Peranan berasal dari kata peran. Menurut Biddle dan Thomas, peran
adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Sedangkan didalam kamus
besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk,
2007: 854).
Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan
Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu
pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis, peran berarti
karakter yang dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah penampilan dengan
peran tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu
sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki
jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang
didudukinya tersebut.
Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),
mengemukakan beberapa dimensi peran, yakni sebagai berikut :
1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa
peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan.
2. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran
merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan dan
kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan
dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki kredibilitas.
3. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrument
atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses
22
pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran
bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga
pandangan dan referensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang
bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel
4. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai
suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha
pencapaian konsesus dari pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi
persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan
pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan dan
kerancuan.
5. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya
mengobati masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan
ketidakberdayaan, tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka
bukan komponen penting dalam masyarakat.
Selain hal diatas, adapun beberapa fungsi dari kepemimpinan itu
sendiri yakni :
1. Fungsi perencanaan
Bagaimana seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang
menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab
tercapainya tujuan organisasi tersebut.
2. Fungsi memandang kedepan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
23
kemungkinan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap
perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga
mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil
maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Seseorang pemimpin harus memberi teladan baik dalam pemikiran, katakata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam
rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim
atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain
sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi
yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang
24
berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan
oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan
dan dihargai oleh pemimpinnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat
berperan dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan
pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain
terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh
dan berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai
tujuan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar