Komitmen organisasional adalah sikap seseorang dalam
mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuan serta
keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi (Steers dan Porter, 1987). Sementara itu, menurut Herscovitch dan
Meyer (2002) menjelaskan bahwa komitmen organisasional adalah kekuatan atau
cara pikir (mind set) yang mengikat individu ke dalam serangkaian kegiatan yang
relevan dengan satu atau beberapa target.
Colakoglu et al., (2010) menambahkan “organizational commitment is
defined in terms of the strength of an individual’s identification with and
involvement in a particular organization”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa komitmen organisasional merupakan keterikatan psikologis
antara karyawan terhadap organisasi dalam bentuk rasa keterlibatan dalam
pekerjaan serta loyalitas dan kepercayaan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh
organisasi sehingga karyawan tersebut berusaha untuk menjaga keanggotaannya
di dalam organisasi.
Mowday et al., (1979) membagi komitmen organisasional menjadi dua
dimensi yaitu komitmen afektif dan keberlanjutan. Komitmen afektif mengacu
pada perasaan cinta pada organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap
tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan
organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi (because they want to).
Karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi tetap tinggal dengan organisasi
karena mereka menginginkannya. Hal tersebut dikarenakan karyawan telah mengenal organisasi dan terikat untuk tetap menjadi anggota organisasi demi
mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan komitmen keberlanjutan mengacu pada perasaan berat untuk
meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan
mempertimbangkan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang
berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi (because they have to).
Karyawan dengan komitmen keberlanjutan yang tinggi tetap tinggal dengan
organisasi karena mereka butuh untuk berbuat demikian. Hal tersebut dikarenakan
karyawan akan mendapat uang pensiun, fasilitas, dan senioritas dibandingkan
mereka harus meninggalkan organisasi.
Menurut John dan Taylor (1999) menjelaskan bahwa terdapat empat
faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional yang meliputi:
1. Karakteristik pribadi yang berkaitan dengan usia, masa kerja, tingkat
pendidikan, status perkawinan, dan jenis kelamin.
2. Karakteristik pekerjaan yang berkaitan dengan peran, jam kerja,
tantangan dalam pekerjaan, dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
3. Pengalaman pekerjaan yang dipandang sebagai modal dalam sosialisasi
yang berpengaruh penting membentuk ikatan psikologis dengan
organisasi.
4. Karakteristik struktural yang meliputi kemajuan karier dan peluang
promosi dan pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.
Upaya dalam membangun komitmen organisasional digambarkan
sebagai usaha karyawan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi cenderung menunjukkan
keterlibatan yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Menurut Febrianty (2012) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor dalam
menciptakan komitmen organisasional yang meliputi:
1. Adanya perasaan untuk menjadi bagian dari organisasi
Perasaan seperti ini dapat dimunculkan dengan cara manajemen suatu
organisasi harus mampu membuat karyawan mengidentifikasi dirinya
terhadap organisasi, meyakinkan kepada karyawan agar hasil pekerjaan
mereka adalah berharga bagi organisasi, membuat karyawan merasa
nyaman dengan organisasi, dan membuat karyawan merasa mendapatkan
dukungan penuh dari organisasi.
2. Adanya perasaan bergairah terhadap pekerjaan
Perasaan seperti ini dapat dimunculkan dengan cara mengenali faktorfaktor motivasi instrinsik dalam mengatur desain pekerjaan dan kualitas
dari gaya kepemimpinan dalam memberikan perhatian dan delegasi atas
wewenang serta memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
menggunakan keterampilannya secara maksimal.
3. Pentingnya rasa memiliki
Perasaan seperti ini dapat dimunculkan dengan cara melibatkan
karyawan dalam membuat keputusan dan memberikan apresiasi atas ideide yang diberikan oleh karyawan. Hal ini akan membuat karyawan
cenderung menerima berbagai keputusan atau perubahan yang dilakukan
oleh organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar