Sabtu, 06 Juni 2020

Role Stress Fit (konsultasi skripsi)

Role stress adalah konsekuensi dari perbedaan antara persepsi individu dari karakteristik peran tertentu dengan apa yang sebenarnya telah dicapai oleh individu saat ini ketika sedang melakukan peran spesifik (Lambert dan Lambert, 2001). Sementara itu, menurut Robbins dan Judge (2007) menjelaskan bahwa role stress adalah sumber-sumber stres yang berkaitan dengan pengharapan atas pola perilaku seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial. Cooper et al., (2001) menambahkan “role stress is a job-related source of organizational stress, where roles are the behaviors and demands that are associated with the job an individual performs”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa role stress merupakan suatu bentuk tanggapan karyawan terhadap suatu perubahan pada lingkungan kerjanya yang dirasakan dapat mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Pada dasarnya, role stress terbentuk karena adanya role ambiguity dan role conflict (LeRouge et al., 2006). Role ambiguity mengacu pada kurangnya informasi secara jelas mengenai tujuan dan tanggungjawab karyawan untuk menjalankan perannya di dalam sebuah organisasi. Sedangkan role conflict mengacu pada banyaknya beban kerja yang diberikan serta keterbatasan sumber daya (peralatan kerja dan tenaga) yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tekanan peran (role stress) dapat diasumsikan cukup (fit) apabila tekanan peran tersebut memiliki beberapa  dimensi yang mampu memberikan pengaruh bagi perilaku karyawan dalam organisasi. LeRouge et al., (2006) membagi role stress fit menjadi dua dimensi yaitu perceived role stress dan preferences for role stress. Perceived role stress adalah persepsi karyawan terhadap role ambiguity dan role conflict yang secara aktual mereka rasakan pada tempat kerja. Sedangkan preferences for role stress adalah ekspektasi karyawan terhadap role ambiguity dan role conflict yang mereka inginkan pada tempat kerja. Keinginan karyawan tersebut adalah memiliki tanggungjawab kerja yang jelas, kelompok kerja yang efektif, kondisi kerja yang kondusif, dan umpan balik yang jelas
penyebab stres  adalah suatu kondisi objektif atau situasi dalam lingkungan kerja yang menyebabkan persepsi dari penyebab stres. Persepsi dari penyebab stres tidak cukup mampu untuk membuktikan bahwa hal tersebut  merupakan akibat dari stres. Seorang karyawan mesti menilai penyebab stres sebagai suatu hal yang mengancam dan mesti dilawan. Akibat stres terjadi karena adanya suatu penafsiran atau penilaian terhadap situasi yang akan memberikan dampak ke langkah berikutnya. Akibat stres jangka pendek dapat terjadi secara cepat. Seorang karyawan mungkin mengalami ketakutan (psychological reaction), menjadi muak (physical reaction), dan terjun keluar jendela (behavioral reaction). Jika seseorang mengalami trauma yang cukup berat ia mungkin mengalami stres post-traumatic yang tidak diinginkan dan mungkin menjadi stres secara permanen. Menurut Anatan dan Ellitan (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi role stress yang meliputi: 
1. Extra organizational stresor Merupakan penyebab stres dari luar organisasi yang meliputi perubahan sosial dan teknologi yang berakibatkan adanya perubahan gaya hidup masyarakat, perubahan ekonomi dan finansial yang mempengaruhi pola kerja seseorang, kondisi masyarakat, serta kondisi keluarga. 
2. Organizational stresor Merupakan penyebab stres dari dalam organisasi yang meliputi kondisi kebijakan dan strategi administrasi, struktur dan desain organisasi, proses organisasi, serta kondisi lingkungan kerja. 
3. Group stresor Merupakan penyebab stres dari kelompok dalam organisasi yang timbul akibat kurangnya kesatuan dalam melaksanakan tugas, kurangnya  dukungan dari atasan, serta munculnya konflik antar personal, interpersonal, dan antar kelompok. 
4. Individual stresor Merupakan penyebab stres dari dalam diri individu yang muncul akibat konflik dan ambiguitas peran, beban kerja yang terlalu berat, serta kurangnya pengawasan dari pihak perusahaan. 
Role stress pada tingkat tertentu diperlukan karyawan untuk pengembangan motivasi, perubahan, dan pertumbuhan (Selye, 1975). Sehingga pada saat tingkat role stress tertentu dapat menunjukkan bahwa karyawan tersebut mampu mengatasi serta beradaptasi dengan baik terhadap role stress. Menurut Sunyoto (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor dalam mengelola role stress yang meliputi: 
1. Pendekatan individu Strategi yang dapat digunakan oleh karyawan dalam mengatasi stres adalah melalui pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial.
 2. Pendekatan organisasi Strategi yang dapat digunakan oleh manajemen suatu organisasi dalam mengatasi stres pada karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. 

Tidak ada komentar: