Jumat, 06 November 2020

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri (skripsi dan tesis)

Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kontrol diri individu biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Individu yang memiliki kontrol diri pada stimulus atau situasi tertentu belum tentu sama dengan stimulus atau situasi yang lain. Namun secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kontrol diri menurut Buck, dikatakan bahwa kontrol diri berkembang secara unik pada masing-masing individu. Dalam hal ini dikemukakan bahwa yang mempengaruhi perkembangan kontrol diri yaitu hirarki dasar biologi yang telah terorganisasi dan disusun melalui pengalaman evolusi. Selain itu, faktor usia dan kematangan juga mempengaruhi kontrol diri individu (Hurlock, 1980). Semakin bertambahnya usia individu maka akan semakin baik kontrol dirinya, begitu juga dengan individu yang matang secara psikologis juga akan mampu mengontrol perilakunya karena telah mampu mempertimbangkan mana hal yang baik dan yang kurang baik bagi dirinya. Faktor eksternal yang mempegaruhi kontrol diri individu adalah kondisi sosio-emosional lingkungannya, termasuk lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam artian kondisinya diwarnai dengan hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung memiliki kontrol diri yang baik. Hal ini dikarenakan remaja mencapai kematangan emosi oleh faktor-faktor pendukung tersebut. Beberapa faktor yang mempengarui kontrol diri, yaitu: a.pengaturan pola asuh orang tua. Dinyatakan oleh Elkaind Weiner (dalam Fridani, 1996) bahwa sebagian besar pertimbangan sosisal dan kontrol diri itu dibentuk oleh disiplin orang tua terhadap anak dan contoh-contoh perilaku yang diberikan; b. faktor kognitif. Menurut Elkind dan Weiner (dalam Fridani, 1996) individu tidak dilahirkan dalam konsep yang benar dan salah atau dalam suatu pemahaman tentang perilaku yang diperbolehkan dan dilarang. Kemasakan kognitif yang terjadi selama masa prasekolah dan masa kanak-anak, secara bertahap dapat meningkatkan kapasitas individu untuk membuat pertimbangan-pertimbangan sosial dan mengontrol perilaku dengan demikian ketika beranjak dewasa, 18 individu yang telah memasuki perguruan tinggi akan memiliki kemampuan berpikir yang leih kompleks dan kemampuan intektual yang lebih besar; c. Orientasi religius. Bergin (dalam Fridani, 1996) berpendapat bahwa religius dapat memiliki beberapa konsekuensi positif, termasuk terhadap variabel kepribadian seperti kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional, depresi, affect dan sifat kepribadian lain. Hasil penelitian Mc. Clain (dalam Fridani, 1996) menunjukkan bahwa orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri. Menurut Baumeister dan Exline (2000) ada empat faktor utama dalam pembentukan kontrol diri, yaitu: a. kontrol implus yang melibatkan penahanan diri terhadap golongan dan dorongan yang tidak diinginkan lingkungan sosial ataupun pribadi; b. kontrol atas pikiran yaitu berkonsentrasi untuk mengatur pertimbangan individu sehingga dapat menghasilkan informasi sesuai dengan fakta dan informasi yang ada sehingga dapat menekan pikiran yang tidak diinginkan; c. pengaruh regulasi yang melibatkan upaya untuk mengubah keadaan emosional dan suasana hati individu, hal yang paling sering dilakukan adalah dengan keluar dari suasana hati yang buruk; d. kontrol diri yang relevan untuk mencapai kinerja yang optimal, dan proses pengendalian kinerja dapat mencakup ketekunan, pengolahan tenaga yang optimal, timbal balik yang cepat dan tepat, serta mencegah terhambat di bawah tekanan

Tidak ada komentar: