Selasa, 28 Juni 2022

Struktur Modal (skripsi, tesis, dan disertasi)

Struktur modal merupakan perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri suatu perusahaan (Husnan, 2011). Dalam menentukan struktur modal perlu mempertimbangkan biaya yang harus di tanggung untuk setiap sumber dana yang akan di pilih. Hal ini perlu di lakukan, karena setiap sumber dana memiliki resiko masing-masing. Oleh sebab itu, suatu perusahaan menghendaki agar dalam keadaan kondisi apapun perusahaan hendaknya tidak mempunyai hutang yang lebih besar dari pada jumlah modal sendiri atau dengan kata lain debt rasio jangan lebih besar dari 50% sehingga modal yang di pinjam (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminan, atau modal sendiri.Dengan adanya struktur modal yang ditargetkan dapat membantu perusahaan untuk selalu konsisten dalam menentukan struktur modalnya. Didalam perusahaan mengenai struktur modal melibatkan suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian, yang artinya jika penggunaan utang lebih banyak akan meningkatkan risiko yang akan di tanggung oleh pemegang saha. Namun, jika penggunaan hutang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi. Penambahan utang memperbesar risiko perusahaansekaligus juga
 memperbesar tingkat pengembalian yang di harapkan. Dengan kata lain risiko yang semakin tinggi akibat besarnya penggunaan utang cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi dengan meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan maka akan menaikan harga saham tersebut.a.Teori Struktur ModalAda beberapa teori yang berhubungan dengan struktur modal, teori tersebut diantaranya sebagai berikut:a)Teori Pendekatan TradisionalPendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.b)Teori Modigliani dan Miller (MM) tanpa PajakTeori struktur modal yang pertama adalah Teori Modigliani dan Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak empengaruhi nilai perusahaan. Pada tahun 1950-an MM mengajukan suati teori yang ilmiah mengenai struktur modal perusahaan. Beberapa asumsi unutk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu: 1)Tidak terdapat agency cost.2)Tidak ada pajak.3)Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan.
 4)Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaandimasa depan.5)Tidak adanya biaya kebangkrutan.6)Para investor adalah price takers (penerima harga) yang dimana investor tidak dapat mengubah harga pasar.7)Jika suatu perusahaan terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value). c)Teori MM dengan PajakPada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tanpa pajak. Asumsi yang diubah pada teori sebelumnya yaitu MM memasukan faktor pajak kedalam teorinya. Pajak dibayarkan kepemerintah yang berarti aliran kas keluar. MM menyimpulkan bahwa pengguaan hutang bisa digunakan menghemat pajak, karena bunga dari hutang bisa dipakai sebagai pemghemat pajak.Preposisi I : nilai suatu perusahaan semua sama,baik itu perusahaan yang berhutang maupun tidak berhutang, karena perusahaan yang berhutang memiliki penghematan pajak karena bunga hutang, yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Implikasi dari proposisi I adalah pembiayaan dengan menggunakan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah seratus persen dibiayai dengan hutang.Preposisi II : Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatkan hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan
 dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari proposisi II ini menjelaskan bahwa penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham.Teori MM tersebut sangat kontroversial yang dimana menjelaskan bahwa perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Padahal pada kenyataannya tidak ada perusahaan yang mempuyai hutang sebesar itu, karena semkin tinggi tingka hutang perusahaan, maka akan semakin tnggi juga kemungkinan kebangkrutan. Hal yang melatar belakangi teori MM ini y aitu MM mengabaikan biaya kebangkrutan.d)Trade Off-TheoryMenurut(Myers, 2001) menjelaskan mengenai trade-off theorymenjelaskan bawah perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat tertentu, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan (kebangkrutan). Adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan, dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan utang, dimana dalam keadaan pajak nilai perusahaan akan naik minimal dengan biaya modal yang minimal.Trade-off theorydalam menentukan struktur modal yang optimal memasukan beberapa faktor antara lain yaitu pajak, biaya keagenan (agency costs),dan biaya kesulitan keuangan (financia distress)tetapi tetap menggunakanasumsi efisiensi pasar dan symmetris informasi sebagai
 imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan mencapai jumlah maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Sehingga, trade-off theory mempunyai impilkasi bahwa manager akan memperhatikan penghematan pajak dan biaya kesulitan dalam penentuan struktur modal perusahaan.Menurut (Brigham dan Houston, 2011) dalam Ni Luh Ayu dan Rusmala (2016) Trade-off theory (teori pertukaran) merupakan adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban pengurang pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen, secara tidak langsung pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Struktur modal yang optimal dapat dicapai dengan cara menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak dengan beban sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar (Sartono, 2010) dalam Ni Luh Ayu dan Rusmala (2016).e)Pecking Order TheoryTeori ini menunjukkan secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan dalam penggunan dana, Myer (1984) dalam Gede dan Surya (2015). Urutan (hierarki) perusahaan dalam memilih sumber pendanaan, yaitu:a)Perusahaan lebih memilih menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal dari pada dan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional.
 b)Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menentapkan jumlah pembayaran dividen yang stabil, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.c)Kebijakan dividen yang relatif cenderung kaku disertai dengann fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan bahwa hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi meskipun pada kesempatan lain kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan maka peruahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.d)Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Artinya dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarateristik opsi ( seperti obligasi konversi) dan akhirnya apabila masih belum mecukupi maka saham baru diterbitkan..Pecking order theorymenjelaskan kenapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas internal yang memadai untuk keperluan investasinya, sehingga penggunaan hutang bisa berkurang. Demikian juga sebaliknya perusahaan yang tidak profitable akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar. Alasannya karena dana internal tidak mencukupi dan pembiayaan dengan hutang lebih
 disukai dibandingkan pembiayaan eksternal, Husnan (2012) dalam Gede dan Made (2015.f)Teori Asimetri dan SignalingTeori ini menyatakan bahwa dalam pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan mempunyai informasi yang lebih mengenai prospek dan resiko perusahaan dengan pihak lainnya. Menurut (Myers dalam Riyanto, 2010) asimetri informasi anatar manager dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengnai kondisi perusahaan dibandingkan pihak luar.Signaling Theory mengmabnagkan model dimana struktur modal (hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager kepasar. Jika manager mempunyai keyakinan prospek persahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, dan ingin mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor.Manager dalam menggunakan hutang sebagai sinyal kepada investor.karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang.g)Agency TheoryAgency theory mengemukakan manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan, Yuke dan Hadri (2005). Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan
 fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.Menurut Horne dan Wachowicz (1998) dalam Yuke dan Hardi (2005) salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Sebagai misal, pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham.

Tidak ada komentar: