Personal brand adalah identitas pribadi individu yang mampu menciptakan respon emosional
orang lain terhadap kualitas dan nilai yang dimiliki individu tersebut (O'Brien T. , 2007). Pendapat lain
menyatakan bahwa personal brand merupakan persepsi, pendapat, atau kesan seseorang terhadap kita
(Hood, 2006; Peter Montoya, 2008; Subur, 2011). Hood bahkan menambahkan bahwa personal brand
yang sukses akan secara tepat menggambarkan keseluruhan potensi, kualitas, dan nilai-nilai yang
berada dalam diri seorang individu (Hood, 2006). Dengan personal brand, individu akan menjadi
seseorang yang pertama terpikirkan ketika orang lain mencari atau membutuhkan potensi, kualitas,
atau nilai-nilai tertentu yang ada dalam diri individu tersebut (Hood, 2006; William Arruda, 2010).
Hal ini secara lebih sederhana dikatakan oleh Moentoya, yaitu bahwa personal brand yang baik dapat dengan mudah mengkomunikasikan perasaan atau gagasan yang jelas dan sederhana tentang individu
(Peter Montoya, 2002).
Saat ini, personal brand memang menjadi lebih penting dan signifikan pengaruhnya
dibandingkan merek perusahaan (corporate brand). Hal ini karena pada dasarnya kita lebih mudah
mempercayai individu dibandingkan perusahaan dan kita akan memilih untuk berhubungan atau
berbisnis dengan seseorang yang membuat kita nyaman (Peter Montoya, 2008). Kegiatan atau
aktivitas untuk membangun personal brand disebut personal branding. Lebih rinci, personal branding
ialah mengkomunikasikan dan memastikan bahwa orang lain menerima dan percaya nilai-nilai dan
kualitas yang dimiliki individu tersebut (O'Brien T. , 2007). Tidak hanya itu, personal branding tidak
bisa sebatas mengkomunikasikan, tetapi juga terlebih dahulu harus mengidentifikasi hal unik, relevan,
dan menarik dari individu sehingga dapat meningkatkan karir atau bisnis individu tersebut
(Rampersad, 2009; Schawbel, 2015).
Melalui personal branding, individu dapat mengambil kendali terhadap bagaimana orang lain
mempersepsikan individu tersebut (Peter Montoya, 2008; Brown, 2014). Sayangnya, tidak semua
orang melihat peluang dari pemanfaatan personal branding. Bahkan, sebagian orang juga tidak
menyadari bahwa mau tidak mau, disadari atau tidak, dirinya telah memiliki sebuah personal brand
paling tidak di kalangan orang-orang sekitarnya, rekan kerja atau tetangga (Peter Montoya, 2008).
Hal ini lebih jelas
dipahami melalui argumen McNally bahwa brand dari diri tiap orang merupakan refleksi dari apa
yang orang tersebut lakukan dan apa yang menjadi kepercayaan orang tersebut yang direalisasikan
melalui apa yang dilakukan dan bagaimana orang itu melakukannya. Dengan adanya kontak yang
berulang dengan orang lain, brand tersebut akan menjadi lebih kuat dan terbentuk dalam persepsi
orang lain (McNally & Speak, 2012).
Dalam melakukan personal branding, Anda memerlukan sarana untuk menampilkan gagasan,
ide, aktivitas, atau keahlian Anda dan dengan internet hal tersebut dapat dengan mudah dilakukan
(Erik Deckers, 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Schawbel bahwa melalui sebuah situs internet
setiap orang dapat dengan sangat mudah mengembangkan dan memasarkan personal brand mereka
(Schawbel, 2015). Internet memungkinkan setiap orang untuk berbagi informasi, baik melalui tulisan,
gambar, atau video kepada seluruh pengguna internet lainnya dan melahirkan berbagai forum diskusi
online dan ruang menulis bebas, seperti blog (Erik Deckers, 2012).
Blog adalah halaman web atau jurnal online yang memungkinkan pengguna untuk
memposting apa yang mereka inginkan dan menyajikan posting ini dalam urutan kronologis (dari yang
terbaru sampai yang terlama) (Stephen Quinn, 2012; John Dvorak, 2004; Spector, 2015; Yan, 2012).
Dengan menjadi seorang blogger (sebutan untuk penulis blog), dalam sekejap seseorang dapat
menerbitkan gagasannya secara maya ke seluruh dunia, diakses dan dibaca oleh miliaran orang tanpa
perlu mendatangi penerbit (Solove, 2007). Tidak hanya itu, blog juga memungkinkan terbangunnya
kedekatan personal karena penulis dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan pembaca melalui kolom
komentar (Solove, 2007; Peter Montoya, 2008). Karenanya, tidak heran bahwa blog dapat dijadikan
pusat kegiatan personal branding melalui internet: kita perlu membuat diri kita diketahui oleh banyak
orang dan blog merupakan cara termudah untuk melakukannya (Erik Deckers, 2012).
Meskipun demikian, menurut Montoya, personal branding melalui blog juga memiliki
kelemahan. Menulis blog memerlukan banyak waktu dalam arti seseorang tidak bisa hanya menulis
satu atau dua kali. Anda harus menulis beberapa kali dalam suatu kurun waktu yang tentu akan sulit
untuk dilakukan seorang profesional yang sibuk (Peter Montoya, 2008).
Menggunakan internet, baik melalui blog maupun situs lainnya, untuk personal branding juga berarti
Anda harus mempertimbangkan beragam konten yang akan Anda unggah karena segala informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar