Menurut Robbins (2006), bahwa
budaya organisasi merupakan suatu
persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi, suatu
sistem dari makna bersama. Budaya
organisasi dapat memperngaruhi cara
anggota dalam bertingkah laku, cara
menggambarkan pekerjaan, dan cara
bekerja dengan anggota lain. Setiap
perusahaan mempunyai budaya
organisasi yang baik karena budaya
organisasi berhubungan dengan
berhasil tidaknya organisasi mencapai
tujuannya. Budaya organisasi yang
positif akan memacu organisasi ke arah
yang lebih baik. Apabila budaya
organisasi negatif akan berdampak
negatif pula bagi organisasi. Oleh sebab
itu, apabila organisasinya baik maka
kinerja yang akan dicapai pasti juga
akan baik. Schein (Sigit Soehardi,
2003) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai pola asumsi-asumsi
dasar yang oleh suatu kelompok
tertentu telah ditemukan, dibuka, atau
dikembangkang melalui pelajaran
untuk memecahkan masalah-masalah
adaptasi eksternal dan integrasi
internal, dan yang berjalan cukup lama
untuk dipandang sahih, dan oleh sebab
itu diajarkan kepada anggota-anggota
baru sebagai cara yang benar untuk
memandang, berfikir dan merasa dalam
kaitannya dengan masalah-masalah
tersebut.
Denison (2000), menjelaskan empat
prinsip integratif hubungan timbal balik
antara budaya organisasi dengan
efektifitas kerja organisasi. Empat
prinsip meliputi keterlibatan
(involvement), konsistensi
(concistency), adaptabilitas
(adaptibility), dan misi (mission).
Budaya organisasi memiliki dampak
besar pada karyawan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Para
peneliti menunjukkan bahwa budaya
organisasi mempengaruhi produktivitas
organisasi, efektivitas, kinerjanya,
kepuasan kerja, komitmen, inovasi dan
kepemimpinan dan pengambilan
keputusan (Mehr, Emadi, Cheraghian,
Roshani & Behzadi, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar