Senin, 21 Januari 2019

Etos Belajar Islami (skripsi dan tesis)


Sejumlah ayat al-Quran yang secara esensial mendorong etos kerja tinggi:
"Katakanlah : bekerjalah kamu, niscaya Allah akan melihat pekerjaanmu serta RasulNya dan orang-orang beriman ... " (QS At- Taubah/9:105).

" .... maka berjalanlah kamu di berbagai penjuru bumi dan makanlah rizki Allah... " (QS al-Mulk/67:15).
 Berjalan di sini tentunya mengandung arti perintah untuk berusaha dan bekerja dalam rangka mencari rizki.
"Barang siapa mengerjakan kebaikan baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik  dan kami balas mereka dengan pahala lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan" (QS an-Nahl/16:97).

" .... dan perbuatlah kebaikan, nicaya kamu akan sukses" (QS al- Hajj/22: 77).

" ... maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebaikan ... " (QS al-Maidah/5:48).

Maka, kalau mengacu pada alur berpikir 'Isa Abduh, al-Fanjariy dan Rauf Syalabiy berdasarkan maksud ayat-ayat di atas, mestinya orang Islam selalu terdorong untuk beretos kerja tinggi. Akan tetapi mengapa realitas di lapangan jauh dari kemestian itu? Apakah pengaruh paham Jabariyyah lebih dominan di kalangan mereka? Sebagai jawaban tentatif mengapa yang demikian terjadi barangkali dapat dikemukakan realitas dinamis dilatarbelakangi oleh sifat kompleksitas manusia yang begitu unik di samping faktor pemahaman keagamaan. Kinerja mereka selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti pembawaan, kemampuan, ciri-ciri kepribadian, dan sebagainya, dan oleh faktor-faktor ekstrinsik seperti keadaan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etos belajar Islami adalah karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Aqidah itu terbentuk oleh pemahaman yang diperoleh dari ajaran wahyu dan akal yang bekerjasama secara proporsional. Maksud terpancar di sini mencakup arti dan fungsi aqidah yang menjadi sumber motivasi serta sumber acuan dan nilai sehubungan dengan belajar. Hal ini di dasarkan bahwa ajaran Islam hila dikaji secara holistis-proporsional, niscaya menghasilkan pemahaman bahwa Islam betul-betul agama amal dan kerja yakni, agama yang mengajarkan serta memberi dorongan tidak tanggung-tanggung agar para pemeluknya beretos kerja tinggi islami.
Karakteristik-karakteristik etos belajar islami digali serta dirumuskan berdasarkan konsep iman dan amal saleh yang mensyaratkan ilmu, yaitu :
1)   belajar merupakan penjabaran aqidah;
2)   belajar dilandasi ilmu; dan
3)   Belajar dengan meneladani sifat-sifat Ilahi serta mengikuti petunjuk-petunjukNya. Dari tiga karakteristik etos belajar islami itu, ternyata dapat ditemukan hampir seluruh penampilan lahiriah ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnnya, seperti aktif, disiplin, profesional, tekun, dan hemat. Keunikan etas belajar islami yang berbeda dengan lainnya memang tidak pada penampilan lahir, tetapi pada sumber motivasi dan sumber nilai yang dimiliki.
Ali (1987; Yousef, 2000) menyatakan bahwa nilai bekerja dalam etos kerja islami lebih menekankan pada niat dari pada hasil dari bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa Islam mementingkan nilai sebuah proses bukan hanya tertuju pada hasil akhir. Sehingga etos belajar islami menyetujui bahwa hidup tanpa bekerja adalah tidak memiliki arti apa pun dan menjalankan kegiatan ekonomi merupakan sebuah kewajiban. Nasr (1984) sepakat bahwa etos belajar Islami merupakan hal yang serius karena ini merupakan karakteristik ideal seorang muslim. Sebagai tambahan, seperti halnya Ali (1986) menyepakati bahwa Islam merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam sistem nilai kehidupan umat Islam. Sementara itu, menurut Tasmara (2004) etos belajar muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus.
Berdasarkan uraian di atas maka etos belajar islam adalah perubahan perilaku yang cendrung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah peningkatan yang disesuaiakan dengan sifat, karakter, kualitas hidup, moral dan etika yang disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat Islam. Dalam hal ini maka etos belajar Islam tidak hanya menekankan hasil namun juga proses termasuk diantaranya adalah adab dalam belajar. 

Tidak ada komentar: