anggap sebagai asset perusahaan yang berharga karena
    ia akan mengerjakan pekerjaan yang menjadi job desc-nya dengan sebaik-
    baiknya.
  3. Loyal Kepada Visi, Misi Dan Tujuan Perusahaan
    Dalam bekerja kita harus tahu visi, misi dan tujuan perusahaan serta loyal
    terhadapnya. Bukan hanya job desc-nya saja. Konsep loyalitas seperti ini
    membutuhkan pemahaman sepenuhnya bahwa yang kita kerjakan bukan saja
    harus selesai dengan baik, tapi juga harus sejalan dengan tujuan perusahaan

Pengertian Loyalitas Kerja


Loyalitas menurut kamus besar bahasa Indonesia artinya adalah patuh atau setia.
Menurut Encyclopedia Britanica dalam www.wikipedia.org menyatakan “Loyalty
is general term, signifies a person, devotion or sentiment off attachment to
particular object, which may be another person, an ideal, a duty or cause”
(Loyalitas adalah kesetian seseorang atau perasaan kasih saying pada suatu objek
penting yang dapat berupa seseorang, sekelompok orang, cita-cita, tugas, atau
alasan tertentu).
Utomo (Tommy dkk., 2010;10) Loyalitas dapat dikatakan sebagai
kesetiaan seseorang terhadap suatu hal yang bukan hanya berupa kesetiaan fisik
semata, namun lebih pada kesetiaan non fisik seperti pikiran dan perhatian.
Hasibuan, 2001 (dalam Soeghandi 2013;3) menyatakan bahwa loyalitas atau
kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan
yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi.
Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak
bertanggungjawab..

Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut Cushway yang dikuti dari Sutrisno (2011;7) tujuan manajemen sumber
daya manusia meliputi :

  1. Mempertimbangkan manajemen dalam membuat kebijakan sdm untuk
    memastikan bahwa organisasi memiliki pekerjaan yang bermotivasi dan
    berkinerja tinggi, memiliki pekerjaan yang selalu siap mengatasi perubahan
    dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.
  2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur sdm yang
    memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.
  3. Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi,
    khususnya yang berkaitan dengan implikasi sdm.
  4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai
    tujuannya.

Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia


Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Sunyoto, (2015;4) yaitu:

  1. Fungsi Manajerial
    a. Perencanaan
    b. Pengorganisasian
    c. Pengarahan
    d. Pengendalian
  2. Fungsi Operasional
    a. Pengadaan
    b. Pengembangan
    c. Kompensasi
    d. Pengintegrasian
    e. Pemeliharaan
    f. Pemutusan hubungan kerja

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut Hasibuan (2009;10) Manajeman Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Menurut
Simamora, 1997 (dalam Sutrisno, 2009;5) Manajemen Sumber daya Manusia
adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan
pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. Menurut
Sutrisno, (2009;6) Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan pengakuan
tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang
sangat penting dalam memberi kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi.
Menurut Bangun, (2012 : 6) Manajemen Sumber Daya Manusia dapat di
definisikan sebagai suatu proses perencanaa, pengorganisasian, penyusunan staff,
penggerakkan dan pengawasan, terhadap pengadaan, pengembangan tenaga kerja
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan orang yang melaksanakan seluruh
aktivitas tersebut disebut sebagai manajer sumber daya manusia, yang
kewenangannya diperoleh secara langsung dari manajer umum untuk dapat
berperan dalam melakukan pengelolaan peran manusia dalam suatu organisasi.
Manajamen Sumber Daya Manusia adalah faktor sentral dalam suatu
organisasi dalam upaya mewujudkan apa yang telah menjadi tujuan organisasi
yang dibuat berdasarkan berbagai visi dan misi untuk kepentingan manusia dalam
pelakasanaanya dalam suatu organisasi, kelompok atau masyarakat, Purnaya,
(2016;3)