Pada dasarnya, personal branding merupakan kegiatan public relations
dengan pembedanya adalah dalam public
relations, yang dipresentasikannya adalah
citra daripada sebuah organisasi atau
perusahaan. Pada sebuah personal
branding, yang dipresentasikan adalah
citra diri seseorang tersebut. Sama seperti
personal branding, public relations
menurut Frank Jeffkins (2003:7) adalah
sesuatu yang terdiri dari semua bentuk
komunikasi berencana, baik ke dalam
maupun ke luar dengan tujuan
mendapatkan citra positif dan dukungan
dari publiknya.
Hubungan merek dengan suatu
bisnis hampir selalu di mulai dari
kompetensi produk atau jasa yang
dirasakan oleh sang pelanggan- yakni
kemampuannya untuk memenuhi suatu
kebutuhan atau memuaskan suatu
keinginan. Seiring berjalannya waktu,
merek tersebut akan membedakan dirinya
dari yang lain dengan cara melakukan
hal-hal yang melampaui kompetensinya
melalui apa yang dipandang oleh para
pelanggan sebagai kombinasi antara
standar dan gaya. Sebagaimana proses ini
berevolusi, hubungan tersebut akan
mengembangkan ekuitas merek-yakni
tingkat kumulatif dari kredibilitas,
kepercayaan dan nilai nilai di dalam
benak para pelanggan. (Mcnally & Speak,
2004:43) Yulia Baltschun menggunakan
dirinya atau pekerjaannya sebagai merek
(brand). Yulia sebagai diet vlogger
mempromosikan dan menkomunikasikan
apa yang ada pada dirinya kepada orang
lain secara terstruktur. Terdapat banyak
sekali konsep yang dapat disajikan dasar
landasan berpikir mengenai tinjauan
personal branding. Untuk pembangunan
merek pribadi, dengan cara serupa model
tersebut diatas telah menggabungkan
ketiga dimensi yang khas tetapi saling
terkait tersebut.
Mcnally dan Speak (2004)
mengerucutkan ide-ide mengenai personal
branding dalam tiga dimensi yaitu:
1. Kompetensi
Dimensi brand yang pertama merujuk
kepada sifat-sifat hubungan dan hal-hal
yang harus dilakukan secara profesional
hanya untuk memenuhi harapan-harapan
mendasar dari seseorang. Bersikap
kompeten berarti harus (dalam tingkat
tertentu) memenuhi persyaratan untuk
melakukan sesuatu bagi seseorang.
(Mcnally & Speak, 2004:44) Sebuah
kompetensi akan menjadi inti dari
hubungan yang biasanya relatif tidak
berubah dalam waktu yang lama. Jikapun
ada, perubahan itu akan bersifat
progresif dan alami. Untuk mendukung
sebuah personal branding, kompetensi
memiliki 5 (lima) karateristik dasar yaitu
pemahaman, keterampilan, konsep diri,
bawaan (karakteristik) dan tujuan.
(Djojonegoro:11).
2. Standar
Standar akan berpengaruh terhadap
bagaimana orang lain melihat diri anda.
Jauh melampaui kompetensi, standar
mempertegas kekuatan personal branding
seseorang. Oleh karena itu, meskipun
kompetensi anda sama dengan orang
lainnya, namun standar akan membantu
anda menonjol dibandingkan dengan yang
lain. Dimensi ini mulai menjadikan citra
merek yang dibuat jauh lebih khusus
dengan memusatkan perhatian kepada cara
anda menyampaikan kompetensi yang
dimiliki. Standar yang dimiliki adalah
tingkat prestasi yang hendak dipatuhi
secara konsisten.
Standar akan cenderung lebih
ditegaskan karena pengalaman akan
memberikan penjelasan mengenai harapan.
Perubahan yang terjadi akan melibatkan
ketepatan dan keakuratan yang lebih
tinggi sebagaimana telah dipahami secara
lebih terperinci apa yang diperlukan
audiens terhadap diri kita.
3. Gaya
Dimensi ketiga ini merupakan cara
bagaimana kita berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Beginilah
cara mengkhususkan kompetensi yang
dimiliki sesuai konteks standar kinerja.
Anggaplah gaya brand anda sebagai suatu
gambaran emosional anda yang sudah
terbentuk. Bukan hanya melalui kesan
yang pertama, tetapi juga melalui
hubungan yang berulang-ulang pada saat
kita berinteraksi dengan orang lain.
Perubahan gaya kemudian akan
mencerminkan suatu tingkat keterbiasaan
bahkan kedekatan yang sedang tumbuh.
Sebagaimana setiap orang di dalam
hubungan tersebut akan memperoleh
pemahaman yang selalu menjadi semakin
baik mengenai perilaku seperti apa yang
paling baik ditujukan untuk
mempertahankan, memupuk dan
memperdalam pertalian diantara mereka,
maka penyesuaian diri yang dilakukan
terus-menerus akan memperkuat pertalian
tersebut. (Mcnally dan Speak, 2004:44-
45). Secara sederhana, cara seseorang
berkomunikasi dan bertindak ketika orang
tersebut melakukan apa yang
dikerjakannya (gaya) dan norma-norma
yang diterapkan (standar) akan
memperkenankan seseorang tersebut
untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan
dasar dari orang lain (kompetensi). Secara
sederhana bila kompetensi merupakan
kata benda dari sebuah branding, maka
standar dan gaya memiliki peran sebagai
kata benda dan kata sifat untuk
memodifikasinya. Untuk membangun
personal branding yang khas, relevan dan
konsisten, Yulia Baltschun harus memiliki
kompetensi, standar dan gaya yang
dapatmenunjang pembentukan
personal branding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar