Kamis, 28 Mei 2020

Kelengketan Biaya Pada Perusahaan Milik Pemerintah (skripsi dan tesis)

 Biaya lengket timbul dari perilaku biaya di mana biaya mudah untuk ditambahkan tetapi sulit untuk diturunkan. Perilaku biaya yang tidak proporsional dalam menanggapi perubahan aktivitas telah dibahas dan didokumentasikan oleh beberapa artikel. Subramaniam dan Weidenmier (2003) menemukan bahwa total biaya meningkat 0,93% per kenaikan 1% pada pendapatan, tetapi turun sebesar 0,85% per penurunan 1%. Perilaku ini disebut sebagai biaya lengket dimana kenaikan biaya lebih besar dibandingkan dengan penurunannya pada perubahan volume aktivitas pada jumlah yang ekuivalen. Perilaku biaya lengket dapat disebabkan oleh hubungan antar biaya dan aktivitas. Pengurangan biaya dalam menanggapi pengurangan aktivitas tergantung pada kemampuan manajemen untuk mengurangi biaya kapasitas yang tidak terpakai. Tidak semua biaya dikatakan sebagai biaya lengket dan penyebab utama adanya biaya lengket adalah ketidakpastian mengenai permintaan di masa depan dari produk perusahaan sehingga membuat manajer untuk memperhitungkan penundaan pengurangan biaya sampai perusahaan yakin dengan penurunan volume. Menurut Subramaniam dan Weidenmier (2003) pada saat aktivitas perusahaan meningkat akan mengakibatkan peningkatan biaya secara langsung, tetapi pada saat perusahaan mengalami penurunan aktivitas perusahaan tidak dapat secara langsung mengurangi aset, karyawan, dan biaya lainnya dalam jangka pendek. Manajer perusahaan beranggapan bahwa penurunan aktivitas bersifat sementara. Manajer memiliki keyakinan bahwa aktivitas akan kembali normal, sehingga manajer melakukan penundaan dalam hal pengurangan biaya saat penurunan aktivitas. Porporato dan Werbin (2010) mengatakan bahwa biaya lengket adalah biaya yang dapat dengan mudah ditingkatkan pada saat terjadi peningkatan permintaan produk perusahaan, tetapi tidak turun seiring dengan penurunan permintaan produk. Penelitian Porporato dan Werbin (2010) pada perusahaan perbankan di negara Brasil, Argentina, dan Kanada menunjukan adanya perbedaan tingkat kelengketan biaya pada masing-masing negara karena adanya perbedaan struktur biaya dan kondisi ekonomi pada masing-masing negara, dimana bank yang beroperasi dilingkungan ekonomi yang tidak menentu seperti Argentina menunjukan penurunan biaya yang paling rendah pada saat terjadi penurunan pendapatan. Kelengketan biaya juga dapat mempengaruhi laba pada perusahaan, pada penelitian yang dilakukan Yudhi et al (2010) perusahaan yang memiliki biaya lengket yang lebih besar akan memperlihatkan penurunan laba yang lebih besar ketika level aktifitas menurun dibandingkan dengan perusahaan yang biaya lengketnya lebih kecil, hal ini dikarenakan biaya lengket yang tinggi dihasilkan dari penyesuaian biaya yang lebih sedikit ketika level aktivitas menurun, karena itu penghematan biaya lebih sedikit. Isu-isu tata kelola pemerintahan juga dapat menjelaskan perilaku biaya lengket. Calleja et al (2006) menemukan bahwa perusahaan di negara Jerman dan Perancis menunjukan biaya lengket yang lebih besar dari pada biaya lengket pada perusahaan di Inggris dan Amerika Serikat, mereka menduga bahwa kode sistem hukum pada perusahaan di negara Jerman dan Perancis tidak hanya membuat perusahaan menekankan pada kepentingan pemegang saham tetapi juga pemangku kepentingan lain termasuk karyawan. Karyawan memiliki posisi yang lebih kuat dalam tata kelola perusahaan, sehingga lebih sulit bagi perusahaan untuk memberhentikan karyawan ketika penurunan pendapatan. Ketatnya undangundang perlindungan ketenagakerjaan juga dapat menyebabkan munculnya biaya lengket. Karena sulit bagi perusahaan untuk mem-PHK karyawannya disaat penurunan aktivitas perusahaan. Sedangkan pada perusahaan yang terdapat di Inggris dan Amerika Serikat manajemen perusahaan dibawah tekanan pihak eksternal seperti pemegang saham, sehingga perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan dilakukan demi kepentingan pemegang saham. Saat terjadi penurunan aktifitas perusahaan jauh lebih mudah untuk mengurangi sumber daya mereka. Biaya lengket juga ditemukan pada bidang kesehatan seperti rumah sakit milik pemerintah. Balakrishnan dan Soderstom (2008) meneliti pengaruh kepemilikan terhadap perilaku biaya, dimana menemukan bahwa rumah sakit milik pemerintah menunjukan adanya kelengketan biaya. Diduga bahwa rumah sakit milik pemerintah mengalami kendala dalam keuangan, mereka juga harus melalui proses birokrasi dan mekanisme politis yang rumit untuk memperoleh tambahan dana dari lembaga pemerintah. Karena terdapat ketidakpastian atau lambannya mengenai tambahan dana dari lembaga pemerintah membuat manajer rumah sakit lebih memilih untuk mempertahankan sumber daya mereka karena untuk menghindari adanya biaya penyesuaian saat aktivitas menurun. Penelitian Anderson et al (2003) menggunakan variabel biaya penjualan, umum, dan administrasi dalam memperhitungkan biaya lengket, karena biaya penjualan, umum, dan administrasi merupakan biaya yang aktivitas penggeraknya adalah volume penjualan. Untuk menguji adanya biaya lengket Anderson et al (2003) membandingkan variasi biaya penjualan, umum, dan administrasi terhadap penjualan di periode dimana terjadinya peningkatan penjualan dengan variasi biaya penjualan, umum, dan administrasi terhadap penjualan di periode terjadinya penurunan penjualan

Tidak ada komentar: