Rabu, 25 Maret 2020

Keterkaitan TSTS dengan Pemahaman Konsep (skripsi dan tesis)

Menurut Saricayir et.al. (2016), pemahaman konseptual termasuk asosiasi, perbandingan, asimilasi dan reorganisasi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dan mentransfernya untuk memecahkan situasi bermasalah yang baru. Pemahaman konseptual didasarkan pada reorganisasi pengetahuan yang ada sebagaimana dikemukakan oleh teori pembelajaran konstruktivis kognitif. Menurut Ashley et.al. (2017), pemahaman konseptual melibatkan artikulasi pengetahuan umum, spesifik, abstrak, dan konkret khusus untuk bisnis internasional, dengan level terdalam menandakan pemikiran asli, lateral, dan inovatif.
Menurut Widiyatmoko dan Shimizu (2018), pemahaman konseptual konsep digambarkan sebagai kemampuan siswa untuk menerapkan konsep-konsep ilmiah yang dipelajari untuk fenomena ilmiah dalam situasi kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini mencakup kapasitas untuk mengenali informasi baru, menyusun penjelasan, dan membuat koneksi di antara fenomena ilmiah tersebut
Pemahaman berbeda dengan hafalan, yakni proses pembelajaran yang hanya memberikan pengetahuan berupa teori-teori kemudian menyimpanya bertumpuk-tumpuk pada memorinya. Pembelajaran yang mengarah pada upaya pemberian pemahaman pada siswa adalah pembelajaran yang mengarah agar siswa memahami apa yang mereka pelajari, tah kapan, di mana, dan bagaimana menggunakanya. Pemerolehan pengetahuan dan proses memahami akan sangat tebantu, apabila siswa dapat sekaligus melakukan sesuatu yang terkait dengan keduanya. Pemahaman dan penguasaan materi suatu konsep menjadi prasyarat untuk menguasai materi atau konsep selanjutnya.
Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep adalah pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS). Pembelajaran menggunakan TSTS menjadi jembatan yang dapat menolong siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep yang dimilikinya. TSTS merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuanya dengan teman kelomponya, sesama kelompok dituntut untuk saling membantu dalam belajar dan memahami konsep. Kemudian dari kelompok mereka dua diantara mereka berkunjung ke kelompok lain untuk menjelaskan konsep yang sudah di pelajarinya. Dalam pembelajaran ini guru hanya bertindak sebagai pendamping dan fasilitator, sebab siswa nantinya akan memahami dan mempelajari konsep dengan batuan temain sebaya.
Lie (2010:47) menyatakan bahwa model pembelajaran TSTS adalah model pembelajaran dengan cara mengelompokan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Dengan pembelajaran yang bermakna yaitu di bantu penjelasan konsep dari teman sebayanya. Dengan situasi belajar yang demikian sehingga model pembelajaran TSTS menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang dapat memfasilitasi dalam memahami konsep.

Tidak ada komentar: