Mahasiswa perantau merupakan pendatang dari daerah diluar pulau Jawa
dengan tujuan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari daerah
asalnya. Sebagai seorang pendatang tentunya ada permasalahan tertentu yang
harus dihadapi oleh para mahasiswa ini, salah satunya adalah adanya
perbedaan yang sangat kontradiktif. Perbedaan kebiasaan, budaya, kesibukan,
gaya hidup hingga jenis makanannya membuat para mahasiswa ini harus
melakukan penyesuaian diri dengan cepat. Kegagalan adaptasi tentunya akan
memberikan dampak tersendiri, misalnya nilai akademik menurun drastic,
terlibat pergaulan bebas, dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari dataran tinggi
dan lautan yang luas. Demikian halnya dengan pulau – pulau yang berada
diluar pulaau jawa yang mayoritas merupakan dataran tinggi, tanah kapur,
gersang dan medan yang sulit dilalui, secara tidak langsung menggambarkan
karakteristik penduduknya. Mahasiswa yang berasal dari luar pulau biasanya
memiliki watak yang keras, kemauan yang tinggi, tidak mudah menyerah dan optimise. Karakteristik ini tentunya sangat membantu para mahasiswa
perantau untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi. Resiliensi
merupakan salah satu reaksi psikis yang dilakukan mahasiswa perantau dalam
menghadapi permasalahannya.
Resiliensi pada mahasiswa perantau ini
memiliki karakteritik, antara lain (http://lontar.ui.ac.id) ;
a. Accecptance of Self and Life, yaitu adanya kemampuan individu untuk
menerima, menghadapi dan mentransformasikan masalah yang sedang
dihadapi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gotberg (1994) dan
Reivich & Shatte (1999) bahwa faktor pembentuk dan pendukung
resiliensi yang pertama kali harus ada dalam diri individu adalah I have
(aku punya), I am (aku ini), I can (aku dapat) serta kemampuan untuk
mengontrol dan mengatur apa yang dirasakan dan keinginan ataupun
tekanan yang muncul dari dalam diri individu.
b. Personal Competence, yaitu adanya keyakinan terhadap kemampuan diri
sendiri, sikap mandiri, berpendirian, serta kegigihan dalam menghadapi
rintangan. Reivich & Shatte (1999) dengan jelas mengatakan optimisme
serta efikasi diri menjadi hal penting berikutnya yang dibutuhkan oleh
individu untuk menghadapi permasalahannya. Hal ini juga harus disertai
dengan kemampuan individu tersebut untuk melakukan analisa terhadap
permasalahannya, sehingga individu tersebut dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar