Selasa, 26 Januari 2021

Hubungan Empati dengan Perilaku Altruisme (skripsi dan tesis)

Altruisme merupakan perilaku menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Menjadi seorang relawan akan mengorbankan sesuatu dalam diri seseorang misalnya waktu, tenaga dan dana demi menyejahterahkan kehidupan orang lain yang ditolong. Individu yang menjadi seorang relawan pasti memiliki sifat altruisme dalam dirinya. Alasan seseorang untuk menolong orang lain sangatlah bermacam-macam salah satunya adalah empati terhadap orang yang membutuhkan pertolongan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakakn oleh Batson (1991) yang menjelaskan bahwa empati dapat menimbulkan dorongan untuk menolong dan tujuan dari menolong itu untuk memberikan kesejahteraan bagi target empati. Timbulnya altruisme berawal dari reaksi emosi seseorang terhadap masalah orang lain. Ketika seseorang berada dalam keadaan sedang membutuhkan pertolongan akan menimbulkan kesedihan atau kesukaran pada diri orang yang melihatnya seperti kecewa dan khawatir,meskipun kesedihan dan kekhawatiran ketika melihat orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan itu menimbulkan dorongan egoistik. Menurut Batson (1991), sebagian besar perilaku menolong bersifat egois, namun dia juga berpendapat bahwa altruisme yang murni juga ada, meskipun tidak begitu banyak yang melakukan. Salah satu penjelasan mengapa empati membangkitkan perilaku menolong, karena menolong di anggap sebagai cara yang efisien untuk mengurangi penderitaan orang lain. Empati dapat membangkitkan seseorang untuk memberikan pertolongan secara tulus yang berorientasi pada kesejahteraan, kebaikan, kemaslahatan orang yang ditolong. Pertolongan yang diberikan dengan dorongan altruistik ini tidak menimbang keuntungan dan kerugian, kalaupun dari hasil menolong itu menghasilkankerugian (baik materi maupun nonmateri) tidak akan mempengaruhi niat seseorang untuk menolong. Hoffman menemukan bukti-bukti yang mendukung bahwa empati sebagai sebuah mediator dapat mencocokkan kebutuhan-kebutuhan penyesuaian, yaitu membangkitkan sifat potensial manusia dalam menanggapi ketidakberuntungan pada orang lain. Empati sebagai sarana untuk membangkitkan altruisme (Taufik, 2012). Dalam penelitian ini juga menyajikan konsep tentang empati yang berkaitan langsung dengan perilaku menolong, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hoffman (2001) yang menyatakan bahwa empati berkaitan langsung dengan perilaku menolong. Ada juga bukti-bukti eksperimental bahwa empati akan membangkitkan individu untuk menolong orang lain, dan observer yang memberikan pertolongan secara cepat kepada korban yang mengalami kesakitan. Sementara itu, jika mereka tidak melakukan suatu pertolongan maka observer akan merasa lebih baik jika sudah memberikan pertolongan

Tidak ada komentar: