Variabel jenis kelamin merupakan salah satu bagian dari board
diversity yang penting untuk diteliti. Beberapa ahli tata kelola menyatakan
bahwa keberagaman demografi yang lebih besar diantara anggota dewan
perusahaan akan menyebabkan perbaikan dalam kinerja keuangan perusahaan (Daily, Certo, & Dalton, 1999). Salah satu bagian dari
keberagaman demografi adalah jenis kelamin anggota dewan direksi yang
direpresentasikan dengan adanya keterwakilan perempuan dalam jajaran
direksi. Kehadiran seorang perempuan dalam dewan direksi perusahaan
akan membawa perbedaan persepsi sosiologi dan pemahaman dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan di meja dewan (Swartz, 2006).
Gianti (2016 )Isu perempuan menduduki peran penting dalam
dunia bisnis merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Tidak
dijelaskan dengan pasti alasan mengapa dikatakan abadnya kaum
perempuan, tetapi hanya diungkapkan bahwa perempuan-perempuan di
Amerika dan beberapa negara di Asia serta Eropa telah banyak
memenangkan kompetisi dengan lawan jenisnya (pria) dalam mengisi
posisi-posisi manajemen puncak di beberapa perusahaan terkemuka.
Kecenderungan yang sama sebenarnya juga terjadi di Indonesia. Sepuluh
tahun terakhir beberapa majalah di Indonesia memuat topik perempuan
manajer (eksekutif) sebagai laporan utamanya (Teg dan Utami, 2013).
Perbedaan gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan merupakan faktor
yang dapat kita lihat sebagai ukuran pengaruh kinerja suatu perusahaan.
Isu diversitas gender mencuat ke permukaan dikarenakan keberadaan
perempuan yang sering mendapat perhatian dalam dunia kerja. Namun
sebaliknya kebergaman gender atau keberadaan perempuan dalam
manajamen puncak bukan sebagai ancaman melainkan dapat mendorong
kinerja dan meningkatkan inovasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat diversitas gender yang tinggi cenderung dapat memiliki pandangan
yang luas dalam mengambil keputusan (Kartikaningrum 2016).
Gender merupakan status yang dibangun melalui sosial, budaya,
psikologis berarti berdasarkan ciri-ciri pribadi. Persepsi secara umum
terdapat perbedaan antara pria dan wanita walaupun sudah mulai
berkurang (Rohail Hassan dan Maran Marimutu, 2015 dalam Fathonah
2018). Pedoman yang mempengaruhi bagaimana mereka berfikir dan
berperilaku. Berbicara mengenai propors direksi wanita memiliki sikap
kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari resiko dan lebih
teliti tidak terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan. Dengan
adanya direksi wanita dalam jajaran dewan direksi maka dalam proses
pengambilan keputusan cenderung akan lebih berhati hati sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Puji et,. Al 2017 dalam Fatonah 2018).
Perempuan dianggap memiliki rasa terhadap gaya kognitif yang
berfokus pada harmoni dan kemampuan untuk memfasilitasi penyebaran
informasi (Darmadi, 2012). Berbagai argumen yang berbeda tentang
hadirnya perempuan di dalam dewan direksi berhubungan dengan
kompetitif perusahaan (Darmadi, 2012). Beberapa argumen mendukung
keterwakilan perempuan di dewan direksi akan membawa keuntungan
bagi perusahaan karena perempuan memiliki kepekaan sosial yang baik
dan menunjukkan perilaku etis yang lebih baik daripada laki-laki
(Hanefah, 2016). Namun, perempuan juga dianggap sulit karena harus menghadapi berbagai tantangan sebelum mendapatkan kursi di dewan
(Darmadi, 2012).
(Low et,. Al 2015) membuktikan kinerja perusahaan meningkat
lebih tinggi ketika dipimpin oleh CEO perempuan dan risikonya lebih
kecil dibandingkan dengan yang dipimpin oleh laki-laki. Peningkatan
jumlah dewan direksi wanita berhubungan positif dengan kinerja
perusahaan. Negaranegara yang bersikap sportif dan moderat terhadap
wanita dalam pekerjaannya dapat meningkatkan diversitas gender dalam
dewan direksi dan juga meningkatkan kinerja perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar