a.
Roger, dkk (1992) dalam Huda (2009:29) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajarankelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Parker
(1994) dalam Huda (2009:29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai
susasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan
bersama.
Cooperative
learning merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini
menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin
mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2008:242).
Menurut Isjoni (2009: 14) pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dan belajar dikatakan belum selesai
jika masih terdapat anggota kelompok yang belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15), pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan
Hans (dalam Isjoni, 2009:16) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.
Menurut Etin Solihatin dan Rahardjo (2009 : 4), pada
dasarnya cooperative learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok
Menurut Slavin dalam Krisntiani (2011:57), pendekatan
konstruktivistik dalam pengajaran adalah menerapkan pembelajaran kooperatif
secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep
tersebut dengan temannya. Terdapat lima fase atau langkah utama dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu pertama,
pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar. Kedua,
diikuti dengan penyajian informasi, biasanya dalam bentuk verbal. Ketiga, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Keempat, guru membimbing
siswa, pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas. Kelima, menyajikan hasil kerja kelompok dan guru melakukan evaluasi
secara lisan atau pemantauan.
Olesgan dan Kagan dalam Isjoni (2009: 29) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
menawarkan tiga ketentuan utama yang berhubungan dengan:
1)
Memberikan pengayaan srtuktur nteraksi antara
peserta didik.
2)
Berhubungan dengan ruang lingkup pokok
pembelajaran dan kebutuhan pengembangan bahasa dalam kerangka organisasi.
3)
Meningkatkan kesempatan-kesempatan bagi individu
untuk menyebutkan saran-saran.
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, secara penuh
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Peserta didik bukan lagi
sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.
Pembelajaran koopertif memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Model
pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan belajar yang lebih luas kepada peserta
didik dengan suasana yang kondusif. Hal ini karena dalam pembelajaran kooperatif
peserta didik tidak hanya menerima pelajaran dari guru, tetapi juga belajar
dari peserta didik lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan
peserta didik lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar