Darmadi (2011) yang meneliti hubungan keragaman gender,
kebangsaan, dan usia anggota dewan dengan kinerja keuangan perusahaan
di Indonesia. Proporsi wanita, orang asing dan anggota dewan berusia < 50
tahun sebagai variabel-variabel penjelas. Juga digunakan variabel dummy
untuk mengindikasikan kehadiran tiga kelompok dimaksud, sebagaimana
Blau index untuk menilai tigkat keragaman. Ukuran perusahaan, jumlah
dewan, dan proporsi komisaris independen juga dimasukkan sebagai
variabel kontrol. Analisis regresi dilakukan dengan sampel 169 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Desember 2007.
Hasilnya, proporsi pemuda berpengaruh positif pada kinerja pasar
walaupun Blau index keragamanusia tidak berpengaruh pada Tobin’s Q.
Sedangkan keragaman kebangsaan tidak berpengaruh baik
terhadap kinerja pasar maupun kinerja keuangan. Menggunakan Return on
Asset (ROA) sebagai pengukuran kinerja, tidak ada satu pun yang
berpengaruh pada kinerja perusahaan kecuali proporsi pemuda di dewan
direksi. Akan tetapi, proporsi wanita ditemukan berpengaruh negatif pada
kinerja perusahaan dengan menggunakan ROA dan Tobin’s Q.
Gender merupakan salah satu atribut keragaman yang paling
banyak diteliti. Atribut yang dapat diobservasi lainnya adalah usia (Kilduff
et al, 2000) dan kebangsaan (Oxelheim dan Randoy, 2003). Terdapat
argumen berbeda mengenai hubungan antara keragaman gender dan
keuntungan kompetitif organisasi. Beberapa argumen mendukung
anggapan bahwa keragaman yang lebih besar akan membawa keuntungan
30
bagi organisasi disebabkan beberapa alasan yang pantas. Wanita dianggap
memiliki perasaan kognitif yang berfokus pada harmoni (Hurst et al,
1989), kemampuan memfasilitasi penyebaran informasi (Earley dan
Mosakowski, 2000), serta dianggap tangguh karena harus menghadapi
berbagai tantangan sebelum menduduki suatu posisi jabatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar