Selasa, 26 Januari 2021

Pengertian Religiusitas (skripsi dan tesis)

 Kahmad (2006) mengatakan agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa inggris, religie dalam bahasa belanda, keduanya berasal dari bahasa latin. Menururt Barry (2001) Religiusitas adalah ketaatan dalam agama. Kahmad (2006) mengatakan religiusitas merupakan inti dari keberagamaan seseorang , tumbuhnya kesadaran beragama menjadikan seseorang shaleh dan bertakwa. Dikatakan Gazalba (1978 dalam Ghufron & Risnawati, 2012) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan demikian mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Anshori (1980 dalam Ghufron & Risnawati, 2012) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister (dalam Subandi 1988 dalam Ghufron & Risnawati 2012) mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Monks (1989 dalam Ghufron & Risnawati 2012) mengartikan keberagamaan sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari manusia kepada Yang Maha Kuasa yang memberikan perasaan aman. Menurut Nashori dan Mucharam (2002 dalam Haryati, 2013), religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. Ancok (2001 dalam Haryati, 2013) mendefinisikan religiusitas sebagai keberagamaan yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang. Menurut Darajat (1991) kesadaran beragama (religious counsiciusness) adalah aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagian dari agama yang hadir dalam pikiran dan dapat disadari melalui intropeksi. Sedangkan yang dimaksut dengan pengalaman agama (religious experinece) adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama yaitu perasaan yang dihasilkan dalam tindakan (amaliyah) nyata. Menurut beberapa ahli di dalam diri manusia terdapat suatu insting atau naluri yang disebut religius insting, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan yang ada di luar diri manusia Spinks (1963 dalam Ghufron & Risnawati, 2012). Naluri inilah yang mendorong manusia melakukan kegiaan-kegiatan yang sifatnya religius. Selanjutnya, dikatakan bahwa beberapa ahli lain tidak menyebut secara langsung bahwa dorongan itu adalah instink religius, tetapi mereka berpendapat bahwa naluri atau dorongan untuk mencapai suatu keutuhan itulah yang merupakan akar dari religi. Dari berbagai pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa religiusitas menunjuk pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya (Ghufron & Risnawati, 2012). Dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah aktivitas pelaksanaan keberagamaan yang didasari pengetahuan, keyakinan dan penghayatan atas agama. Dalam penelitian ini karena subjeknya adalah santri maka religiusitas yang didefinisikan sebagai perilaku santri yang berlandaskan ajaran agama islam. Tingkat religiusitas setiap individu berbeda-beda, seseorang dapat dikatakan memiliki tingkat religiuistas yang tinggi apabila orang tersebut memahami ajaran islam dan menjalankan aturan dan kewajiban yang sesuai dengan ajaran islam. Begitu juga sebaliknya seseorang dikatakan memiliki tingkat religiusitas yang rendah apabila orang tersebut hanya memahami aturan dan kewajiban ajaran islam namun tidak menjalankan atau tidak mengaplikasikan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-har

Tidak ada komentar: