Minggu, 07 Juni 2020

Sumber Work Stressor (skripsi dan tesis)

Robbins dan Judge (2008), mengklasifikasikan sumber-sumber stress kerja (stressor), yakni: 1) Ketidakjelasan Peran (Role Ambiguity) Role ambiguity terjadi ketika ekspetasi dari suatu peran tidak bisa dipahami dengan jelas dan pekerja tidak yakin dengan apa yang harus dikerjakannya. Role ambiguity dapat juga diartikan sebagai ketidakyakinan pegawai mengenai kewajiban dan harapan yang diinginkan, karena tidak adanya pedoman dalam bekerja dan hasil kerja yang tidak terprediksi (Rizzo et al, 1970). Menurut Munandar (2001) role ambiguity timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya:  a) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia miliki. b) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjannya c) Tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya. d) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya. Katidakjelasan peran secara nyata berkaitan dengan rendahnya konsentrasi kerja yang mengakibatkan adanya ancaman dari pekerjaan terhadap mental dan fisik pegawai. Role ambiguity bersifat pembangkit stres dan dapat menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman. Rizzo et al. (1970) menyatakan bahwa indikator-indikator ketidakjelasan peran (role ambiguity), yaitu: a) Yakin seberapa besar wewenang yang dibutuhkan b) Ada perencanaan tujuan serta keobyektifan tentang pekerjaan c) Tahu bagaimana membagi waktu secara tepat d) Mengerti apa saja tanggung jawabnya e) Tahu apa yang diharapkan atasan f) Jelas apa saja yang harus dilakukan 
2) Konflik Peran (Role Conflict) Role conflict didefinisikan adanya tuntutan yang bertentangan di tempat kerja, dapat berupa konflik tuntutan kerja dengan karyawan  lain, tuntutan workgroups, kebijakan organisasi dan kewajiban kerja (Rizzo et al, 1970). Role Conflict terjadi ketika individu dikacaukan dengan pekerjaan yang bertentangan dengan atasan, pekerjaan yang harus diselesaikan, perlakuan rekan kerja yang negatif, intimidasi, pelecehan rasial dan pelecehan seksual, sangat kuat terkait dengan stres di tempat kerja. Role conflict timbul karena ketidakcakapan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dan berbagai harapan terhadap diri individu tersebut (Munandar, 2001). Rizzo et al. (1970) menyatakan bahwa indikatorindikator konflik peran (role conflict), yaitu: a) Melaksanakan tugas yang terlalu mudah atau membosankan b) Memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan pekejaan c) Banyaknya jumlah pekerjaan sesuai dengan kemampuan d) Bekerja dengan dua atau lebih kelompok yang beroperasi dengan cara yang berbeda e) Bekerja dibawah arahan dan tuntunan yang tidak jelas f) Harus melanggar peraturan untuk melaksanakan tugas 3) Peran Berlebih (Role Overload) Role overload didefinisikan sebagai permintaan organisasi untuk melakukan pekerjaan melebihi kemampuan karyawan itu sendiri (Caplan dalam Henle & Blanchard, 2008). Caplan dalam Henle & Blanchard (2008) menyatakan bahwa indikator-indikator peran berlebih (role overload), yaitu: a) Adanya tugas lain ketika tugas sebelumnya belum terselesaikan b) Bekerja lebih cepat dari yang diinginkan   c) Tugas yang diberikan melebihi kemampuan d) Waktu bekerja tidak mencukupi karena terlalu banyak tugas e) Mempunyai banyak waktu kosong di tempat kerja 6) Adanya tuntutan pekerjaan yang banyak dari atasan 

Tidak ada komentar: