Minggu, 07 Juni 2020

Hubungan antara Work Stressor dengan Perilaku Cyberloafing (skripsi dan tesis)

 Stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku (Daft, 2010). Stres dibutuhkan dalam fungsi yang normal, tetapi jika tingkat stres tinggi akan menimbulkan akibat yang negatif pada kesejahteraan karyawan itu sendiri, seperti meningkatnya tekanan darah, ketidakpuasan kerja dan depresi. Organisasi merupakan sebuah sistem peran yang menyediakan berbagi macam tugas kerja untuk tiap peran dari karyawan dan motivasi untuk karyawan dalam melaksankan perannya dalam organisasi (Henle dan Blanchard, 2008). Karyawan dapat memberikan masukan untuk kesuksesan organisasi atau tindakan korektif dalam keputusan yang diambil dalam hal yang berhubungan dengan kinerjanya, dan pemberian sanksi jika terjadi kesalahan. Idealnya setiap peran mempunyai satu aktivitas yang dikerjakan, tetapi kadang peran karyawan tersebut membuat karyawan harus menyeimbangkan berbagai tuntutan di lingkungan, kebingungan karyawan karena role ambiguity ataupun role conflict (Henle dan Blanchard, 2008). Stres kerja mempunyai dampak negatif pada karyawan itu sendiri, seperti meningkatnya tekanan darah, ketidakpuasan kerja dan depresi (Munandar, 2001) dan juga ketidakefektifan organisasi (Schaubroeck dalam 22 Henle dan Blanchard, 2008). Cyberloafing dilakukan karyawan tidak pada semua jenis stressor, lebih khususnya adalah role conflict dan role ambiguity, sedangkan karyawan dengan role overload hanya mempunyai sedikit potensi untuk melakukan cyberloafing. Karyawan dengan role overload mempunyai sedikit potensi melakukan cyberloafing dikarenakan mereka terlalu banyak melakukan pekerjaan di tempat kerja, sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan cyberloafing (Henle dan Blanchard, 2008). Role conflict dapat menyebabkan karyawan dalam melakukan cyberloafing, ini dikarenakan karyawan merasa bingung dengan tuntutan dari beberapa pihak di tempat kerja, dapat berupa konflik tuntutan kerja dengan karyawan lain, tuntutan workgroups, kebijakan organisasi dan kewajiban kerja (Henle dan Blanchard, 2008). Untuk mengalihkan stress tersebut, karyawan melakukan cyberloafing untuk melupakan stres mereka, dengan begitu mereka akan lupa dengan stres yang mereka alami. Role ambiguity juga dapat menyebabkan karyawan melakukan cyberloafing. Karyawan merasa bingung harus melakukan pekerjaan seperti apa, ini dikarenakan suatu kesenjangan antara jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkannya untuk dapat melaksanakan perannya dengan tepat. Role ambiguity ini dapat menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan tidak menentu. Dengan adanya suasana yang tidak menentu ini, karyawan mengalihkankannya dengan melakukan cyberloafing, karena mereka bingung apa yang harus mereka kerjakan (Henle dan Blanchard, 2008). Selain itu, role overload juga dapat menyebabkan karyawan melakukan cyberloafing, tetapi hanya mempunyai sedikit potensi. Ini dikarenakan karena karyawan terbebani oleh banyaknya tugas yang harus dikerjakan (Henle dan Blanchard, 2008). Penelitian Herlianto (2012) meneliti tentang work stressor (terdiri dari: role ambiguity; role conflict; role conflict) dan cyberloafing. Hasil penelitian menyimpulkan role ambiguity memiliki pengaruh negatif terhadap cyberloafing; role conflict mempunyai pengaruh positif terhadap cyberloafing; role overload mempunyai pengaruh negatif terhadap cyberloafing; dan role conflict berpengaruh dominan terhadap cyberloafing 

Tidak ada komentar: