Resource
based view (RBV) menjelaskan sumber internal dari sustained
competitive advantage (SCA). Proposisi utama teori RBV adalah bahwa agar
perusahaan dapat mencapai SCA, maka perusahaan harus memperoleh dan
mengendalikan sumber daya dan kemampuan yang berharga, langka, tak dapat ditiru
dan tidak dapat disubstitusi (valuable,
rare, inimitable and nonsubstitutable / VRIN), ditambah perusahaan harus
memiliki organisasi (O) yang dapat menyerap dan menerapkannya (Barney dalam
Khotimah, 2014). Proposisi ini dibahas lebih lanjut oleh beberapa analisis
terkait seperti pembahasan kompetensi inti (Hamel & Prahalad, 1994),
kemampuan dinamis (Teece, Pisano, & Shuen, 1997), dan pandangan berbasis
pengetahuan (Grant, 1996b). Kosnep inti RBV menarik, mudah dipahami, dan mudah
disampaikan. Namun RBV juga telah banyak dikritik karena banyak kelemahan.
Kritik sangat berharga untuk memajukan RBV, karena mengeksplorasi
keterbatasannya menyiratkan di mana perbaikan mungkin dapat dilakukan.
Menurut Barney (dalam Khotimah,
2014), perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif berkelanjutan (SCA) dengan
menerapkan strategi yang mengeksploitasi kekuatan internal mereka, melalui
menanggapi peluang lingkungan sekaligus menetralkan ancaman eksternal dan
menghindari kelemahan internal. Sebagian besar penelitian tentang sumber
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan telah berfokus pada mengisolasi
peluang dan ancaman perusahaan, menggambarkan kekuatan dan kelemahannya, atau
menganalisis bagaimana hal-hal ini dapat dicocokkan untuk memilih strategi.
Meskipun kedua analisis
internal terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi serta analisis eksternal
terhadap peluang dan ancaman telah sering dibahas dalam kajian literatur
manajemen, penellitian berikutnya cenderung berfokus pada analisis terhadap
peluang dan ancaman perusahaan dalam lingkungan kompetitifnya (Barney dalam
Khotimah, 2014). Seperti yang dicontohkan oleh penelitian oleh Porter dan
rekan-rekannya yang berusaha menggambarkan kondisi lingkungan yang dapat
mendukung tingkat kinerja perusahaan. Model five
force dari Porter (dalam Riki dan
Mustamu, 2014), misalnya, menggambarkan atribut industri yang menarik dan dengan
demikian menunjukkan bahwa peluang akan lebih besar, serta lebih sedikit
ancaman, dalam jenis industri tersebut.
Sumber daya perusahaan menurut
Barney (dalam Khotimah, 2014) mencakup semua aset, kemampuan, proses
organisasi, atribut perusahaan, informasi, pengetahuan, dan lain-lain yang
dikendalikan oleh perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan untuk memahami
dan menerapkan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Atau
dalam bahasa analisis strategis tradisional, sumber daya perusahaan adalah
kekuatan yang harus dipahami dan diterapkan oleh perusahaan dalam menerapkan
strategi mereka.
Lebih lanjut menurut Barney
(dalam Khotimah, 2014), suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
kompetitif ketika menerapkan strategi penciptaan nilai yang tidak secara
bersamaan diimplementasikan oleh pesaing saat ini atau pesaing yang potensial
di masa yang akan datang. Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan ketika menerapkan strategi penciptaan nilai yang
tidak secara bersamaan diimplementasikan oleh pesaing saat ini atau yang
potensial di masa yang datang akan dan ketika perusahaan-perusahaan lain tidak
dapat menduplikasi ata meniru manfaat dari strategi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa teori RBV
memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kekuatan yang dimiliki
oleh perusahaan. RBV difokuskan pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kombinasi sumber daya yang tidak dapat dimiliki atau dibangun dengan cara yang
sama oleh pesaing. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan
perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan.
Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang
dimilikinya, sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Hubungan antara heterogenitas
sumber daya dan imobilitas; nilai, kelangkaan, kemampuan meniru, dan kemampuan
substitusi; dan keunggulan kompetitif berkelanjutan dirangkum dalam Gambar 2.1.
Kerangka kerja ini dapat diterapkan dalam menganalisis potensi berbagai sumber
daya perusahaan untuk menjadi sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Analisis ini tidak hanya menentukan kondisi teoritis di mana keunggulan
kompetitif berkelanjutan mungkin ada, kerangka ini juga dapat menjawab secara
empiris serta spesifik masalah yang perlu ditangani agar hubungan antara sumber
daya perusahaan tertentu dan keunggulan kompetitif berkelanjutan dapat
diintegrasikan.
Di sisi lain teori sumber daya manusia merupakan aspek dari
pandangan berbasis sumber daya yang memfokuskan perhatian pada pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki individu, baik pengusaha dan karyawan, berkontribusi
untuk keunggulan kompetitif (Barney & Clark , 2007). Dengan demikian, RBV
memandang pada dua karakteristik yang berbeda namun saling berhubungan antara
individu dan factor organisasi untuk mencapai sumber keunggulan kompetitif
(Welsh, dkk, 2011).
Sumber
daya dan kemampuan perusahaan merupakan hal yang penting dalam strategi tingkat
bisnis. Sementara dalam tingkat korporasi juga memperhatikan bagaimana aset
strategis mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengaruhnya tidak hanya berdasarkan
pada karakteristik sumber daya, tetapi juga pada mekanisme komunikasi dan
koordinasi perusahaan. Faktor-faktor ini memungkinkan perusahaan mengembangkan
aset strategis hingga pada kegiatan usahanya. Kinerja suatu perusahaan
bergantung pada konsistensi internal diantara ketiga elemen “strategi segitiga
korporasi” yaitu sumber daya, usaha, dan mekanisme organisasi, dimana
didalamnya termasuk struktur, sistem dan proses organisasi. Kajian tentang
penerapan strategi telah berlangsung lama sebagai bidang yang independent, dan
tampaknya cara terbaik untuk membicarakan masalah strategi yang merupakan area
penelitian independent adalah untuk mengembangkan teoriteori yang dapat
memprediksi perilaku perusahaan yang berbeda dari yang diperkirakan pada model
lain. Dengan hanya menerapkan pada strategi itu sendiri pada masing-masing
perusahaan (Montgomery, et.all, dalam Khotimah, 2014).
RBV
memberi perhatian terhadap dinamika organisasi dan penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan. RBV menganggap variasi, pemilihan, retensi dan kompetisi
sebagai proses yang penting, serta pentingnya rutinitas dan peranan aspirasi
dalam mencapai perubahan. RBV memberi perhatian terhadap dinamika organisasi
dan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar