Sabtu, 07 November 2020

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Sensation Seeking (skripsi dan tesis)

 Menurut Zuckerman (1979) sensation seeking dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, yaitu : 
a. Faktor biologis 
Zuckerman mengindikasikan bahwa faktor biologis melalui genotipe dapat memengaruhi perilaku sifat, khususnya sifat sensation  seeking. Faktor-faktor biologis seperti Orienting Reflex (OR), Average Evoked Response (AER), hormon Gonad, dan Monoamine Oxidase (MAO) menjadi dasar biologis yang memunculkan sensation seeking pada individu. OR adalah minat dan perhatian yang dituangkan dalam bentuk perilaku dan respon fisik. AER adalah proses sentral dimana intensitas stimulus yang dirasakan ditingkatkan (augmented) atau berkurang. Hormon Gonad merupakan hormon yang dihasilkan oleh organ reproduksi manusia seperti hormon testosteron yang dihasilkan oleh testis pada pria dan hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium pada wanita. MAO adalah enzim pada saraf yang cenderung dapat mengurangi reaktifitas saraf pusat, khususnya dalam sistem limbik dengan menonaktifkan monoakmin norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Korelasi positif didapat pada faktor OR dan hormon gonad dimana pada individu yang memiliki Orienting Reflex (OR) yang kuat memiliki sensation seeking yang tinggi dan individu yang memiliki sensation seeking yang tinggi memiliki tingkat hormon gonad yang tinggi pula. Terdapat korelasi negatif antara sensation seeking dengan faktor biologis didapat pada faktor AER dan MAO. Pengurangan Average Evoked Response (AER) pada rangsangan yang menimbulkan intensitas yang tinggi berhubungan dengan sensation seeking yang rendah sehingga pada individu yang memiliki sensation seeking tinggi berusaha menambah rangsangan tersebut, sedangkan pada MAO 18 (monoamine oxidase) dinyatakan bahwa individu dengan sensation seeking tinggi memiliki tingkat MAO yang rendah dan individu yang memiliki yang memiliki sensation seeking rendah memiliki tingkat MAO yang tinggi. Adanya faktor biologis ini juga disebabkan oleh pengaruh genetika dari keluarga, seperti yang dijelaskan oleh Zuckerman (2005) bahwa faktor genetik diprediksi memberikan pengaruh suatu sifat. Semakin kuat hubungan kekerabatan seseorang maka semakin kuat pula pengaruh genetiknya dan hubungan antara kembar tidak identik, saudara kandung, orangtua dan anak dikatakan memberikan pengaruh genetik sebanyak 50%. 
b. Faktor lingkungan 
Lingkungan seperti keluarga dan budaya, merupakan faktor yang penting dalam membentuk kepribadian individu terutama di usia-usia awal, dimana pengaruh keluarga adalah yang paling utama. Perbedaan perlakuan dan persepsi dari orang tua terhadap anak-anaknya dapat memengaruhi individu. Perbedaan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan reaksi masing-masing anak pada saat berinteraksi dengan orangtuanya. Salah satu anak bisa saja patuh dan berkelakuan baik sehingga dipuji dan dihargai oleh orangtua dan gurunya, sedangkan anak-anak lain menjadi nakal dan anti sosial sehingga diberi hukuman dan ditolak oleh orang tua dan individu lainnya.Orang tua juga dapat memengaruhi perkembangan sifat anak melalui modelling dan reinforcement negatif dari pengambilan risiko  dan ketidaksesuaian yang dilakukan anak. Umumnya, anak-anak akan memberontak terhadap orang tua yang konservatif dan yang melarang mereka berperilaku yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua ke diri mereka. Sebaliknya, ayah yang lebih membiarkan dan sedikit mengontrol perilaku anaknya juga akan memiliki anak yang lebih bebas. Hal ini dikarenakan ayah yang lebih membiarkan perilaku bebas pada anaknya sebenarnya juga memiliki perilaku bebas pada dirinya sendiri. Urutan kelahiran anak juga dapat memengaruhi sensation seeking pada individu dimana anak sulung baik laki-laki maupun perempuan memiliki sensation seeking yang lebih tinggi daripada anak yang dilahirkan berikutnya. Hal ini dikarenakan mereka berperilaku untuk mendapatkan kembali perhatian orangtua mereka yang hilang setelah kelahiran adik mereka. Sensation seeking dipengaruhi juga oleh modelling dan interaksi sosial dari lingkungan, seperti keluarga, teman sebaya, lingkungan rumah dan media. Adanya pengaruh negatif dari lingkungan tersebut dapat menyebabkan perilaku antisosial semenjak usia anak-anak

Tidak ada komentar: