Kamis, 28 Mei 2020

Personal Branding (skripsi dan tesis)

Pada dasarnya, personal branding merupakan kegiatan public relations dengan pembedanya adalah dalam public relations, yang dipresentasikannya adalah citra daripada sebuah organisasi atau perusahaan. Pada sebuah personal branding, yang dipresentasikan adalah citra diri seseorang tersebut. Sama seperti personal branding, public relations menurut Frank Jeffkins (2003:7) adalah sesuatu yang terdiri dari semua bentuk komunikasi berencana, baik ke dalam maupun ke luar dengan tujuan mendapatkan citra positif dan dukungan dari publiknya. Hubungan merek dengan suatu bisnis hampir selalu di mulai dari kompetensi produk atau jasa yang dirasakan oleh sang pelanggan- yakni kemampuannya untuk memenuhi suatu kebutuhan atau memuaskan suatu keinginan. Seiring berjalannya waktu, merek tersebut akan membedakan dirinya dari yang lain dengan cara melakukan hal-hal yang melampaui kompetensinya melalui apa yang dipandang oleh para pelanggan sebagai kombinasi antara standar dan gaya. Sebagaimana proses ini berevolusi, hubungan tersebut akan mengembangkan ekuitas merek-yakni tingkat kumulatif dari kredibilitas, kepercayaan dan nilai nilai di dalam benak para pelanggan. (Mcnally & Speak, 2004:43) Yulia Baltschun menggunakan dirinya atau pekerjaannya sebagai merek (brand). Yulia sebagai diet vlogger mempromosikan dan menkomunikasikan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain secara terstruktur. Terdapat banyak sekali konsep yang dapat disajikan dasar landasan berpikir mengenai tinjauan personal branding. Untuk pembangunan merek pribadi, dengan cara serupa model tersebut diatas telah menggabungkan ketiga dimensi yang khas tetapi saling terkait tersebut. 
Mcnally dan Speak (2004) mengerucutkan ide-ide mengenai personal branding dalam tiga dimensi yaitu: 
1. Kompetensi
 Dimensi brand yang pertama merujuk kepada sifat-sifat hubungan dan hal-hal yang harus dilakukan secara profesional hanya untuk memenuhi harapan-harapan mendasar dari seseorang. Bersikap kompeten berarti harus (dalam tingkat tertentu) memenuhi persyaratan untuk melakukan sesuatu bagi seseorang. (Mcnally & Speak, 2004:44) Sebuah kompetensi akan menjadi inti dari hubungan yang biasanya relatif tidak berubah dalam waktu yang lama. Jikapun ada, perubahan itu akan bersifat progresif dan alami. Untuk mendukung sebuah personal branding, kompetensi memiliki 5 (lima) karateristik dasar yaitu pemahaman, keterampilan, konsep diri, bawaan (karakteristik) dan tujuan. (Djojonegoro:11). 
2. Standar 
Standar akan berpengaruh terhadap bagaimana orang lain melihat diri anda. Jauh melampaui kompetensi, standar mempertegas kekuatan personal branding seseorang. Oleh karena itu, meskipun kompetensi anda sama dengan orang lainnya, namun standar akan membantu anda menonjol dibandingkan dengan yang lain. Dimensi ini mulai menjadikan citra merek yang dibuat jauh lebih khusus dengan memusatkan perhatian kepada cara anda menyampaikan kompetensi yang dimiliki. Standar yang dimiliki adalah tingkat prestasi yang hendak dipatuhi secara konsisten. Standar akan cenderung lebih ditegaskan karena pengalaman akan memberikan penjelasan mengenai harapan.
Perubahan yang terjadi akan melibatkan ketepatan dan keakuratan yang lebih tinggi sebagaimana telah dipahami secara lebih terperinci apa yang diperlukan audiens terhadap diri kita. 
3. Gaya
 Dimensi ketiga ini merupakan cara bagaimana kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Beginilah cara mengkhususkan kompetensi yang dimiliki sesuai konteks standar kinerja. Anggaplah gaya brand anda sebagai suatu gambaran emosional anda yang sudah terbentuk. Bukan hanya melalui kesan yang pertama, tetapi juga melalui hubungan yang berulang-ulang pada saat kita berinteraksi dengan orang lain. Perubahan gaya kemudian akan mencerminkan suatu tingkat keterbiasaan bahkan kedekatan yang sedang tumbuh. Sebagaimana setiap orang di dalam hubungan tersebut akan memperoleh pemahaman yang selalu menjadi semakin baik mengenai perilaku seperti apa yang paling baik ditujukan untuk mempertahankan, memupuk dan memperdalam pertalian diantara mereka, maka penyesuaian diri yang dilakukan terus-menerus akan memperkuat pertalian tersebut. (Mcnally dan Speak, 2004:44- 45). Secara sederhana, cara seseorang berkomunikasi dan bertindak ketika orang tersebut melakukan apa yang dikerjakannya (gaya) dan norma-norma yang diterapkan (standar) akan memperkenankan seseorang tersebut untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar dari orang lain (kompetensi). Secara sederhana bila kompetensi merupakan kata benda dari sebuah branding, maka standar dan gaya memiliki peran sebagai kata benda dan kata sifat untuk memodifikasinya. Untuk membangun personal branding yang khas, relevan dan konsisten, Yulia Baltschun harus memiliki kompetensi, standar dan gaya yang dapatmenunjang pembentukan personal branding.

Tidak ada komentar: