Altruisme merupakan perilaku menolong orang lain tanpa
mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Manusia sebagai makhluk
sosial yang membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Menjadi
seorang relawan akan mengorbankan sesuatu dalam diri seseorang misalnya
waktu, tenaga dan dana demi menyejahterahkan kehidupan orang lain yang
ditolong. Individu yang menjadi seorang relawan pasti memiliki sifat
altruisme dalam dirinya. Alasan seseorang untuk menolong orang lain
sangatlah bermacam-macam salah satunya adalah empati terhadap orang yang
membutuhkan pertolongan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakakn oleh Batson (1991) yang menjelaskan bahwa empati dapat
menimbulkan dorongan untuk menolong dan tujuan dari menolong itu untuk
memberikan kesejahteraan bagi target empati.
Timbulnya altruisme berawal dari reaksi emosi seseorang terhadap
masalah orang lain. Ketika seseorang berada dalam keadaan sedang
membutuhkan pertolongan akan menimbulkan kesedihan atau kesukaran pada
diri orang yang melihatnya seperti kecewa dan khawatir,meskipun kesedihan
dan kekhawatiran ketika melihat orang lain yang sedang membutuhkan
pertolongan itu menimbulkan dorongan egoistik. Menurut Batson (1991),
sebagian besar perilaku menolong bersifat egois, namun dia juga berpendapat bahwa altruisme yang murni juga ada, meskipun tidak begitu banyak yang
melakukan. Salah satu penjelasan mengapa empati membangkitkan perilaku
menolong, karena menolong di anggap sebagai cara yang efisien untuk
mengurangi penderitaan orang lain.
Empati dapat membangkitkan seseorang untuk memberikan
pertolongan secara tulus yang berorientasi pada kesejahteraan, kebaikan,
kemaslahatan orang yang ditolong. Pertolongan yang diberikan dengan
dorongan altruistik ini tidak menimbang keuntungan dan kerugian, kalaupun
dari hasil menolong itu menghasilkankerugian (baik materi maupun
nonmateri) tidak akan mempengaruhi niat seseorang untuk menolong.
Hoffman menemukan bukti-bukti yang mendukung bahwa empati sebagai
sebuah mediator dapat mencocokkan kebutuhan-kebutuhan penyesuaian, yaitu
membangkitkan sifat potensial manusia dalam menanggapi
ketidakberuntungan pada orang lain. Empati sebagai sarana untuk
membangkitkan altruisme (Taufik, 2012).
Dalam penelitian ini juga menyajikan konsep tentang empati yang
berkaitan langsung dengan perilaku menolong, seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hoffman (2001) yang menyatakan bahwa empati berkaitan
langsung dengan perilaku menolong. Ada juga bukti-bukti eksperimental
bahwa empati akan membangkitkan individu untuk menolong orang lain, dan
observer yang memberikan pertolongan secara cepat kepada korban yang
mengalami kesakitan. Sementara itu, jika mereka tidak melakukan suatu pertolongan maka observer akan merasa lebih baik jika sudah memberikan
pertolongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar