Hurlock (1973 dalam Ghufron & Risnawati, 2012) mengatakan bahwa
religiusitas terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran agama. Spinks (1963 dalam Ghufron
& Risnawati, 2012) mengatakan bahwa religiusitas meliputi adanya
keyakinan, adat, tradisi dan juga pengalaman-pengalaman individual.
Pembagian dimensi-dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam
Shaver dan Robinson 1975 dalam Ghufron & Risnawati,2012) terdiri dari
lima dimensi, di antaranya.
a. Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang
menerima dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya.
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan, adanya malaikat, surga,
para Nabi dan sebagainaya.
b. Dimensi peribadatan atau praktik agama (the ritualistic dimension)
Dimensi ini adalah tingkatan sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya menunaikan
shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.
c. Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan. Tentram
saat berdoa, tersentuh mendengar ayat kitab suci Al-Qur’an, merasa
takut berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, suka menolong
orang kesusahan dan sebagainya d. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam kitab
suci, hadis, pengetahuan tentang fikih, dan sebagainya.
e. Dimensi pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengamalan adalah sejauh mana implikasi ajaran agama
mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Misalnya
mendermakan harta untuk keagamaan dan sosial, menjenguk orang
sakit, mempererat silaturahmi dan sebagainya.
Nashori 1997 (dalam Ghufron & Risnawati, 1997) menjelaskan bahwa
orang yang memiliki tingkat religiusitas akan mencoba selalu patuh
terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha mempelajari
pengetahuan agama, menjalankan ritual agama, meyakini doktrin-doktrin
agamanya, dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama.
Seseorang dapat dikatakan religius jika orang tersebut mampu
melaksanakan dimensi-dimensi religiusitas tersebut dalam perilaku dan
kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar