Minggu, 07 Juni 2020

Pengaruh Role Stress dan Kepuasan Kerja (skripsi dan tesis)

 Menurut Zorlu (2011: 3016) ada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang berubah pada berbagai tingkat antara role stress, yang antara variabel utama penelitian. Sedangkan menurut Ling et al (2014: 20) hubungan antara kepuasan kerja dan tekanan peran telah berkedudukan kuat dalam literatur sebagai hal yang negatif. Tingkat stress peran tinggi terkait dengan rendahnya tingkat kepuasan kerja. Menurut Malik et al (2010: 224) teori tradisional tentang tekanan peran menyatakan bahwa ketidakpuasan kerja, ketidakhadiran, dan intensitas turnover secara langsung disebabkan oleh stres peran. Selanjutnya Grandey dan Cropanzano (1999: 351) menyatakan bahwa, teori peran menyatakan bahwa karyawan yang mengalami ambiguitas peran atau konflik peran akan menghasilkan situasi yang tidak diinginkan dalam organisasi. Teori peran juga mencakup bahwa kelebihan peran yang juga dikenal sebagai konflik peran yang akan menyebabkan konflik pribadi dan menjadi sulit untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan peran. Teori peran memprediksi bahwa lebih banyak konflik pada peran dan ambiguitas akan menyebabkan lebih banyak tekanan pada karyawan. Menurut Schuler et al dalam Jackson dan Schuler (1985: 17) secara umum, hasil menunjukkan bahwa konflik peran dan ambiguitas adalah konstruksi yang valid 29 dalam penelitian perilaku organisasi dan biasanya dikaitkan dengan keadaan negatif, misalnya ketegangan, ketidakhadiran, kepuasan rendah, rendahnya keterlibatan kerja, rendahnya harapan dan karakteristik tugas dengan potensi motivasi rendah. Saat ini perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menarik perhatian konsumen agar konsumen merasa nyaman dan puas untuk memakai atau membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Segala cara dan upaya dikerahkan agar konsumen puas dan akan loyal terhadap perusahaan. Perusahaan sejatinya selalu berusaha memberikan kualitas yang terbaik atas produk dan jasa yang mereka tawarkan dengan harapan akan tercipta kepuasan konsumen. Sehingga jika timbul kepuasan pada setiap konsumen maka dapat membentuk sikap loyalitas pelanggan kepada perusahaan khususnya pada produk-produk yang dimiliki perusahaan. Hasilnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan atas loyalitas konsumen yang telah terbentuk. Menurut Griffin (2007: 16), loyalitas adalah pembelian secara terus menerus atau tidak acak yang diekspresikan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Atau dapat diartikan loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan. Untuk membentuk kepuasan konsumen, CV Maskar Jaya (Maskar Grup) yang memiliki enam SPBU selalu berusaha memuaskan konsumen. Bisa dilihat dari standard operating procedure (SOP) operator SPBU yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan konsumen, lebih mengedepankan kepuasan pelanggan. Operator SPBU dituntut untuk berprilaku ramah kepada konsumen. Keramahan pegawai SPBU CV Maskar Jaya diharapkan akan menjadikan konsumen puas atas layanan yang mereka sediakan. Tetapi tuntutan atau harapan perusahaan atas peran karyawan yang tertuang dalan stanndard operating procedure (SOP) nyatanya masih sulit diterapkan para karyawan khususnya karyawan operator SPBU CV Maskar Jaya. Kendala dalam penerapan tuntutan peran operator SPBU terdiri dari faktor internal dan eksternal karyawan. Kendala dari faktor internal karyawan seperti rasa lelah, 30 mood atau perasaan sedang tidak baik, ataupun pribadi karyawan itu sendiri yang kurang ramah atau pemalu sulit untuk senyum. Sedangkan kendala dari faktor eksternal adalah tumpahan minyak yang terkena baju seragam mengakibatkan seragam menjadi kotor, kecemburuan antara operator SPBU mengenai pembagian pulau pompa, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan konflik atau masalah pada peran karyawan. Disatu sisi karyawan ingin menerapkan tuntutan-tuntutan atas peran mereka tetapi terdapat kendala-kedala yang menghambat karyawan. Hal ini menyebabkan terjadinya role stress atau tekanan peran. Menurut Jackson dan Schuler (1985: 17) ada dua dimensi role stress yaitu role conflict (konflik peran) dan role ambiguity (ketidakjelasan peran). Kepuasan kerja merupakan hal yang diinginkan seluruh karyawan. Para karyawan menginginkan kenyamanan serta kepuasan atas pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya. Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan salah satu target karyawan dalam bekerja. Salah satu faktor agar kepuasan kerja karyawan tercapai adalah memenuhi segala kebutuhan karyawan. Tidak dalam hal materi saja, kebutuhan karyawan itu sangat luas, bahkan aspek kenyamanan dan terlepas dari tekanan-tekanan yang mengganggu kinerja karyawan adalah merupakan sebuah kebutuhan karyawan untuk kepuasan kerja. Kursad Zorlu (2011: 3015) menyatakan dimensi kepuasan kerja ada lima faktor yaitu Pay, promosi, rekan kerja, pengawasan dan pekerjaan. Role stress atau tekanan peran dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Menurut Schuler et al dalam Jackson dan Schuler (1985: 17) secara umum, hasil menunjukkan bahwa konflik peran dan ambiguitas adalah konstruksi yang valid dalam penelitian perilaku organisasi dan biasanya dikaitkan dengan keadaan negatif, misalnya ketegangan, ketidakhadiran, kepuasan rendah, rendahnya keterlibatan kerja, rendahnya harapan dan karakteristik tugas dengan potensi motivasi rendah. Ling et al (2014: 20) menyatakan hubungan antara kepuasan kerja dan tekanan peran telah berkedudukan kuat dalam literatur sebagai hal yang negatif. Artinya semakin tinggi role stress atau tekanan peran karyawan maka akan semakin menurun kepuasan kerja.

Tidak ada komentar: