Stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu
yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku (Daft, 2010). Stres
dibutuhkan dalam fungsi yang normal, tetapi jika tingkat stres tinggi akan
menimbulkan akibat yang negatif pada kesejahteraan karyawan itu sendiri,
seperti meningkatnya tekanan darah, ketidakpuasan kerja dan depresi.
Organisasi merupakan sebuah sistem peran yang menyediakan
berbagi macam tugas kerja untuk tiap peran dari karyawan dan motivasi
untuk karyawan dalam melaksankan perannya dalam organisasi (Henle dan
Blanchard, 2008). Karyawan dapat memberikan masukan untuk kesuksesan
organisasi atau tindakan korektif dalam keputusan yang diambil dalam hal
yang berhubungan dengan kinerjanya, dan pemberian sanksi jika terjadi
kesalahan. Idealnya setiap peran mempunyai satu aktivitas yang dikerjakan,
tetapi kadang peran karyawan tersebut membuat karyawan harus
menyeimbangkan berbagai tuntutan di lingkungan, kebingungan karyawan
karena role ambiguity ataupun role conflict (Henle dan Blanchard, 2008).
Stres kerja mempunyai dampak negatif pada karyawan itu sendiri,
seperti meningkatnya tekanan darah, ketidakpuasan kerja dan depresi
(Munandar, 2001) dan juga ketidakefektifan organisasi (Schaubroeck dalam
22
Henle dan Blanchard, 2008). Cyberloafing dilakukan karyawan tidak pada
semua jenis stressor, lebih khususnya adalah role conflict dan role
ambiguity, sedangkan karyawan dengan role overload hanya mempunyai
sedikit potensi untuk melakukan cyberloafing. Karyawan dengan role
overload mempunyai sedikit potensi melakukan cyberloafing dikarenakan
mereka terlalu banyak melakukan pekerjaan di tempat kerja, sehingga tidak
mempunyai waktu untuk melakukan cyberloafing (Henle dan Blanchard,
2008).
Role conflict dapat menyebabkan karyawan dalam melakukan
cyberloafing, ini dikarenakan karyawan merasa bingung dengan tuntutan
dari beberapa pihak di tempat kerja, dapat berupa konflik tuntutan kerja
dengan karyawan lain, tuntutan workgroups, kebijakan organisasi dan
kewajiban kerja (Henle dan Blanchard, 2008). Untuk mengalihkan stress
tersebut, karyawan melakukan cyberloafing untuk melupakan stres mereka,
dengan begitu mereka akan lupa dengan stres yang mereka alami.
Role ambiguity juga dapat menyebabkan karyawan melakukan
cyberloafing. Karyawan merasa bingung harus melakukan pekerjaan seperti
apa, ini dikarenakan suatu kesenjangan antara jumlah informasi yang
dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkannya untuk dapat melaksanakan
perannya dengan tepat. Role ambiguity ini dapat menghalangi individu
untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak
aman dan tidak menentu. Dengan adanya suasana yang tidak menentu ini,
karyawan mengalihkankannya dengan melakukan cyberloafing, karena
mereka bingung apa yang harus mereka kerjakan (Henle dan Blanchard, 2008). Selain itu, role overload juga dapat menyebabkan karyawan
melakukan cyberloafing, tetapi hanya mempunyai sedikit potensi. Ini
dikarenakan karena karyawan terbebani oleh banyaknya tugas yang harus
dikerjakan (Henle dan Blanchard, 2008).
Penelitian Herlianto (2012) meneliti tentang work stressor (terdiri
dari: role ambiguity; role conflict; role conflict) dan cyberloafing. Hasil
penelitian menyimpulkan role ambiguity memiliki pengaruh negatif
terhadap cyberloafing; role conflict mempunyai pengaruh positif terhadap
cyberloafing; role overload mempunyai pengaruh negatif terhadap
cyberloafing; dan role conflict berpengaruh dominan terhadap cyberloafing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar