Menurut Suwardjono (2013: 456) menyebutkan bahwa laba dipandang
sebagai elemen yang cukup kaya (komprehensif) untuk merepresentasikan kinerja
suatu entitas secara keseluruhan. Dengan adanya informasi laba, perusahaan
berharap bahwa informasi ini bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
Dalam penyajian laba, diharapkan dapat digunakan sebagai:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
i. Dasar pembagian dividen
Penyajian laba dalam laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi
seluruh kepentingan dari pengguna laporan keuangan. Namun pada kenyataannya
susah untuk diterapkan. Terdapat dua sudut pandang berbeda yang diperhatikan
perusahaan dalam pelaporan keuangan yaitu dari sudut pandang pemerintah dan
20
investor/kreditor. Dalam sudut pandang pemerintah yang berkaitan dengan
pungutan pajak, sebagai subjek pajak maka perusahaan akan berusaha untuk
meminimalkan pembayaran pajak dengan cara merendahkan laba. Namun berbeda
dalam sudut pandang investor dan kreditor. Dalam perolehan dana dari penjualan
saham yang diperoleh dari investor dan perolehan dana hutang dari kreditor, maka
perusahaan akan berusaha menunjukkan laporan keuangan sebaik mungkin
dengan mengungkapkan laba yang tinggi. Oleh karena itu timbul praktik
manajemen laba.
Manajemen laba menurut Scott (2000: 423) merupakan pilihan
manajemen atas kebijakan akuntansi sehingga mencapai tujuan pelaporan laba
yang diinginkan. Ada beberapa pola dalam melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Taking a bath
Pola ini memperlakukan laba dengan cara membuat laba tahun berjalan
dilaporkan dengan sangat rendah. Biaya periode yang akan datang digeser ke
pperiode berjalan. Hal ini dikarenakan adanya pergantian CEO pada periode
tersebut. Dengan begitu diharapkan pada pperiode yang akan datang laba
yang dihasilkan akan tinggi, sehingga CEO baru mendapat image dan juga
kompensasi bonus yang tinggi.
2. Income minimization
Pola ini memperlakukan laba dengan cara meminimalkan laba periode
berjalan dengan tujuan untuk menghindari perhatian dari pemerintah, seperti
meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. 3. Income maximization
Pola ini memperlakukan laba dengan cara memaksimalkan laba periode
berjalan dengan tujuan untuk menentukan kompensasi bonus. Ketika
perusahaan mendekati pelanggaran kontrak hutang jangka panjang
perusahaan juga akan memaksimalkan labanya.
4. Income smoothing
Pola ini seringkali dilakukan oleh beberapa perusahaan. Dengan melakukan
pola ini perusahaan dapat mengatur tinggi rendah laba yang dilaporkan guna
menghindari jumlah laba yang fluktuasi tiap tahunnya, sehingga perusahaan
akan dianggap stabil dan perusahaan tersebut tidak terlalu berisiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar