Senin, 31 Januari 2022

In-House Training (skripsi dan tesis)


Dalam suatu organisasi pendidikan diperlukan
pengembangan sumber daya manusia demi tercapainya suatu
organisasi. Sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang ada,
dalam hal ini peneliti menggunakan strategi pengembangan guru
melalui In-house training. In-house training menurut
kemendikbud tentang pengembangan profesi guru (2012:57)
adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok
kerja guru atau dapat dilaksanakan melalui musyawarah guru
mata pelajaran, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan.
Sedangkan menurut Danim (2012) In-house training adalah
pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja
guru, sekolah yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan
yang dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian
kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan
secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki
kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain dengan ketentuan 
peserta dalam in house training minimal 4 orang dan maksimal
15 orang. Tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam sebuah lembaga tertentu,
dalam rangka untuk mencapai visi yang telah disepakati bersama.
Beberapa sasaran pelatihan (In-House Training) menurut Sueta
(2010) antara lain:
a Menciptakan hubungan antar pribadi dengan lembaga.
b Mempererat rasa kebersamaan.
c Meningkatkan motivasi baik untuk diri pribadi maupun
narasumber dalam membiasakan pembelajaran yang
berkelanjutan.
d Menyelidiki berbagai permasalahan yang dihadapi
dilapangan yang berkaitan dengan peningkatan
efektifitas dalam memecahkan masalah serta
mendapatkan solusi bersama.

Jenis Pelatihan (skripsi dan tesis)


Pengembangan karyawan dalam lembaga pendidikan
dalam hal ini guru berdasarkan atas kebutuhan sekolah. Dalam
mengembangkan karyawan dapat dilakukan dengan
melaksanakan pelatihan, Menurut Wukir (2013: 73-76) jenisjenis pelatihan yang dapat dilakukan dilingkungan pendidikan 
diantaranya : 1). In-Services Course for Teacher (Program
Pelatihan untuk Guru); 2). Staff Seminar; 3). Induction Course
(Kursus Pelatihan Induksi); 4). On The Job Training; 5). Off The
Job Training; 6). On and Off the Job Training; 7). Vestibule
Training; 8). Refresher Course (Kursus Penyegaran); 9).
Sensivity Training (Pelatihan Kepekaan); 10). Supplementary
Training (Pelatihan Tambahan).
Menurut Kemendikbud dalam kebijakan
pengembangan profesi guru (2012: 57-58) menjelaskan bahwa
dalam meningkatkan kompetensi guru dapat dilaksanakan melalui
dua cara yaitu: 1). melalui pendidikan dan pelatihan yang
meliputi In-House Training, program magang, kemitraan sekolah,
belajar jarak jauh, pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus,
kursus singkat di LPTK atau tempat pelatihan yang lain,
pembinaan internal oleh pihak sekolah; 2). Kegiatan selain
pendidikan dan pelatihan yang meliputi diskusi masalah
pendidikan, seminar, workshop, penelitian, penulisan bahan
ajar/buku, pembuatan media pembelajaran, pembuatan karya
teknologi dan karya seni.

Pengembangan Kemampuan Guru melalui Pelatihan (skripsi dan tesis)


Dalam suatu organisasi pendidikan diperlukan
pengembangan sumber daya manusia demi tercapainya suatu
organisasi. Sumber daya manusia menurut Wukir (2013:49)
adalah sekelompok individu yang bekerja dalam lingkup
organisasi. Dalam pengelolaan sumber daya manusia bertujuan
untuk memelihara kondisi kerja seluruh individu dalam
organisasi agar dapat saling bekerja sama semenjak individu
mulai bergabung serta melaksanakan hal yang terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi (Wukir, 2013:52).
Seorang manajer yang dalam hal ini seorang kepala sekolah
dalam mengelola sumber daya manusia harus melakukan
perencanaan, pengorganisasian, penempatan staf, pengarahan dan
pengendalian. Seleksi dan penempatan pegawai hendaknya
dilakukan dengan memilih dan menempatkan individu yang
memenuhi dengan kriteria yang telah ditetapkan, memperhatikan 
pegawai yang dalam hal ini keterampilan, pengetahuan khusus
dan sikap, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi yang
sesuai dengan karakteristik tugas yang diberikan oleh pegawai,
hal ini sesuai dengan pernyataan Sedarmayanti dalam
restrukturisasi dan pemberdayaan organisasi (2014:102).
Sekolah merupakan bagian suatu organisasi yang berjuang
mencerdaskan kehidupan berbangsa dan menciptakan sumber
daya manusia yang mampu bersaing secara global serta
menciptakan individu yang berkarakter, bermoral, berakhlak yang
mulia. Dalam menciptakan sumber daya manusia maka guru
merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan tujuan
tersebut. Hal ini ditekankan oleh Kompri (2015:161) bahwa guru
merupakan key person dalam proses pelaksanaan pendidikan,
dengan begitu maka guru harus selalu mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap.
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
lingkungan sekolah agar profesionalisme guru meningkat dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu dengan belajar secara
mandiri sesuai kompetensi, pelatihan, seminar, pembuatan karya 
ilmiah. Pernyataan ini senada dengan Rindjin (2007) bahwa
peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan secara: belajar
mandiri, seminar, program penataran, pelatihan, program
penyetaraan, penyegaran, serta program studi lanjut.
Dalam penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah
model pelatihan. Pelatihan Menurut Hardjana (2001:12) adalah
kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kinerja
karyawan dalam suatu pekerjaan yang telah menjadi tanggung
jawab bagi setiap karyawan. Menurut Kompri (2015:176)
program pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kemampuan
yang dimiliki dari segi keterampilan dan teknik penerapan
pekerjaan yang sedang dibutuhkan. Kemudian Zaenal (2014:429)
menekankan bahwa yang dibangun dalam berbagai jenis
pelatihan pengembangan keterampilan adalah untuk membangun
sikap baru yang selalu konsisten dalam berbagai perubahan dalam
perkembangan perusahaan, serta untuk mendapatkan hasil
ketercapaian perkembangan perusahaan dan juga “Corporate
Culture” yang ingin dicapai maka karyawan diharapkan
mempunyai semangat dalam meningkatkan diri. 
Simpulan penulis pelatihan adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang maupun
kelompok berupa Hard Skill maupun Soft Skill yang bertujuan
untuk mencapai tujuan suatu organisasi supaya organisasi
tersebut tetap eksis dalam masyarakat. Terdapat berbagai istilah
tentang pelatihan diantaranya in-house training, in-service
training, in- service education, up-grading. Freeman (1989)
menegaskan bahwa melalui pelatihan dalam jabatan (on the job
training) terbukti secara signifikan dapat meningkatkan
produktifitas guru. Elnaga (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul The effect of training on employee performance juga
menemukan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kinerja
pegawai.

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah (skripsi dan tesis)


Dalam implementasi penguatan pendidikan karakter di
sekolah menurut Albertus (2018:9) secara umum terdapat tiga
basis penguatan pendidikan yang dapat diterapkan dilingkungan
sekolah diantaranya melalui pendidikan karakter berbasis kelas,
kultur/budaya sekolah, dan komunitas.
Dalam penerapan nilai-nilai karakter yang telah dituangkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tentunya guru
mempunyai; pendekatan strategi, metode, model, teknik, taktik
dalam menerapkan nilai-nilai karakter. Albertus (2018:165) menekankan bahwa guru khususnya guru mata pelajaran
mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter peserta
didik melalui mata pelajaran yang diampunya.
Maka dalam melaksanakan strategi tersebut seorang guru
perlu melakukan pengembangan tentang strategi, metode, serta
teknik karena menurut Suyadi dalam pengantar bukunya tentang
strategi pembelajaran karakter (2013) dalam proses pembelajaran
aktif yang dilaksanakan dunia barat terbukti dapat meningkatkan
prestasi barat akan tetapi strategi pembelajaran yang diterapkan di
dunia barat tidak semuanya cocok, harus dipilah-pilah sesuai
budaya, kebiasaan bangsa kita.
Model pembelajaran menurut Zubaedi (2013:185) adalah
bentuk pembelajaran yang tersurat dari awal sampai akhir yang
tersajikan secara unik oleh guru pada saat pembelajaran di kelas.
Setelah guru menemukan strategi, metode, teknik yang cocok
dalam penerapan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran inovatif,
maka menurut Suyadi (2013:184-185) dalam menerapkan
pembelajaran inovatif bermuatan karakter harus memenuhi
prosedur diantaranya: menemukan masalah yang akan menjadi 
obyek yang akan diperbarui; mendiskusikan masalah serta
mencari solusi sesuai dengan sifat masalah yang dihadapi;
menganalisa masalah dalam hal ini peran guru adalah
membimbing peserta didik dalam menganalisis unsur-unsur
permasalahan kemudian mencari pemecahan masalah; tahap yang
terakhir adalah mengimplementasikann solusi yang telah
ditemukan dalam tahap ini penerapan ini harus berjalan secara
berkelanjutan.
Menurut Mulyasa (2014:49) keberasilan implementasi
pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah ditentukan oleh
beberapa kondisi berikut: partisipasi dan komitmen orang tua
serta masyarakat terhadap pendidikan karakter; program jaminan
mutu dan accountability yang dipahami dengan baik oleh seluruh
pihak dalam jajaran kemendikbud; pelaksanaan tes kompetensi
yang memungkinkan kantor dinas pendidikan provinsi, dinas
kabupaten dan kota, unit pelaksana teknis sampai sekolah
memperoleh informasi tentang kinerja sekolah; adanya
perencanaan strategik sekolah, yang memungkinkan sekolah
memahami visi, misi, dan sasaran-sasaran prioritas 
pengembangan sekolah; selain itu ditekankan pula pendidikan
karakter juga perlu didukung oleh laporan kemajuan sekolah
dalam mencapai perencanaan tahunan.

Kemampuan Guru dalam Pendidikan Karakter (skripsi dan tesis)


Peran guru di sekolah harus dapat menjadi teladan bagi
peserta didik, dengan demikian maka guru dalam proses
mendidik diharapkan mempunyai empat kompetensi yaitu
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Menurut Harsono
(2013:37) proses pembelajaran saat ini hanya sebatas aspek
kognitif belum tercapai aspek afektif dan psikomotorik. Dalam
proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah maka seorang
guru perlu menyiapkan serta mengembangkan bahan ajar, yang
selain mengajarkan aspek kognitif juga aspek afektif dan
psikomotorik, karena menurut Mulyasa (2014:135) penerapan
pendidikan karakter dalam proses belajar dianggap sebagai
aktifitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar
sehingga guru harus dapat memotivasi peserta didik serta dapat
menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat ilmu yang
telah didapat.

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah (skripsi dan tesis)


Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya
berkewajiban membentuk kepribadian manusia yang berkarakter
baik yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa.
Pendidikan tidak terlepas dari istilah pedagogiek yang berarti
ilmu pendidikan, yang berasal dari bahasa Yunani pedagogues
yang dapat diartikan sebagai pemuda yang mengantarkan anak ke
sekolah serta menjaga agar perilaku anak tersebut disiplin serta
bebudi luhur (Soegeng, 2016:144). Pedagogik menurut Dariyo
(2013:2) tentang dasar-dasar pedagogi modern menjelaskan suatu 
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak
agar dapat mencapai tingkat kedewasaan dalam kehidupan
mendatang dan dalam pedagogik terdapat tiga unsur yaitu orang
dewasa yaitu jika dalam sekolah adalah seorang guru, bimbingan,
anak-anak.

Pendidikan Karakter (skripsi dan tesis)


Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. serta
bertujuan untuk membentuk kepribadian cakap, terampil, disiplin,
kreatif, berintelektualitas, berakhlak mulia, berbudi luhur, yang
dilakukan secara terukur dan terencana. Hal ini sesuai dengan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3
yang berisi pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan
berbangsa wajib menyelenggarakan sistem pendidikan nasional,
yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan serta
akhlak mulia. Pernyataan dalam membentuk sumber daya
manusia juga ditekankan dalam Undang-undang Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan
Pendidikan Nasional.
Peran serta pemerintah dalam mendukung tercapainya
tujuan pendidikan nasional diwujudkan dengan adanya kebijakan 
pemerintah dalam pembuatan kurikulum 13 atau sering disebut
K13 yaitu pendidikan lebih menekankan kepada pembentukan
karakter peserta didik. Untuk mendukung keberasilan penerapan
kurikulum K13 yang diselenggarakan di sekolah, maka pihak
sekolah sudah seharusnya membekali guru dengan kompetensi
yang sesuai dengan bidangnya serta keterampilan dalam
melaksanakan penguatan pendidikan karakter agar motivasi
peserta didik dapat meningkat.
Perihal peningkatan motivasi peserta didik ditekankan oleh
Amri, Jauhari, & Elisah (2011: 57) bahwa untuk membentuk
peserta didik yang terus belajar maka dapat dilakukan langkahlangkah yang menerapkan metode belajar yang melibatkan
peserta didik yaitu meliputi student active learning, contextual
learning, inquiry-based learning, integrated learning, condicive
learning community, pendidikan karakter dilaksanakan secara
eksplisit, sistematis, secara terus menerus, metode pengajaran
yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik,
yang menerapkan seluruh aspek kecerdasan manusia. 
Keberhasilan pembentukan karakter peserta didik yang
dilakukan dilingkungan sekolah diharapkan dapat menghasilkan
peserta didik selain mempunyai pengetahuan juga mempunyai
kepribadian yang baik serta akhlak yang mulia. Menurut Soegeng
(2016:116) kepribadian dapat diartikan sebagai identitas dan jati
diri seseorang yang membedakan diri pribadi dengan orang lain.
Pengertian akhlak mulia menurut Raharjo (2010) adalah seluruh
kebiasaan seseorang yang bersumber dari dalam diri yang
didorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perilaku
yang baik. Pengertian akhlak jika dilihat dari segi aksiologi
menurut Jalaluddin (2013:127) adalah suatu aspek yang
menyelidiki nilai (value). Selanjutnya akhlak menurut Brameld
dilihat dari segi aksiologi dibedakan menjadi tiga yaitu moral
conduct (perilaku moral) yaitu menghasilkan etika individu,
esthetic expression (ekspresi keindahan) menghasilkan estetika,
socio-political life (kehidupan sosio politik) menghasilkan ilmu
filsafat sosio politik. Istilah moral menurut Soegeng (2016:55)
merujuk pada obyek yaitu perilaku seseorang yang dilihat dari 
baik buruknya yang berdasarkan atas pembawaan dari orang itu
sendiri.
Menurut Soegeng (2016:148) pendidikan, moral, dan
agama saling keterkaitan dan bahwa seluruh nilai pendidikan
seluruhnya adalah tugas lembaga pendidikan yaitu sekolah yang
menjadikan seseorang beragama baik dan menyatakan bahwa
tempat yang tepat dalam melaksanakan pendidikan moral adalah
keluarga bukan sekolah. Hal ini dikarenakan moral terdapat pada
pribadi tiap individu dan pribadi tiap individu mencakup
keseluruhan baik moralitas maupun budi pekerti dan berkarakter
baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang baik
tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara
impulsif akan tampak melalui perilaku peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
Karakter menurut filosof kontemporer Lickona (2013:72)
adalah perpaduan seluruh budi pekerti yang terdapat dalam
berbagai macam ajaran keyakinan agama, kisah-kisah sastra,
cerita-cerita orang bijak serta orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan. Menurut Lickona (2013) karakter dapat terbentuk 
dari tiga macam bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan
moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan
perilaku moral (moral action). Asmani (2011:28) menyatakan
karakter adalah kualitas perilaku kepribadian yang dilihat dari
moral, kekuatan moral, serta reputasi seseorang. Menurut
Zubaedi (2011:11) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, bangsa dan Negara.

Kompetensi Guru (skripsi dan tesis)


Keberasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
sekolah tentunya tidak lepas dari faktor kompetensi yang dimiliki
seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015:163) adalah
kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu
sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan baik. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen No.14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam
melaksanakan keprofesionalisannya.

Penilaian Kompetensi Guru (skripsi dan tesis)


Shulman (1987: 18-19) berpendapat bahwa dalam menilai guru perlu
melihat tiga hal, pengetahuan materi (subject knowledge), pengetahuan
pedagogik (pedagogical knowledge) dan mengamati guru dalam
pembelajaran di kelas. Marzano dan Toth (2013: 14) berpendapat bahwa
perlu adanya evaluasi keterampilan dari sekolah, evalusi tersebut akan
membantu guru menjadi lebih baik dalam mengajar. Evaluasi guru harus
dapat menjamin keakuratan distribusi kemampuan dari guru, dari
penelitiannya diberbagai wilayah, hanya sebagian kecil atau 1% guru
diklasifikasikan tidak memuaskan.
Menurut Rebell (1986: 376-377) standar tes untuk guru harus dapat
menilai berbagai macam kemampuan yang diperlukan agar secara efektif
dapat ditunjukkan di kelas. Tes tersebut tidak hanya mengandung
pengetahuan minimum dari isi subjek, tetapi sesuai dengan standar yang ada
di perguruan tinggi. Menurut European Commision (2013: 36) kebijakan
untuk menilai kompetensi guru sangat penting karena dapat:
1) Meningkatkan kesadaran guru dalam mengembangkan diri dan
kompetensinya
2) Mendukung perbaikan kegiatan mengajar
3) Pengakuan terhadap kompetensi yang dimilikinya
4) Motivasi menjadi guru lebih unggul
5) Meningkatkan kepercayaan kepada tenaga kependidikan
6) Memfasilitasi waktu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

Kompetensi Sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Schoon (2009: 4) bahwa kompetensi sosial adalah
kemampuan individu untuk hidup bersama-sama di dunia yang
mencakup hubungan antar individu, antar budaya, dan kehidupan
bersosial. Kompetensi sosial dipengaruhi melalui interaksi dengan
anggota keluarga, teman sebaya di sekolah atau di lingkungan kerja, atau
lingkungan seseorang. Lang (2010: 13) berpendapat bahwa kompetensi
sosial adalah istilah yang digunakan bergantian dengan istilah sebagai
kompetensi interaksional, kompetensi komunikatif, kompetensi
interpersonal, kompetensi relasional, kompetensi emosional, kompetensi
komunikasi, dan keterampilan sosial.

Pengertian Kompetensi Guru (skripsi dan tesis)


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 1 bahwa kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Crick (2008: 312) berpendapat bahwa kompetensi dideskripsikan sebagai
kombinasi yang kompleks antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap
seseorang untuk mewujudkan suatu keefektifan pada suatu konteks tertentu.
U.S Department of Education (2002: 1) juga berpendapat bahwa kompetensi
merupakan kombinasi keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas spesifik pada konteks tertentu. Hal
ini sejalan juga dengan pendapat Mission (2001:18) bahwa kompetensi
merupakan kombinasi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap. Serta
pendapat Winterton dan Winterton (2002: 25) bahwa kompetensi yang
diadopsi oleh UK erat kaitannya dengan demonstrasi praktikal dari
keterampilan, pengetahuan dan pemahaman dalam suatu rencana pekerjaan
yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pekerjaan. Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kombinasi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 
Kompetensi tersebut berasal dari pendidikan atau pelatihan,
pengalaman belajar informal tertentu yang telah didapat, sehingga tugas
seseorang tersebut dapat tercapai (Payong , 2011: 17). Hal ini sejalan
dengan Permendikbud nomor 16 tahun 2007 mengenai standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang mensyaratkan standar minimum
pendidikan guru yaitu diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), dan apabila
tidak dimungkinkan memiliki ijazah maka menggunakan uji kelayakan dan
kesetaraan. Hal ini mengharuskan bahwa seorang guru harus memenuhi
kualifikasi kompetensi tersebut.
Berdasarkan pendapat OECD (2005: 4) bahwa kompetensi lebih dari
hanya pengetahuan dan keterampilan, melibatkan kemampuan untuk
berhadapan dengan tuntutan yang kompleks, dengan menggambarkan dan
memobilisasi sumber psikososial (termasuk keterampilan dan sikap) pada
konteks tertentu. Finch dan Crunkilton (1999: 220) berpendapat bahwa
kompetensi merupakan tugas, keterampilan, sakap, nilai dan apresiasi yang
penting untuk sukses dalam hidup atau dalam pembelajaran. Sementara
Dobson (2003: 8) berpendapat bahwa kompetensi lebih dari hanya deskripsi
tentang tugas pekerjaan, meliputi pengukuran kompetensi dan membahas
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai standar.
Menurut Roelofs dan Sanders (2007: 127) kompetensi mengajar
dijelaskan melalui sifat-sifat guru, pengetahuan guru, perilaku guru, cara
guru berpikir, mengambilan keputusan dalam suatu situasi, dan berakibat 
pada kegiatan belajar. Menurut Brundrett dan Silcock (2002: 45)
kompetensi dalam pembelajaran suatu kurikulum dicapai dengan
manajemen perilaku, kecakapan teknis, regulasi budaya dan manipulasi
reflektif dari konteks kesadaran diri. Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai adalah kompetensi guru yang diharapkan berdasarkan hasil
analisis PISA 2003 (Ljubetic, 2012: 2). Johnson (1979: 548) berpendapat
bahwa untuk meningkatkan pengajaran, guru memerlukan pengetahuan
tentang teknis dan aspek yang berhubungan dengan pekerjaanya,
bekerjasama dalam observasi praktik mengajar dari guru lain, membaca
tentang strategi mengajar, dan umpan balik tentang pembelajaran yang telah
dilakukan.
Darling-Hammond (2000: 3) berpendapat bahwa topik terkait
kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa, variabel yang terkait
kemampuan akademik guru, lama pendidikan, lama pengalaman mengajar,
langkah-langkah menjelaskan materi, pengetahuan, status sertifikasi, dan
perilaku mengajar di dalam kelas. Fitzsimons (1997: 1) berpendapat bahwa
standar kompetensi guru dimunculkan lagi sebagai sebuah pemasalahan
pada bidang pendidikan, tujuannya untuk membantu pemerintahan tentang
pendidikan, legitimasi sitem, meningkatkan standar pendidikan guru, dan
mempromosikan mengajar sebagai sebuah profesi.

Indikator Orang Termotivasi (skripsi dan tesis)


Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang tersebut.
Ciri-ciri orang termotivasi antara lain tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin meningkat.
Sardiman (2009: 83) mengemukakan motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas
2) Ulet menghadapi kesulitan
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
4) Lebih senang bekerja mandiri 
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
6) Dapat mempertahankan pendapatnya
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Nana Sudjana (2002: 61) berpendapat motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal,
antara lain:
1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberiikan
H. Djali (2009: 109-110) menyebutkan bahwa individu yang memiliki motivasi yang
tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntu tanggung jawab pribadi
2) Memilih tujuan yang realistis
3) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan batu dengan segera
dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil atau pekerjaannya
4) Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain
5) Mampu menggunakan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
6) Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status atau keunggulannya tetapi
lambang prestasilah yang dicarinya 
Hamzah B. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-ciri atau indikator motivasi
antara lain:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam kegiatan
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Jenis-jenis Motivasi (skripsi dan tesis)


Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis motivasi yang
terjadi karena keinginan seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu. Jenis motivasi lain
yaitu motivasi yang terjadi karena seseorang tersebut ingin mengejar target yang telah
ditentukan agar berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Biggs dan Telfer dalam
Sugihartono, dkk (2007: 78) menjelaskan jenis-jenis motivasi belajar dapat dibedakan
menjadi empat macam, antara lain: (1) Motivasi instrumental; (2) Motivasi sosial,
peserta didik belajar untuk penyelenggarakan tugas; (3) Motivasi berprestasi; (4)
Motivasi instrinsik. Motivasi Instrumental merupakan dorongan yang membuat peserta
didik belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Motivasi sosial menjadikan peserta 
didik lebih terlibat dalam tugas. Peserta didik belajar untuk meraih keberhasilan yang
telah ditentukan, karena peserta didik memiliki motivasi berprestasi, dan peserta didik
memiliki rasa ingin belajar dengan keinginannya sendiri karena mendapatkan dorongan
dari motivasi instrinsik. Ngalim Purwanto (2003: 72) menyebutkan bahwa motivasi
mengandung tiga komponen pokok: “(1) Menggerakan; (2) Motivasi juga
mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku;(3) Menopang dan menjaga tingkah
laku”.

Pengertian Motivasi Belajar (skripsi dan tesis)


Hamzah (2008: 3) menjelaskan istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan,
atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
James Drever dalam Slameto (1995:58) memberikan pengertian tentang motif
sebagai berikut: “motive is an effective-conative factor which operates in determining
the direction of an individual’s behavior to words an end or goal, consioustly
apprehended or unconsioustly.” Hal ini menjelaskan bahwa motif erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai baik itu disadari atau tanpa disadari
untuk melakukan perbuatan, dan yang menjadi penyebabnya adalah sebuah motif yang
berfungsi sebagai daya penggerak atau pendoronganya. Menurut Freud dalam Hikmat
(2009: 271) dorongan suatu tindakan yang muncul dalam diri manusia terbagi menjadi
tiga yaitu:
1) Dorongan alam dibawah sadar
2) Dorongan alam sadar
3) Dorongan libido seksualitas
Artinya perbuatan manusia dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perbuatan
yang direncankan, perbuatan yang tidak direncanakan (spontanitas) dan perbuatan
yang berada diantara keduanya yang biasa disebut semi direncanakan. 
Maslow dalam Husaini Usman (2012:281) mambagi tingkat kebutuhan yang
dapat memotivasi menjadi lima tingkatan motivasi dari yang paling rendah sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu:
1) Kebutuhan fisiologikal (fisiological needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling rendah dari kebutuhan manusia.
2) Kebutuhan keselamatan (safety needs, security needs)
Kebutuhan rasa aman akan terjadi jika kebutuhan fisiologikal manusia sudah
terpenuhi.
3) Kebutuhan berkelompok (social needs, love needs, belonging needs, affection
needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup berkelompok, bergaul,
bermasyarakat, ingin mencintai dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki.
4) Kebutuhan penghargaan (esteem needs, egoistic needs)
Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk memperoleh penghargaan atau ingin
berprestasi.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs, self-realization needs, selfexpression needs).

Kepribadian (skripsi dan tesis)


Kepribadian adalah hal yang diberikan tuhan kepada setiap manusia, dimana
setiap manusia tentunya memiliki kepribadian yang berbeda. Florence Littauer
(2006:38) menjelaskan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan perilaku seorang
individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
situasi. Oleh karnanya seorang pendidik perlu melakukan penyeimbangan terhadap
kebiasaan dan tindakan peserta didik, sehingga tidak terdapat pemaksaan atau tekanan
dalam diri anak
Secara umum kecenderungan kepribadian dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kepribadian introvert dan kepribadian ekstrovert (Paul Henry Mussen: 1994): 
a. Kecenderungan Kepribadian Introvert
Kepribadian introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik dirinya dari
lingkungan sosialnya. Siapa dan keputusan yang diambil untuk melakukan sesuatu
biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Mereka
biasanya pendiam dan suka menyendiri, bahkan terkadang mereka merasa tidak
butuh orang lain karena merasa jika kebutuhannya sudah dapat dipenuhi sendiri.
b. Kecenderungan Kepribadian Ekstrovert
Keperibadian ekstrovert adalah kecenderungan seorang untuk mengarahkan
perhatiannya keluar dirinya, sehingga segala sikap dan keputusan-keputusan yang
diambilnya adalah berdasarkan pengalaman orang lain. Orang dengan kepribadian
ekstrovert lebih cenderung ramah, terbuka, aktif, dan suka bergaul. Kecenderungan
ini menyebabkan orang tersebut memiliki banyak relasi karena sikapnya yang
ramah.
Pada awalnya kepribadian introvert dan ekstrovert adalah sebuah reaksi
seseorang terhadap sesuatu,. Akan tetapi jika hal tersebuat dilakukan secara terus
menerus tentu akan menjadi sebuah kepribadian pada orang tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari sebarapa konsisten orang tersebut cenderung pada salah satu kepribadian
tersebut.
Dari kepribadian yang dimiliki seseorang ada bebrapa hal yang menjadi faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu:
a. Faktor Internal 
Faktor internal merupakan faktor yang beasal dari diri orang tersebut, hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik atau bawaan sejak lahir. Faktor genetik dapat
juga dimiliki karena turunan dari kedua orang tersebut. Faktor ini juga dapat disebut
faktor endogen.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini merupakan faktor yang berasal dari luar orang tersebut yang
biasanya berasal dari lingkungan, dimana ia tinggal dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial disekitarnya, dan faktor ini juga biasa disebut faktor eksogen.
Selain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian,
terdapat juga faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya pembentukan
kepribadian yang meliputi faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan.
a. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau
seringkali disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan
dan dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian juga sangat
dipengaruhi oleh faktor biologis dimana keadaan fisik seseorang memiliki peranan
yang penting pada kepribadian seseorang.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor yang dipengaruhi oleh keadaan masyarakat
disekitarnya, hal ini juga dapat dibentuk oleh keluarga, lingkungan, tradisi yang 
biasa dilakukan sehari hari, peraturan-peratuan, bahasa, dan aspek lainya yang
terdapat dalam lingkungan bermasyarakat.
c. Faktor Kebudayaan
Setiap orang tentunya tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan yang terdapat dalam
lingkungan sekitarnya, beberapa kebudayaan yang sangat mempengaruhi
kepribadian adalah:
1. Adat dan Tradisi
Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah tentunya memiliki nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggotanya dan juga akan menentukan tata cara bertindak dan
bertingkah laku seseorang.
2. Pengetahuan dan Keterampilan
Semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki suatu masyarakat,
tentunya akan sangat mempengaruhi tingkat kebudayaan orang-orang yang
terdapat lingkungan tersebut.
3. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berfikir seseorang untuk
menunjukkan bagaimana ia harus bersikap, bertindak dan bergaul dengan orang
lain di lingkungan bermasyarakat.
4. Milik Kebendaan
Semakin maju kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat, tentunya akan
menggunakan alat dan keperluan hidup yang lebih baik untuk digunakan dalam
mempermudah aktivitas orang tersebut. (Purwantoro, 2006).

Kompetensi (skripsi dan tesis)


Kompetensi merupakan tingkah laku yang harus dimiliki seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya baik dalam bidang industri, ekonomi maupun pendidikan.
Secara etimologi kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan.
Sedangkan secara terminologi kompetensi berarti perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Uzer,
2003: 14). Istilah kompetensi mempunyai banyak makna, Broke dan Stone (1995: 221)
mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai descriptive of qualitative nature of
teacher behavior appears to be entirely meaningful. Di mana kompetensi menjadi
sebuah deskripsi dari tingkah laku guru yang tampak dan menjadikan tingkah laku
tersebut bermakna seutuhnya bagi perkembangan pendidikan.
Tidak hanya membahas mengenai tingkah laku, Amstrong dan Murlis dalam
Ramelan (2003: 47) menjelaskan bahwa kompetensi adalah karakteristik mendasar
individu yang secara kausal berhubungan dengan efektivitas atau kinerja yang sangat
baik. Menurut Wahjosumidjo (1995: 34), kompetensi adalah kinerja tugas rutin yang
integratif, yang menggabungkan resources (kemampuan, pengetahuan, asset dan
proses, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat) yang menghasilkan posisi yang
lebih tinggi dan kompetitif. 
McAshan (1981), dalam Mulyasa, (2003 : 79) menjelaskan bahwa kompetensi
adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini kemudian difahami
bahwa kompetensi kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.
Sebagai konsekuensi dari defenisi kompetensi tersebut, atau yang lain maka
pengertian kompetensi merujuk pada kemampuan orang untuk memenuhi persyaratan
perannya saat ini atau masa mendatang. Dengan demikian kompetensi tidak hanya
terkait dengan kinerja saat ini. Kompetensi juga bisa untuk meramalkan kinerja masa
mendatang karena kompetensi merupakan karakteristik yang berkelanjutan yang
umumnya tidak bisa hilang.
Untuk mencapai kompetensi tertentu, seseorang perlu memiliki sejumlah
kapabilitas. Kapabilitas biasanya merupakan kombinasi dari dimensi sifat pribadi,
ketrampilan dan pengetahuan. Menurut Spencer and Spencer (1993), Mitrani et al,
(1992), kompetensi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Knowledge adalah informasi yang memiliki seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan (knowledge) merupakan kompetensi yang kompleks. Skor atas tes
pengetahuan sering gagal untuk memperidiksi kinerja SDM karena skor tersebut
tidak berhasil mengukur pengetahuan dan keahlian seperti apa seharusnya
dilakukan dalam pekerjaan. Tes pengetahuan mengukur kemampuan peserta tes 
untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah
seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik
maupun mental.
c. Motives adalah drive, direct and`select behavior to ward certain actions or goals
and away from other. Seseorang memiliki motif berprestasi secara konsisten
mengembangkan tujuan-tujuan yang memberikan tantangan pada dirinya dan
bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan
feed back untuk memperbaiki dirinya.
d. Traits adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana
seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya percaya diri (self
confidence), kontrol diri (self-control), steress resistance, atau hardiness
(ketabahan atau daya tahan).
e. Self-Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai
diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui bagaimana value (nilai)
yang dimiliki seseorang, apa yang menarik bagi seseorang melakukan sesuatu.
Karakteristik kompetensi tersebut juga kembali dijelaskan oleh Thoha (1996: 88) ada
5 tipe karakteristik dasar dari kompetensi yaitu:
a. Motif (motive) yaitu sesuatu yang secara terus menerus dipikirkan atau
diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan adanya tindakan. Motif ini
menggerakan, mengerahkan dan memiliki prilaku terhadap tindakan tertentu atau
tujuan dan perbedaan orang lain. 
b. Sifat (trait) yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi
dan informasi.
c. Konsep pribadi (self concept) yaitu pelaku, nilai-nilai dan kesan pribadi
seseorang.
d. Pengetahuan (knowledge) yaitu informasi mengenai seseorang yang memiliki
bidang substansi tertentu.
e. Ketrampilan (skill) yaitu kemampuan untuk melakukan tugas fisik dan mental
tertentu.
Michael Zwell (2000:56-68) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu:
a. Keyakinan dan nilai-nilai, keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap
orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa
mereka tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara
baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu, setiap orang harus berpikir
positif tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri orang
yang berpikir ke depan.
b. Keterampilan, dengan memperbaiki keterampilan, individu akan meningkat
kecakapannya dalam kompetensi.
c. Pengalaman, keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman. Di
antaranya pengalaman dalam mengorganisasi orang, komunikasi dihadapan
kelompok, menyelesaikan masalah, dsb. Orang yang tidak pernah berhubungan
dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan 
kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh
dalam lingkungan. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran
strategis kurang mengembangkan kompetensi daripada mereka yang telah
menggunakan penmikiran strategis bertahun-tahun.
d. Karakteristik kepribadian, kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah.
Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon dan
berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitar. Walupun dapat berubah,
kepribadian cenderung berubah dengan tidak mudah. Tidaklah bijaksana
mengharapkan orang memperbaiki kompetensinya dengan mengubah
kepribadiannya.
e. Motivasi, dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,
memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat memberikan
pengaruh positif terhadap motifasi seseorang bawahan.
f. Isu emosional, hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.
Misal, takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak
menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.
g. Kemampuan intelektual, kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti,
pemikiran analitis, dan pemikiran konseptual.
h. Budaya organisasi, budaya organsiasi mempengaruhi kompetensi sumber daya
manusia dalam kegiatan sebagai berikut; proses Recruitment dan seleksi
karyawan, Sistem penghargaan, Praktik pengambilan keputusan, Filosofi 
organisasi (misi-visi, dan nilai-nilai organisasi), Kebiasaan dan prosedur,
Komitmen pada pelatihan dan pengembangan , Proses Organisasional.

Bentuk-bentuk Dukungan Sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Sarafino (2011), menyatakan bahwa bentuk-bentuk dukungan
sosial adalah sebagai berikut
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan bentuk bantuan yang memberikan
dorongan untuk memberikan kehangatan, kasih sayang, perhatian, dan
empati, sehingga individu merasa tentram dan diterima keberadaannya
pada saat individu berada dalam kondisi yang bermasalah.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan yang dinyatakan dalam bentuk penghargaan yang
diberikan melalui penghargaan atau penilaina yang positif kepada
individu, dorongan maju dan semangat, atau persetujuan mengenai ide 
atau pendapat individu, serta melakukan perbandingan positif dengan
orang lain.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti
meminjamkan uang atau membantu pekerjaan untuk meringankan
tugas seseorang.
d. Dukungan Informasi
Memberikan informasi, nasihat mengenai apa yang sebaiknya
dilakukan orang lain yang membutuhkan. Informasi ini digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Yang mana informasi yang diberikan dapat memberikan
manfaat yang positif kepada individu yang membutuhkan informasi
tersebut.
e. Dukungan Jaringan sosial
Dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi agar
seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki
persamaan minat dan aktivitas sosial. Dukungan jaringan sosial disebut
juga dukungan persahabatan yang merupakan suatu interaksi sosial
yang positif dengan orang lain, yang memungkinkan individu dapat
mengahabiskan waktu dngan individu lain dalam suatu aktivitas sosial
maupun hiburan.
Menurut House (dalam Smet, 1994), bentuk-bentuk dukungan sosial
meliputi: 
a. Dukungan Emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, sehingga individu
tidak merasa sendiri ketika menghadapi permasalahannya.
b. Dukungan Penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)
positif bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan
atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan
orang lain. Hal ini membatu individu untuk melihat kelebihan dari diri
sendiri sehingga tidak hanya fokus kepada kekurangan saja. Bentuk
dukungan penghargaan ini juga dapat membentuk individu yang
optimis.
c. Dukungan Instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk
mempermudah perilaku yang secara langsung menolong individu.
Misalnya bantuan benda, pekerjaan, dan waktu.
d. Dukungan Informatif, yaitu mencakup pemberian nasehat, saran-saran,
atau umpan balik. Adanya hal tersebut, individu bisa berpikir luas
terhadap mengatasi permasalahannya, sehingga individu mampu untuk
memilih banyak alternatif

Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya (skripsi dan tesis)


Sarafino (2011), dukungan sosial teman sebaya didefinisikan
sebagai adanya pemberian informasi baik secara verbal maupun non
verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi melalui hubungan
sosial yang akrab yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai
dan dicintai.
Santrock (2003) menjelaskan bahwa dukungan sosial teman
sebaya berkembang dari hubungan teman sebaya yang bersifat sukarela
bukan karena kewajiban dan keharusan seperti di dalam keluarga, 
dukungan teman sebaya akan lebih efektif. Ketika individu berada dalam
sauatu kelompok yamg memiliki suatu kesamaan baik itu minat, bakat
hingga tujuan. Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
informasi dari orang lain bahwa seseorang dicintai dan dipedulikan,
dihormati dan dihargai, dan bagian dari jaringan komunikasi dan
kewajiban bersama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompetensi sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Widyorini (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi sosial pada remaja awal di antaranya: 
a. Faktor personal
1. Perubahan fisik tubuh, perubahan di sini termasuk perubahan
yang dipengaruhi oleh faktor biologis seperti struktur tulang dan
masa puber, kebiasaan makan dan aktivitas yang berhubungan
dengan kesehatan fisik
2. Kognitif adalah adanya kepercayaan bahwa sesuatu tidak akan
terjadi pada individu. Faktor kedua yang berkontribusi terhadap
pembentukan kompetensi sosial adalah kemampuan kognitif.
Kemampuan kognitif seseorang dapat menggambarkan
pemrosesan informasi yang dapat dilakukan individu untuk
memecahan masalah di berbagai situasi. Individu dengan
kemampuan kognitif yang bagus mampu melakukan adaptasi saat
berinteraksi dengan orang lain di berbagai situasi dan kondisi.
Sedangkan individu dengan kemampuan kognitif yang jelek akan
mengalami hal yang sebaliknya (Durkin, 1995).
3. Kecerdasan, kecerdasan disini adalah kecerdasan emosional.
Individu mengenali, mengerti dan mengendalikan emosinya serta
menggabungkan ide-ide dengan cara yang baru yang merupakan
satu cara untuk menemukan solusi kreatif terhadap masalahmasalah.
4. Harga diri, individu dengan harga diri yang tinggi diasosiasikan
dengan kepuasan hidup dan rasa kontrol terhadap hidup
seseorang. Remaja yang berkompeten secara sosial memiliki 
harga diri yang tinggi, memberi kesempatan bagi diri untuk
berkontribusi bagi masyarakat yang kemudian dipengaruhi oleh
lingkungan sosial (Anish, 2014).
b. Faktor Interpersonal
1. Keluarga, latar belakang keluarga dapat memperbesar, mengurangi
atau mengubah masalah individu tergantung pada masalah tersebut
dan struktur keluarga itu sendiri. Keluarga merupakan kelompok
sosial pertama dimana remaja awal belajar berinteraksi dari saat
dilahirkan dengan orang tua kemudian berkembang dengan
anggota keluarga bahkan orang lain. Selain itu keluarga merupakan
lingkungan pertama yang menentukan perilaku pada remaja awal.
Mulai belajar berbicara sampai mengenal berbagai norma yang
harus dipatuhi. Menurut hasi penelitian Babosik (2008),
menunjukkan bahwa keluarga adalah lingkungan yang berpngaruh
terhadap kompetensi sosial.
2. Sekolah, lingkungan sekolah yang terstruktur harus meyakinkan
kompetensi akademik dan kesempatan untuk bersama teman
sebaya telah diperkirakan dapat mendukung kemampuankemampuan sosial. Lingkungan sekolah dalam hal ini adalah
lembaga sekolah itu sendiri serta peran guru.
3. Teman sebaya, seorang remaja awal harus berhubungan dengan
teman sebaya, beberapa diantaranya mempunyai kecenderungan 
meningkatkan atau mendukung pertumbuhan dan yang lainnya
merusak.
4. Faktor Sosial Budaya
Pendukung dan penghambat sosial budaya pada kompetensi
sosial remaja sangat besar sekali baik pada bidang dan pada
kekuatannya. Lingkungan sosial mendukung kompetensi dan
menghukum ketidakkompetenan.

Aspek-aspek Kompetensi Sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Gresham dan Elliot (dalam Smart & Sanson, 2003),
mengemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam kompetensi sosial
antara lain:
a. Assertif
Assertif yaitu perilaku yang berinisiatif seperti menanyakan mengenai
informasi kepada oarng lain, menanggapi tindakan yang dilakukan
oleh orang lain, dan memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain. 
b. Kooperatif
Kooperatif yaitu perilaku seperti patuh terhadap perintah dan
permintaan, membantu orang lain, dan barbagi tentang suatu hal.
c. Empati
Empati yaitu perilaku yang menunjukan perhatiaan dan
menghormati orang lain. Baron dan Byrne (2003) empati adalah
kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, suatu aktivitas
untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain
terhadap kondisi yang dialami orang lain tanpa kehilangan kontrol
dirinya.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu perilaku yang menunjukkan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan menghormati benda
atau pekerjaan.
e. Pengendalian diri
Pengendalian diri yaitu perilaku yang muncul pada saat konflik
seperti menanggapi hal-hal yang mengganggu dengan tepat.
Kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan
mengarahkan perilaku kearah konsekuensi yang positif termasuk
dalam menghadapi konflik yang ada di dalam lingkungan (Ghufron
dan Rini, 2004).
Menurut Rubin dan Krasnor (1997) terdapat dua aspek yang terdapat
dalam kompetensi sosial: 
a. Social problem
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki individu
untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam interaksi sosial. Disini
individu dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah interpersonal
yang mereka hadapi secara adaptif.
b. Social engagement
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk terlibat
secara positif dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Individu
mampu berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan teman sebaya,
serta mampu untuk berinisiatif dalam memulai interaksi dengan orang
lain untuk kemudian mempertahankan relasi tersebut.
Dari penjelasan aspek-aspek kompetensi sosial dari kedua tokoh tersebut,
aspek dari Gresham dan Elliot (dalam Smart & Sanson, 2003) memiliki kelebihan
yaitu uraian aspek kompetensi sosial yang sudah selaras dengan pengertian dari
kompetensi sosial dan sudah rinci sehingga memudahkan peneliti dalam
menyusun skala, sedangkan aspek dari Rubin & Krasnor (1997) penjelasan aspek
kurang rinci sehingga tidak memudahkan peneliti dalam menyusun skala. Maka
dari itu, peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek kompetensi sosial dari
Gresham dan Elliot (dalam Smart & Sanson, 2003).

Pengertian Kompetensi Sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Gesham & Elliot (Smart & Sanson, 2003) kompetensi
sosial adalah sebagai perilaku yang dapat diterima secara sosial, cara
berperilaku yang dapat dipelajari yang memampukan seseorang untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain, dan mengarah pada perilaku
dan respon-respon sosial yang dimiliki individu. Kompetensi sosial adalah
kemampuan yang cenderung menetap untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dalam interaksi sosial dan tetap menjaga hubungan yang positif
dengan orang lain dalam berbagai situasi (Rubin & Krasnor R. dalam
Rahman, 2010). Hurlock (2002) menegaskan bahwa kompetensi sosial
adalah kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain untuk terlibat dalam situasi sosial.
Menurut Buhrmester, kompetensi sosial adalah kecenderungan
untuk membangun dan mempertahankan hubungan dekat yang mampu
memenuhi kebutuhan komunal (kebutuhan yang sifatnya sosial atau
interpersonal seperti kebutuhan akan afeksi atau cinta, intimasi, dukungan
persahabatan, pengasuhan, kesenangan, dan seksual) dan kebutuhan
agentik (kebutuhan yang sifatnya individual, seperti kebutuhan akan 
pencapaian, kekuasaan, pengakuan atau status, penerimaan, autonomi,
identitas dan self esteem) (Aswanti & Ambarsari, 2013).
Kompetensi sosial juga dibutuhkan pada masa remaja awal.
Remaja awal dalam tahap perkembangannya memerlukan kompetensikompetensi untuk dapat berinteraksi dengan baik di dunia akademik
maupun dunia sosialnya. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan remaja
awal dalam berinteraksi adalah mampu memahami suatu situasi sosial
yang memungkinkan individu dapat memilih berbagai macam perilaku
yang sesuai dengan yang diharapkan lingkungan sosialnya, serta menjaga
hubungan yang positif dengan individu lain dalam berbagai situasi dan
waktu yang berbeda (Hurlock, 2002).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja (skripsi dan tesis)


Menurut Mathis dan Jackson dalam Fahmi (2015) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu :
a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift
work) dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam
manajemen supervisi serta keterampilan dalam tehnik industri.
c. Hubungan tenaga kerja dan pemimpin organisasi yang tercermin
dalam usaha bersama antara pemimpin organisasi dan tenaga kerja
untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan
mutu.
d. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai
sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
e. Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan
tambahan tugas
f. Kewiraswastaan, dalam pengambilan resiko kreatifitas. 

Menilai Kinerja (skripsi dan tesis)


Menurut Pramudyo (2010) kriteria yang digunakan untuk menilai
kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Quantity of Work (kuantitas kerja): jumlah kerja yang dilakukan
dalam suatu periode yang ditentukan.
2. Quality of Work (kualitas kerja): kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan ditentukan.
3. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan): luasnya pengetahuan
mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4. Creativeness (kreativitas): keaslian gagasan-gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan yang timbul. 
5. Cooperation (kerja sama): kesedian untuk bekerjasama dengan
oranglain atau sesama anggota organisasi.
6. Dependability (ketergantungan): kesadaran untuk mendapatkan
kepercayaan dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7. Initiative (inisiatif): semangat untuk melaksanakan tugas-tugas
barudan dalam memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities (kualitas personal): menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi

Definisi kinerja (skripsi dan tesis)


Kinerja merupakan singkatan kinetika energi kerja ( Wirawan, 2009).
Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator
suatu pekerjaan atau suatu profesi. Sedangkan menurut ( Irawan, 2012)
Kinerja (Performance) adalah hasil yang bersifat konkret, dapat diamati dan
dapat diukur. Berdasarkan uraian tersebut kinerja adalah hasil hasil kerja
yang dicapai individu yang bersifat konkret yang sesuai dengan
pekerjaannya atau propesi yang dijalani individu untuk mencapai tujuan.
Menurut Pramudyo (2010) “Kinerja adalah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas pada suatu organisasi. Terdapat hubungan yang
erat antara kinerja perseorangan dengan kinerja perusahaan”. Sedangkan
menurut mangkunegara (2010) bahwa “kinerja karyawan adalah hasil kerja
secar kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam 
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan
kepadanya”.
Menurut Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa “kinerja karyawan
merupakan hasil kerja karyawan yakni sebuah proses manajemen atau suatu
organisasi secara keseluruhan yang hasil kerjanya tersebut harus didapat
ditunjukan buktinya secara konkrit dan dapat diukur”. Berdasarkan definisi
diatas kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai tanggung jawab
masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.

Karakteristik Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)


Menurut Mc Clelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah referensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya. (3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka di
bandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Pengertian Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)


Kebutuhan akan prestasi (need for acivement di singkat n-ACH)
merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses Ciri-ciri individu yang
menunjukan orientasi tinggi antara lain tersedia menerima resiko yang relatif
tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka,
keinginan mendapat tanggung jawab pemecah masalah. n-ACH adalah
motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha
mencapaiprestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis
tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat
umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap
prestasinya tersebut.
Abraham sparling (dalam mangku negar, 2002) mengemukakan bahwa
motif di definisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, di mulai
dari dorongan diri (drive) dan di akhiri dengan penyesuaian diri yang di
maksudkan untuk memuaskan motif. William j. Stanton (dalam
mangkunegara, 2002) mendevinisikan bahwa motif adalah kebutuhan yang di
stimulasi, kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas.
Menurut Harsey dan blanchhard (1992) dalam Harmin (2005) manusia
berbeda satu dengan yang lain, tidak hanya dalam kemampuan melaksankan
sesuatu tapi juga berbeda dalam kemauan untuk melakukan sesuatu dan
kemauan atau dorongan untuk melakukan sesuatu itu di sebut 
motivasi.Danim (2004), mengartikan motivasi berprestasi sebagai usaha
untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan, dengan berpedoman pada
standar keunggulan tertentu
Menurut Robbins (2001) motivasi adalah sebagai proses yang ikut
menentukan intensitas, arah dan kekuatan individu dalam usaha mencapai
sasaran. Motivasi kerja menurut harmain (2005) yaitu dorongan yang
menyebabkan orang berbuat sesuatu untuk mengharapkan sesuatuatau untuk
mencapai tujuan, dimana aspek-aspek yang di teliti mencakup kebutuhan
fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan,
dan kebutuhan untuk mewujudkan dir serta dorongan antara lain: prestasi,
promosi, kondisi kerja, gaji, ekstrinsik, supervise, hasil keyakinan dan rasa
tanggung jawab.
Murray sebagai mana di kutip oleh winadi (dalam sudrajat, 2008)
merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan.
Melaksanakan sesuatu tugas pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi,
atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan
hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi
yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan
dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat
secara berhasil.

Tingkatan kompetensi sosial (skripsi dan tesis)


Kompetensi Sosial individu terinternalisasi dalam bentuk tujuh tingkat
kemauan dan kemampuan (Spencer & Spencer, 1993) sebagai berikut :
1. Pengaruh dan dampak, yaitu kemampuan meyakinkan dan mempengaruhi
orang lain untuk secara efektif dan terbuka dalam berbagi pengetahuan ,
pemikiran dan ide-ide secara perorangan atau dalam kelompok agar mau
mendukung gagasan atau idenya.
2. Kesadaran berorganisasi, yaitu kemampuan untuk memahami posisi dan
kekuasaan secara komprehensif baik dalam organisasi maupun dengan
pihak-pihak eksternal perusahaan. 
3. Membangun hubungan kerja, yaitu kemampuan untuk membangun dan
memelihara jaringan kerja sama agar tetap hangat dan akrab.
4. Mengembangkan orang lain, yaitu kemampuan untuk meningkatkan
keahlian bawahan atau orang lain dengan memberikan umpan balik yang
bersifat membangun berdasarkan fakta yang spesifik serta memberikan
pelatihan, dan memberi wewenang untuk memberdayakan dan
meningkatkan partisipasinya.
5. Mengarahkan bawahan, yaitu kemampuan memerintah, mempengaruhi, dan
mengarahkan bawahan dengan melaksanakan strategi dan hubungan
interpersonal agar mereka mau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Kerja tim, yaitu keinginan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang lain secara koperatif yang menjadi bagian yang bermakna dari suatu
tim untuk mencapai solusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
7. Kepemimpinan kelompok, yaitu keinginan dan kemampuan untuk berperan
sebagai pemimpin kelompok dan mampu menjadi suri teladan bagi anggota
kelompok yang dipimpinnya.

Kategori Kompetensi sosial (skripsi dan tesis)


Menurut Spencer (1993) kompetensi dapat dibagi atas 2 (dua) kategori
yaitu “threshold competencies” dan “differentiating - compentencies”.
Threshold competencies adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh
seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya.Tetapi tidak untuk
membedakan seorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata.Sedangkan
“differentiating competencies” adalah faktorfaktor yang membedakan
individu yang berkinerja tinggi dan rendah.

Pengertian Kompetensi Sosial (skripsi dan tesis)


Kompetensi sosial adalah sebuah kemampuan untuk mengambil
prespektif orang lain dalam suatu situasi dan belajar dari pengalaman
masalalu, kemudian mengaplikasikannya pada kehudupan sosial untuk dapat
menyesuaikan diri (Clikeman, 2007). Kompetensi sosial adalah karakter sikap
dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpulsimpul kerja sama dengan orang lain yang relatif bersifat stabil ketika
menghadapi permasalah di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara
watak, konsep diri, motivasi internal serta kapsitas pengetahuan sosial (Imam
sugeng, 2002).
Kaswan (2012) menyatakan bahwa kompetensi sosial mengarah pada
kemampuan karyawan untuk berinteraksi dengan oranglain dalam melakukan
tugas sosial. Hariandja dan Hasibuan (2012) menyatakan bahwa kompetensi
sosial di dasarkan pada kemampuan karyawan dalam memelihara hubungan
kerjasama dengan orang lain.
Tarsidi 2009 mengemukakan kompetensi sosial mencakup kualitas
kualitas pribadi seperti bersifat responsif, terutama kemampuan untuk 
membangkitkan respon positif dari orang lain; fleksibilitas, termasuk
kemampuan untuk bergaul dengan orang-orang dari macam-macam latar
belakang budaya; kemampuan untuk berempati ; kemampuan berkomunikasi
dan memiliki rasa humor. 

Pengukuran kompetensi intelektual (skripsi dan tesis)


Pengukuran kompetensi intelektual yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada teori Rivai (2004), yang terdiri tujuh dimensi yaitu: (1)
kecerdasan numerik, (2) pemahaman verbal, (3) kecepatan perseptual, (4)
penalaran induktif, (5) penalaran deduktif, (6) visualisasi ruang, dan (7)
ingatan.
Dalam kehidupan sehari-hari orang bekerja, berfikir menggunakanpikiran
(intelek)-nya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatumasalah
tergantung kepada kemampuan inteligensinya. Dilihat dari inteligensinya,
kita dapat mengatakan seseorang pandai atau bodoh, pandai sekali/cerdas
(genius) atau pandir/dungu (idiot). Dalam kamus besar BahasaIndonesia
Intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkanilmu
pengetahuan. (Depdikbud, 2000).
Menurut William Stern, inteligensi adalah kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuan Purwanto (2003). Robbins & Judge
(2007) juga mengatakan bahwa kompetensi intelektual adalah kemampuan
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.

Dimensi Kompetensi Intelektual (skripsi dan tesis)


Robbins (2001), menyebutkan dimensi yang membentuk kemampuan
intelektual ini terdiri dari tujuh dimensi yaitu:
1). Kemahiran berhitung adalah kemampuan untuk berhitung dengan cepat
dan tepat.
2). Pemahaman verbal adalah kemampuan memahami apa yang dibaca/
didengar serta hubungan kata satu dengan yang lainnya.
3). Kecepatan konseptual adalah kemampuan mengenali kemiripan dan
bedavisual dengan cepat dan tepat.
4). Penalaran induktif adalah kemampuan mengenali suatu urutan logis
dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
5). Penalaran deduktif adalah kemampuann menggunakan logika dan menilai
implikasi dari suatu argumen.
6). Visualisasi ruang adalah kemampuan membayangkan bagaimana suatu
obyek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang di ubah.
7). Ingatan (memori) adalah kemampuan mendalam dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu

Pengertian Kompetensi Intelektual (skripsi dan tesis)


Marshall (2000), mengungkapkan bahwa kompetensi intelektual adalah
kemampuan dan kemauan yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang
bersifat rasional atau strategik.
Menurut Nahapiet & Ghoshal (1998), mengklasifikasikan kompetensi
intelektual sebagai suatu karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan intelektual individu dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
pemahaman profesional, pemahaman kontekstual yang bersifat relatif stabil
ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk dari sinergi
antara watak, konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan
kontekstual.

Tujuan Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku (skripsi dan tesis)

Tujuan pengawasan adalah sebagai berikut : 1) Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan. 2) Supaya pembentukan persediaan stabil. 3) Menghindari pembeliaan kecil-kecilan. 4) Pemesanan yang ekonomis. Rangkuti (2004:9)

Pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku (skripsi dan tesis)

 “Pengendaliaan terhadap persediaan (inventory control) adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang 11 dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian ditekankan pada pengendalian material, sedangkan pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan lebih banyak pada jasa pasokan”. Lalu Sumayang (2003:197)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa (skripsi dan tesis)


Minat belajar seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat belajar
tersebut ada karena adanya pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti yang diungkapkan oleh Gunarsa dalam Ni Wayan
Sayuwaktini et.al minat belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Yang bersumber dari diri sendiri, meliputi:
1. Kesehatan anak;
2. Ketidakmampuan anak mengikuti pelajaran di sekolah;
3. Kemampuan intelektual yang taraf kemampuannya lebih tinggi dari
teman-temannya kurang motivasi belajar.
b. Yang bersumber dari luar diri anak, meliputi:
1. Keadaan keluarga:
a) Suasana keluarga;
b) Bimbingan orang tua;
c) Harapan orang tua;
d) Cara orang tua menumbuhkan minat belajar anak.
2. Keadaan sekolah:
a) Hubungan anak dengan anak lain yang menyebabkan anak tidak
mau sekolah;
b) Anak tidak senang sekolah karena tidak senang dengan gurunya.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwasannya faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa secara garis besar terdapat dua faktor yaitu
faktor yang bersumber dari diri siswa itu sendiri dan faktor yang bersumber
dari luar diri siswa, secara tidak langsung faktor-faktor tersebut besar
pengaruhnya terhadap minat belajar siswa.

Faktor yang Menentukan Perencanaan Persediaan Bahan Baku (skripsi dan tesis)


Besar kecilnya persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Anggaran produksi
Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin besar bahan
baku yang disediakan, sebaliknya semakin kecil produksi yang di
anggarkan semakin kecil juga bahan baku yang di sediakan.
2) Harga beli bahan baku
Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi
persediaan bahan baku yang di rencanakan. Sebaliknya semakin
rendah harga bahan baku yang dibeli, semakin rendah persediaan
bahan baku yang direncanakan.
3) Biaya penyimpanan bahan baku digudang (carrying cost) dalam
hubungannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan (stockout cost).
Perlu persediaan bahan baku yang besar, sebaliknya bila biaya
penyimpanan bahan baku digudang lebih besar dibanding dengan
biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan,
maka persediaan bahan baku yang dianggarkan kecil. Biaya
kehabisan persediaan meliputi biaya pemesanan darurat,
kehilangan kesepatan mendapatkan keuntungan, karena tidak
terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena adanya
stagnasi produksi, dan lain-lain.
4) Ketepatan pembuatan kuantitas standar pemakaian bahan baku
Semakin tepat kuantitas standar pemakaian bahan baku yang
dibuat, semakin kecil persediaan bahan baku yang dianggarkan.
Sebaliknya bila standar pemakaian bahan baku yang dibuat sulit
untuk mendekati ketepatan maka persediaan bahan baku yang
dianggarkan akan besar.
5) Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam menyerahkan
bahan baku yang dipesan
Apabila pemasok tidak tepat dalam menyerahkan bahan baku
yang dipesan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan
jumlahnya besar. Sebaliknya bila pemasok tepat dalam
menyerahkan persediaan bahan baku, maka bahan baku yang
direncanakan jumlahnya kecil.
6) Jumlah bahan baku setiap kali pesan
Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka
persediaan dianggarkan juga besar, sebaliknya bila bahan baku tiap
kali pesan jumlahnya kecil, maka persediaan yang dianggarkan
kecil. Narafin (2004:83-84).

Jenis-Jenis dan Ciri-Ciri Minat Belajar (skripsi dan tesis)


Minat memiliki banyak jenis dan ciri-ciri. Masing-masing jenis dan
ciri-ciri minat ini mempengaruhi kegiatan seseorang, khususnya kegiatan
belajar. Menurut Rosdiyah dalam Ni Wayan Sayuwaktini et.al (2013: 60)
dinyatakan bahwa “Timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: minat yang berasal dari pembawaan
dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar.”
Selanjutnya dalam hubungannya dengan ciri-ciri minat, Elizabet
Hurlock dalam Ni Wayan Sayuwaktini et.al (2013: 62) menyebutkan ada tujuh
ciri-ciri minat yaitu sebagai berikut:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental;
b. Minat tergantung pada kegiatan belajar;
c. Minat tergantung pada kesempatan belajar;
d. Perkembangan minat mungkin terbatas;
e. Minat dipengaruhi oleh budaya;
f. Minat berbobot emosional;
g. Minat berbobot egosentris.
Melalui pemaparan tentang jenis-jenis dan ciri-ciri minat, secara garis
besar jenis minat dibedakan menjadi dua yaitu minat yang berasal dari
pembawaan diri dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar.
Sedangkan ciri-ciri minat secara garis besar tumbuh bersama dengan
berkembangnya fisik dan mental, minat tergantung pada kegiatan dan
kesempatan belajar serta minat dipengaruhi olah budaya dan berbobot
emosional dan egosentris

Pengertian Perencanaan (skripsi dan tesis)


“Perencanaan adalah tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan
asumsi mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan dimasa
mendatang untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Narafin (2007:24)
“Perencanaan persediaan bahan baku adalah memperkirakan bahan
baku, memperkirakan jumlah bahan baku yang diperlukan,
memperkirakan kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku serta
sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku. Carter
(2010:4)

Biaya-Biaya Persediaan (skripsi dan tesis)


Biaya yang berkaitan dengan persediaan dikelompokkan menjadi:
1) Biaya penyimpanan (carrying cost)yang terdiri atas:biaya modal
atas dana yang terikat pada persediaan,biaya penyimpanan dan
penanganan persediaan, biaya asuransi, pajak atas persediaan,
penyusutan atau keausan.
2) Biaya pemesanan (ordering costs) yang terdiri atas: biaya
pengiriman order,biaya pengiriman barang, dan penanganannya.
Biaya pemesanan jumlahnya tetap pada setiap kali pesanan
dilakukan.
3) Biaya kehabisan persediaan (cost of running short) yang terdiri
dari: kerugian penjualan, kehilangan goodwill pelanggan, biaya
akibat kemacetan jadwal produksi.I Made Sudana (2011:226)

Keuntungan Memiliki Persediaan Yang Cukup (skripsi dan tesis)


Beberapa keuntungan memiliki persediaan yang cukup, yaitu:
1) Adanya kesempatan untuk menjual barang
2) Memungkinkan mendapatkan potongan
3) Biaya pemesanan dapat dikurangi, dan
4) Menjamin kelancaran proses produksi. Irham Fahmi
(2013:246)

Fungsi-Fungsi Persediaan (skripsi dan tesis)

Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya meningkatkan operasi perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun operasi ekternal sehingga perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas. Fungsi-fungsi persediaan adalah: 1) Fungsi Decoupling Fungsi Decoupling adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung dengan supplier. 2) Fungsi Economi Lot Sizing Fungsi Economi Lot Sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembeliaan, biaya pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan sebagainya. 3) Fungsi Antisipasi Fungsi Antisipasi adalah fungsi persediaan yang berfungsi apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atas data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Rangkuti (2004:15-16)

Jenis-Jenis Persediaan (skripsi dan tesis)


1) Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan yang
dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah
jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan.
2) Persediaan barang dalam proses (work in proses), yaitu
keseluruhan barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk
menjadi barang yang siap untuk dijual (barang jadi).
3) Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barangbarang yang telah selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih
belum terjual. Farah Margaretha (2014:154).

Pengertian Persediaan (skripsi dan tesis)


“Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali
atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual”.
Achmad Tjahjono (2009:56).
“Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi
bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya”.
Zaki Baridwan (2013:150

Sistem Pencatatan Perpetual (skripsi dan tesis)

Menurut Firdaus dan Wasilah (2012), yang menyatakan bahwa sistem perpetual melakukan pencatatan secara terus-menerus terhadap penambahan Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian rata-rata) x Lead Time Reorder Point = (Leadtime * Pemakaian rata-rata) + Safety Stock dan pengurangan persediaan. Dengan demikian harga pokok bahan yang dipakai dan persediaan bahan pada akhir periode setiap waktu dapat ditentukan

Reorder Point dan Safety Stock (skripsi dan tesis)

Menurut (Herjanto, 2006) yang menyatakan bahwa jumlah persediaan yang menandai saat harus dilakukan pemesanan ulang sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, disebut sebagai titik pemesanan ulang (reorder point). Titik ini menandakan bahwa pembelian harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah : 1. Lead Time yang akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time. 2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu. 3. Safety Stock atau jumlah persediaan bahan minimum Menurut (Herjanto, 2006), persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Ratarata (Erlina, 2002). Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya per minggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time

Sistem Pengendalian Persediaan (skripsi dan tesis)

 Suatu sistem pengendalian persediaan yang baik pada perusahaan khususnya manufaktur, perusahaan harus mampu mengendalikan bahan baku yang ada, mampu menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pengadaan persediaan bahan baku kembali dan mampu menentukan berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis sehingga peluang perusahaan untuk meraih keuntungan juga semakin besar dengan meminimalkan biaya-biaya yang terkait pada persediaan bahan baku

Tujuan Pengendalian Persediaan (skripsi dan tesis)

Menurut Ristono (2013) yang menyatakan bahwa suatu perusahaan yang mengelola persediaan pasti memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan pengendalian persediaan adalah sebagai berikut: a) Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat (memuaskan konsumen) b) Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan alasan: • Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh • Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan (c) Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan (d) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar (e) Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar. Dari beberapa tujuan pengendalian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan sesuai kebutuhan. Agar kontinuitas produksi tetap terjaga, maka untuk berjaga-jaga perusahaan sebaiknya memiliki apa yang dinamakan dengan persediaan cadangan (safety stock) atau persediaaan minimal bahan baku/penolong yang harus dipertahankan untuk menjaga kontinuitas produksi

Biaya Persediaan (skripsi dan tesis)

Menurut (Herjanto, 2006) yang menyatakan bahwa dalam menentukan besarnya jumlah pesanan yang paling ekonomis tersebut, harus memperhatikan biaya-biaya yang terkait dalam biaya persediaan, antara lain: 1. Biaya Pemesanan atau Ordering costs merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan setiap kali melakukan pemesanan bahan/barang. 2. Biaya Penyimpanan atau Carrying costs merupakan biaya yang dikeluarkan dalam penyimpanan persediaan bahan/barang. 3. Biaya Kekurangan Persediaan atau Shortage costs merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat tidak tersedianya bahan pada waktu yang diperlukan. 

Pengertian Pengendalian Persediaan (skripsi dan tesis)

Menurut (Ristono, 2013) yang menyatakan bahwa pengendalian persediaan yang dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat persediaan yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah sehingga dapat menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang ekonomis. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengendalian persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat, menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, waktu yang diperlukan untuk menambah persediaan dan berapa jumlah yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian kembali supaya dapat melayani dan menjamin kebutuhan bahan/barang dengan tepat dan dengan biaya yang ekonomis atau serendah-rendahnya.

Pengertian Minat Belajar (skripsi dan tesis)

c


Minat merupakan faktor terpenting yang harus dimiliki oleh peserta
didik, dengan adanya minat maka hasil belajar pun tentunya akan semakin
meningkat, mengingat bahwa minat merupakan dorongan seseorang untuk
mendalami sesuatu atau ketertarikan seseorang akan suatu hal.
Menurut Muhibbin Syah (2003 : 151) “Minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu”. Menurut Slameto dalam Ni Wayan Sayuwaktini et.al (2010)
mengemukakan “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.
Sukardi dalam Ni Wayan Sayuwaktini et.al (2013: 57) menyatakan
bahwa “Minat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan
akan sesuatu”. Sedangkan menurut Winkel dalam Ni Wayan Sayuwaktini et.al
(2011: 29) “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
pada bidang itu”.
Minat belajar adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang
lebih tertarik pada suatu mata pelajaran, dengan memberikan perhatian
khusus, disertai perasaan senang dengan perubahan tingkah laku yang
signifikan serta peningkatan hasil belajar pada suatu mata pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah rasa
suka, ketertarikan dan kegairahan seseorang terhadap suatu hal atau kegiatan
yang relatif tetap. Minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk
mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Perhatian
yang diberikan secara terus menerus untuk mencapai suatu kepuasan dalam
pembelajaran. Dalam hal ini seseorang dapat dikatakan memiliki minat
terhadap sesuatu hal jika seseorang memiliki perhatian, ketertarikan dan
merasa senang terhadap sesuatu.

Fungsi Persediaan (skripsi dan tesis)

Dalam menunjang kegiatan proses produksi, adanya persediaan mempunyai fungsi-fungsi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan perusahaan. Menurut (Kusuma, 2004) yang menyatakan bahwa fungsi persediaan tersebut, antara lain: a. Menjadikan proses produksi dan pemasaran menjadi stabil b. Mengurangi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi pasokan bahan baku. c. Sebagai penyangga dan komponen berguna untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat kerusakan mesin d. Persediaan produk jadi berguna untuk memenuhi fluktuasi permintaan yang tidak dapat dengan segera dipenuhi oleh produksi mengingat untuk produksi dibutuhkan bahan baku

Jenis-Jenis Persediaan (skripsi dan tesis)

Adapun jenis persediaan dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan tahapan dalam proses produksi, meliputi sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku utama yaitu bahan mentah yang akan diproses dalam proses produksi sedangkan bahan penolong merupakan bahan yang menolong terciptanya suatu produk. 2. Persediaan barang setengah jadi atau barang yang masih dalam proses produksi. 3. Persediaan barang jadi merupakan barang yang telah siap digunakan atau dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen.

Macam-Macam Kompetensi Guru (skripsi dan tesis)


Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undangundang Guru dan Dosen merupakan “Seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Dalam peraturan Presiden (PP) RI No.
19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 butir antara lain:
a. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang kemungkinannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru atau pendidik
menurut H.U. Husna Asmara (2015 : 13-30)
a. Kompetensi Pedagogik
Berkenaan dengan penguasaan kompetensi pedagogik, aspek
kompetensi pedagogik yang harus dikuasai antara lain:
1. Menguasai karakteristik peserta didik;
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik;
3. Pengembangan kurikulum;
4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik;
5. Pengembangan potensi peserta didik;
6. Komunikasi dengan peserta didik;
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadan yang perlu dimiliki oleh guru antara lain:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
2. Memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain;
3. Tenggang rasa dan toleran;
4. Bersikap terbuka dan demokratis;
5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya;
6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya, baik dalam
bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya;
7. Memahami tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan,
kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yang harus dikuasai guru antara lain:
1. Mampu menyampaikan atau berbicara;
2. Mampu berpikir atau intelektual.;
3. Mampu menjaga hubungan antar pribadi;
4. Mampu mengembangkan, membangun jaringan atau meluaskan
hubungan kerja;
5. Mampu mengembangkan diri;
6. Disiplin.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat, maka yang harus dikuasai adalah:
1. Berkomunikasi lisan dan tulisan;
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik;
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru adalah kemampuan seorang guru dalam menjalankan profesinya
berdasarkan tanggung jawab, wewenang, sikap positif serta hasil yang didapat
pada proses pembelajaran. Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi professional dan kompetensi sosial.

Pengertian Persediaan (skripsi dan tesis)

 Salah satu elemen terpenting dalam menunjang kelancaran kegiatan suatu produksi adalah persediaan. Beberapa pendapat telah mengemukakan mengenai pengertian persediaan, sebagai berikut: 1) Persediaaan adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi. (Prawirosentono, 1997:66- 67). 2) Menurut (Herjanto, 2006:237), persediaan hanyalah sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. 3) Sedangkan menurut (Ristono, 2013) persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktivitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendahrendahnya. Jadi simpulan dari ketiga pengertian diatas adalah persediaan barang/bahan baku merupakan bagian dari perusahaan yang akan diolah menjadi barang jadi, tetapi sebelum masuk ke tahap pengolahan inilah biaya muncul sebagai biaya yang menganggur karena biaya yang terikat dalam persediaan tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. Sehingga diperlukan model persediaan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terikat dengan persediaan bahan baku, mencari solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya serendah-rendahnnya

Pengertian Kompetensi Guru (skripsi dan tesis)


Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang
dapat dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan
tersebut yang dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan,
seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaannya. Menurut Dharma
(2005 : 105) mengemukakan pengertian tentang kompetensi:
Kompetensi bisa bersifat secara universal, berlaku bagi semua manajer
tanpa peduli ia merupakan sebagian organisasi yang mana, ataupun apa
pekerjaan mereka. Mereka dapat juga bersifat generik secara organisasional.
Bisa bersifat umum dan berlaku bagi seluruh staf, atau focus secara lebih
spesifik kepada suatu jenis pekerjaan atau kategori karyawan seperti manajer,
ilmuwan, staf profesional, ataupun staf administrasi.
Menurut Achsan (Kunandar: 2007) “Kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.” Menurut Piet dan
Ida Sahertian (Kunandar: 2007) “Kompetensi adalah kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang
bersifat kognitif, afektif dan performance.”
Menurut Boulter et al. (dalam Rosidah, 2003: 11), “Kompetensi adalah
karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan pegawai mengeluarkan
kinerja superior dalam pekerjaannya.”
Menurut UU No. 14/2005 (Undang-Undang Guru dan Dosen)
“Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.” Kompetensi guru tersebut bersifat
menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling
berhubungan dan saling mendukung. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai
kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran.
Mengacu pada pengertian kompetensi tersebut, kompetensi guru dapat
dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang harus dilakukan seorang guru
dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun
hasil yang dapat ditunjukkan dalam proses belajar mengajar.

Definisi Sistem (skripsi dan tesis)

Menurut (Jogiyanto, 2005) pengertian sistem terbagi ke dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Adapun definisi sistem menurut pendekatan secara prosedur adalah suatu jarigan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu. Sedangkan definisi sistem dalam pendekatan secara komponen adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Simpulan dari kedua definisi diatas, sistem merupakan suatu kumpulan elemen atau komponen atau subsistem-subsistem yang saling bergantung atau terkait antara satu sama lain yang bekerja bersama-sama untuk meraih suatu tujuan ataupun sasaran tertentu

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi (skripsi dan tesis)


Suatu objek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh orang yang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan ada faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Bimo Walgito, (2010: 101) faktor yang
mempengaruhi persepsi yaitu:
1) Objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai
alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu;
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus
ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf
motoris;
3) Perhatian. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama
sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktvitas individu
yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Siagian, Sondang P (2012: 101-105) menyebutkan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi persepsi yaitu:
1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh
adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat,
pengalaman dan harapan.
2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang,
benda, peristiwa di mana sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi
persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi
persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lainlain dari sasaran persepsi.
4) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara
kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa perbedaan persepsi dipengaruhi faktor internal dari seseorang dan
faktor eksternal yang ada di sekitar orang tersebut

Pengertian Persepsi (skripsi dan tesis)


Terdapat beberapa rumusan yang menjelaskan pengertian tentang
persepsi. Menurut Slameto (2010: 102) menyatakan bahwa “Persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak
manusia”. Kemudian pengertian lain menurut Miftah Toha (2005: 141)
mengemukakan pengertian persepsi yaitu “Proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami lingkungannya baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, peraasaan dan penciuman”.
Pendapat lain dari Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwasannya
“Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus. Stimulus
itu sendiri merupakan rangsangan dari luar diri manusia”. Sementara
pendapat Bimo Walgito (2010: 99) mengemukakan “Persepsi sebagai suatu
proses yang didahului oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris”
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya persepsi adalah proses pengamatan dan proses penerimaan
informasi dari luar untuk menerjemahkan stimulus melalui alat indera atau
proses sensoris.

Pengertian Remaja (skripsi dan tesis)


Di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan
“adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere”
(kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi
dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa ( Desmita, 2013).
Masa ini dimulai sekitarpada usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 hingga 21 tahun ( Laura A. King, 2010). Fase remaja merupakan
segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali
dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi. Menurut Konopka (dalam Yusuf, 2000) masa remaja
meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun; (b) remaja madya : 15-18 tahun;
dan (c) remaja akhir : 19-22 tahun.
Dalam kasus cyberbullying, Price & Dalgeish (2010) menemukan
bahwa persentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying baik
menjadi pelaku ataupun korban adalah usia 10 hingga 18 tahun, usia 10-
14 tahun (42%), 15-18 tahun (50%), dan 19-25 tahun (8%). Penentuan
subjek kemudian disimpulkan berdasarkan pendapat diatas, persentase
terbesar terdapat pada remaja 15-18 tahun sebesar 50%. Berdasarkan
pendapat Konopka yang menjadi subjek penelitian adalah remaja yang
berada pada masa remaja madya.