Minggu, 07 Juni 2020

Burnout (skripsi dan tesis)

 Burnout merupakan istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger (1974) dan telah banyak diriset dalam literatur- literatur pekerjaan di bidang kesehatan dan psikologi terapan (Almer dan Kaplan, 2002). Burnout merupakan representasi dari sindrom stres psikologis spesifik yang merupakan respon negatif yang timbul sebagai hasil dari tekanan pekerjaan atau stressor (Cordes dan Daugherty, 1993). Burnout juga didefinisikan sebagai suatu kondisi yang muncul dari waktu ke waktu dan ditandai dengan kelelahan emosional dan suatu kombinasi dari sikap-sikap negatif (Kreitner dan Kinichi, 2005:363). Maslach dan Jackson (1981) mendefinisikan burnout sebagai sindrom psikologis dari kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi kerja, yang muncul di antara individu-individu yang bekerja dengan orang lain. Maslach et al. (2001) menyatakan bahwa burnout merupakan bentuk dari stres pekerjaan, yang dihubungkan dengan kepuasan pekerjaan, komitmen organisasi, dan turnover. 
 Burnout terdiri dari tiga dimensi (Freudenberger, 1974; Cordes dan Daugherty, 1993; Maslach et al., 2001; Almer dan Kaplan, 2002; Murtiasri dan Ghozali, 2006) yaitu kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization), dan penurunan prestasi kerja (rreduce personal accomplishment). Kelelahan emosional merupakan sebuah dimensi dari burnout yang berwujud perasaan dan energi terdalam sebagai hasil dari tuntutan emosional dan psikologis yang berlebihan (excessive psychoemotional demands) yang ditandai dengan hilangnya perasaan dan perhatian, kepercayaan, minat, dan semangat (Murtiasri dan Ghozali, 2006). Sebaliknya, tuntutan yang berlebihan yang berasal dari tugas-tugas kerja, yang membutuhkan solusi inovatif dan kreatif, dan gairah tingkat tinggi akan terjadi, ketika personil akuntansi bekerja untuk klien di bawah tekanan waktu (Fogarty et al., 2000). Fogarty et al. (2000) menyebutkan bahwa depersonalisasi merupakan kecenderungan untuk bersikap negatif dan tidak peduli dengan orang lain. Hal ini menunjukkan kecenderungan untuk memperlakukan seseorang sebagai objek yang tidak memiliki perasaan (Utami dan Nahartyo, 2013). Hal serupa juga dikemukakan oleh Almer dan Kaplan (2002) bahwa orang yang mengalami depersonalisasi merasa tidak ada satupun aktivitas yang dilakukannya bernilai atau berharga. Sikap ini ditunjukkan melalui perilaku yang tidak acuh, bersikap sinis, tidak berperasaan, dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain (Murtiasri dan Ghozali, 2006). Dette (2008) menambahkan bahwa orang yang mengalami depersonalisasi cenderung untuk memiliki sikap negatif dan sinis terhadap klien, rekan kerja, dan  organisasi. 
Hal ini dapat menyebabkan individu dapat menjauhkan diri dari lingkungan kerja dan rekan kerja, serta mempertimbangkan untuk meninggalkan profesi mereka. Penurunan prestasi kerja mengacu pada kecenderungan individu untuk mengevaluasi diri secara negatif sehubungan dengan prestasi yang dicapainya (Cordes & Dougherty, 1993; Yustrianthe, 2008; Utami dan Nahartyo, 2013). Dette (2008) menyatakan bahwa penurunan prestasi kerja mengacu pada individu yang mulai merasa dirinya tidak kompeten dan tidak memadai untuk melakukan pekerjaannya. Almer dan Kaplan (2002) dan Utami dan Nahartyo (2013) menyatakan bahwa penurunan prestasi kerja meliputi rendahnya motivasi kerja dan penurunan rasa percaya diri. Kalbers et al. (2005) menyatakan bahwa ketiga dimensi burnout ini merupakan kondisi psikologis dengan pola unik tersendiri yang merupakan anteseden yang dihubungkan dengan role stressors

Tidak ada komentar: