Kepuasan kerja terdiri dari perasaan
dan tingkah laku yang dimiliki
seseorang tentang pekerjaannya
(Riggio, 2000). Semua aspek penting
pekerjaan, baik dan buruk, positif dan
negatif, memberikan kontribusi
terhadap perkembangan perasaan
kepuasan (atau ketidakpuasan).
Kepuasan kerja ialah secara individu
seseorang mempunyai sifat yang
berneda sehingga mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai
sistem nilai yang berlaku pada dirinya.
Hal itu disebabkan oleh adanya
perbedaan pada masing-masing
individu yang terlibat dalam suatu
organisasi (Trisnowati, 2011).
Rose (2001) menjelaskan kepuasan
kerja terdapat dua dimensi utama, yaitu
sumber intrinsik dan ekstrinsik. Sumber
intrinsik tergantung pada karakteristik
orang itu sendiri seperti inisiatifnya
mengambil sifat, transaksi dan
hubungannya dengan atasannya dan
kinerjanya sendiri. Sumber-sumber
ekstrinsik meliputi keuntungan
finansial seperti bonus, peringkat atau
kenaikan jabatan dan keamanan kerja.
Beberapa peneliti telah menemukan
suatu cara yang menghubungkan antara
otonomi dan kepuasan kerja. Individu
merasa bangga dengan pekerjaan
mereka jika mereka diberi otonomi
(Mehmood, Irum, Ahmed & Sultana,
2012). Setiap organisasi yang ingin
sukses dan mempertahankan karyawan
harus memastikan bahwa karyawannya
puas. Organisasi dengan jumlah karyawan yang kepuasannya lebih
besar memiliki kecenderungan untuk
menjadi lebih efektif dan pekerja yang
puas lebih produktif dibandingkan
dengan pekerja yang tidak puas
(Robbins & Judge, 2007).
Menurut Veithzal Rivai (2009)
indikator kepuasan kerja meliputi: (1)
pekerjaan itu sendiri, (2) promosi, (3)
kelompok kerja, (4) kondisi kerja, (5)
tingkat upah/gaji, (6) pengawasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar