Selasa, 26 Januari 2021

Faktor-faktor Altruisme (skripsi dan tesis)

Beberapa penelitian psikologi sosial melihat bahwa pemberian bantuan dapat dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut (Sarwono, 1999) :
 1. Kehadiran orang lain
 Menurut Sarwono (1999), factor utama dan pertama yang berpengaruh pada perilaku menolong atau tidak menolong adalah orang lain yang kebetulan ada di tempat kejadian. Latane dan Darley (dalam Sears et.al., 1985) mengemukakan bahwa kehadiran penonton yang begitu banyak mungkin memungkinkan tidak adanya usaha untuk memberikan pertolongan. Semakin banyak oranglain, makin kecil kemungkinan orang untuk menolong. Latane dan Nida (dalam Sarwono, 1999) orang-orang yang menyaksikan suatu kejadian seperti peristiwa pembunuhan, kecelakaan, perampokan dan peristiwa-peristiwa lainnya mungkin menduga bahwa sudah ada orang lain yang menghubungi pihak berwajib sehingga kurang mempunyai tanggung jawab pribadi untuk turun tangan. Mengapa kehadiran orang lain kadang menghambat usaha untuk menolong. Analisis pengambilan keputusan tentang perilaku sosial memberikan beberapa penjelasan. Baumiter (dalam Sears et.al., 1985) adalah penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain.bila hanya satu orang yang menyaksikan korban yang mengalami kesulitan maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh untuk memberikan reaksi tersebut dan akan menimbulkan rasa salah dan sesal bila tidak bertindak. Bila orang lain juga hadir, pertolongan juga bisa muncul dari beberapa orang. Kedua tentang efek penonton menyangkut ambiguitas dalam mengintepretasi situasi. Analisis pengambilan keputusan menyatakan bahwa kadang-kadang penolong tidak yakin apakah situasi tertentu dapat benar-benar merupakan situasi darurat. Perilaku penontonyang lain dapat mempengaruhi bagaimana reaksi seseorang.
2. Kondisi lingkungan Keadaan fisik juga mempengaruhi orang untuk memberi bantuan. Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian bantuan. Efek cuaca terhadap pemberian bantuan diteliti dalam dua penelitian lapangan yang dilakukan oleh Conmingham (dalam Sears et.al., 1985). Dalam penelitian pertama, para pejalan kaki dihampiri diluar rumah dan diminta untuk membantu peneliti dengan mengisi kuisioner. Orang lebih cenderung membantu bila hari cerah dan bila suhu udara relative menyenangkan relative hangat di musim dingin dan relative sejuk di musim panas. Dalam penelitian kedua yang mengamati bahwa para pelanggan memberi tip yang lebih banyak bila hari cukup cerah. Menurut Ahmed (dalam Sears, et.al., 1985), bahwa orang lebih cenderung menolong pengendara motor yang mogok dalam cuaca cerah daripada dalam cuacamendung dalam siang hari. Factor lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi tindakan menolong adalah kebisingan. Methews dan canon (dalam Sears, et.al., 1985), bahwa suara bising yang keras menyebabkan orang lain mengabaikan orang lain di sekitarnya dan memotivasi mereka untuk meinggalkan situasi tersebut secepatnya sehingga menciptakan penonton yang tidak begitu suka menolong
3. Tekanan waktu 
Menyatakan bahwa orang kadang berada dalam keadaan tergesagesa untuk menolong. Orang yang sibuk cenderung untuk tidak menolong sedangkan orang yang santai lebih besar kemungkinannya untuk memberikan pertolongan pada yang memerlukannya. Bukti nyata efek ini berasal dari eksperimen yang dilakukan oleh Darley dan Botson (dalam Aears, et.al., 1985) dimana ditemukan 10 % subyek yang diberikan tekanan waktu memberikan bantuan dan 63 % subyek yang tidak diberikan tekanan waktu dapat memberikan pertolongan. Dari hasil tersebut peneliti menyatakan bahwa tekanan waktu menyebabkan seseorang dapat mengabaikan kebutuhan korban sehingga tindakan pertolongan tidak terjadi. 
4. Faktor kepribadian 
Tampaknya cirri kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan dalam beberapa jenis situasi yang lain. Satow (dalam Sears, et.al., 1985), mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial lebih cenderung untuk menyumbangkan uang bagi kepentingan amal daripada orang yang mempunyai tingkat yang rendah untuk diterima secara sosia, tetapi hanya bila orang menyaksikannya. Orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial, tetapi hanya bila orang menyaksikannya. Orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh pujian dari orang lain sehingga bertindak lebih prososial agar mereka lebih diperhatikan.
 5. Suasana hati 
Ada sejumlah bukti bahwa orang cenderung untuk memeberikan bantuan bila mereka ada dalam Susana yang baik hati. Suasana perasaan positif yang hangat meningkatkan kesediaan untuk membantu. Efek suasana hati tidak berlangsung lama hanya 20 menit, suasana hati yang positif bisa menurunkan kesediaan untuk menolong bila pemberian bantuan akan mengurangi suasana hati yang baik (Sears, et.al., 1985). Rupanya orang yang berada dalam suasana hati yang baik ingin mempertahankan perasaan mereka. Efek suasana hati yang buruk, seperti depresi. Suasana hati yang buruk menurut Thompson (dalam Seart, et.al., 1985), menyebabkan individu memusatkan perhatian pada diri individu sendiri dan kebutuhan diri sendiri maka suasana ini akan mengurangi suasana untuk membantu orang lain. Di lain pihak, bila individu berpikir bahwa menolong orang lain bisa membuat individu merasa lebih baik sehingga mengurangi suasana hati yang buruk, maka individu akan mudah memberikan bantuan. 
6. Distress diri dan rasa empatik 
Distress diri (personal distress) adalah reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain, perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin tidak berdaya atau perasaan apapun yang dialami. Sebaliknya yang dimaksud rasa atau empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Perbedaan utamanya adalah bahwa penderitaan diri terfokus pada diri sendiri, sedangkan rasa empatik terfokus pada orang lain. Distress diri memotivasi seseorang untuk mengurangi kegelisahan yang dialami. Orang bisa melakukan dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi orang juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya. Sebaliknya, rasa empatik hanya dapat dikurangi dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain, jelas bahwa rasa empatik merupakan sumber altruistic (Sears et.al., 1985). Meskipun orangorang kadang merasa terganggu, sedih dan marah oleh cacat atau kekurangan umat manusia, namun individu mangalami ikatan perasaan yang mendalam bagi sesamanya. Konsekwensinya adalah mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu sesamanya. 
7. Menolong orang yang disukai 
Rasa suka pada oramg lain dipengaruhi oleh beberapa factor seperti daya tarik fisik dan kesamaan. Penelitian tentang perilaku sosial menyimpulkan bahwa kerakteristik yang sama juga mempengaruhi pemberian bantuan. Menurut Feldman (1985), kesedian untuk membantu akan lebih besar terhadap orang yang berasal dari daerah yang sama daripada terhadap orang lai. Bar-Tal (dalam Sears et.al., 1985) mengemukakan bahwa perilaku membantu dipengaruhi oleh jenis hubungan antar orang lain, seperti terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Tidak peduli apakah karena merasa suka, kewajiban sosial, kepentingan diri, orang lebih suka menolong teman dekat daripada orang asing 
8. Menolong orang yang pantas di tolong
 Apakah seseorang akan mendapatkan bantuan atau tidak sebagian bergantung pada manfaat kasus tersebut. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa factor sebab akibat yang utama adalah pengendalian diri, individu lebih cenderung menolong bila individu yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut. Mungkin seseorang merasa simpati dan prihatin terhadap mereka yang mengalami penderitaan karena kesalahan mereka sendiri.

Tidak ada komentar: