Usaha belajar berarti
usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat
serta mewariskannya kepada generasi setelahnya untuk dikembangkan dalam kehidupan
yang merupakan suiatu proses pendidikan untuk melestarikan hidupnya. Oleh
karenaya adab yang menyertai proses itu sendirijuga menyangkut mengenai tidak
hanya mengenai proses belajaranya saja namun juga menyangkut beberapa hal yang
secara terkait. Dalam hal ini adalah Etika belajar dengan diri sendiri, Etika
belajar dengan guru, Etika belajar ketika memilih pelajaran dan Etika belajar
siswa ketika memilih teman belajar. Untuk selanjutnya akan diuraikan sebagai
berikut
1. Etika
belajar dengan diri sendiri
Tumbuhnya kesadaran pada seseorang bahwa
belajar adalah tugas dan kewajiban yang diberikan Allah karena pendidikan
adalah kebutuhan dari setiap manusia. Menuntut ilmu juga merupakan ibadah jika
diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah. Sudah selayaknya setiap muslim
menuntut ilmu karena begitu banyak manfaat yang didapatkan dari mencari ilmu
baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah menjanjikan derajat yang lebih
tinggi kepada tiap orang yang berilmu. Hal itu juga berlaku di dunia, orang
yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi secara normatif akan dihargai lebih
tinggi daripada orang yang berpendidikan rendah. Bukan hanya masalah gaji
melainkan juga bentuk penghormatan dari
orang lain. Jadi derajat orang yang berilmu akan semakin tinggi dihadapan Allah
sekaligus dimata manusia lainnya. Ketika kesadaran sudah ada dalam diri
seseorang maka akan timbul semangat dan dorongan dari pribadi untuk senantiasa
belajar dan berusaha sesulit apapun jalan itu dilalui. Semangat inilah yang
harus selalu ada pada diri setiap muslim agar islam kembali berjaya seperti
dahulu, bangsa barat mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari ilmuan-ilmuan
muslim seperti aljabar (Husnul
Khuluq, 2010).
2. Etika
belajar dengan guru
Guru maupun ustadz merupakan pengganti orang
tua di berbagai majelis ilmu baik di sekolah, kampus, pesantren dan masjid.
Sebagai pengganti orang tua sudah selayaknya guru dihormati layaknya anak
menghormati dan menghargai orang tua sendiri. Guru memberikan ilmu yang begitu
berharga yang dibutuhkan oleh siswa untuk melangsungkan hidupnya di dunia dan
di akhirat. Oleh karena itu siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan
perbuatan sebagai balas jasa terhadap kebaikannya. Siswa berbuat baik dan
memuliakan guru dengan dasar: (1) memuliakan guru adalah perintah agama (2)
guru adalah orang yang sangat mulia (3) guru adalah orang yang sangat berjasa
dalam memberikan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kepada siswa (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007),
Bentuk
penghormatan juga bermacam-macam seperti memperhatikan ketika guru menerangkan,
menyapa dan memberikan salam kepada guru ketika
bertemu di majelis ilmu maupun di luar, berbicara dengan bahasa yang
sopan, menjadikan perilaku baik dari guru menjadi teladan bagi siswa dan
senantiasa mendoakan guru-guru yang telah mengajarkan berbagai hal. Selain dari
sisi siswa, etika guru dalam proses belajar mengajar juga perlu diperhatikan.
Dalam
Islam pendidik bukan hanya bertanggung jawab dalam pembentukan pengetahuan,
tetapi pendidik juga harus bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan kebaikan seperti tepat waktu, ramah,
disiplin dan berusaha dekat dengan siswa agar bisa dijadikan teladan bagi
siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru terhadap muridnya antara lain: (1)
memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri; (2)
menasehati murid tentang hal-hal yang baik dan mencegahnya dari akhlak tercela;
(3) jangan menghina disiplin ilmu lain; (4) menerangkan dengan kadar kemampuan
akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka (5) seorang guru harus
menjadi orang yang mengamalkan ilmunya (6) bersifat adil terhadap
murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan yang benar. Contoh yang
diberikan bukan hanya dalam bentuk mata pelajaran, tetapi harus menanamkan
keimanan dan akhlak dalam islam. Peningkatan nilai iman dan akhlak akan terjadi
secara sendirinya pada diri manusia. Karena secara lahiriah watak dan tabiat
yang baik akan menjurus pada suatu kebaikan yang dengannya orang akan enggan melakukan
keburukan (Muhammad Daud Ali, 2005).
3.
Etika
belajar ketika memilih pelajaran
Pelajaran
yang dipelajari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu ilmu agama
dan ilmu umum. Ilmu agama merupakan ilmu yang mempelajari tentang agama seperti
fiqih, aqidah, ibadah dan sebagainya. Sementara ilmu umum adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam semesta dan perkembangannya serta logika dan
rasionalitas seperti matematika, biologi, fisika dsb. Kedua ilmu tersebut
penting untuk dipelajari oleh setiap orang. Tetapi tidak mungkin setiap orang
mempelajari dan mendalami semua bidang ilmu yang ada, maka perlu adanya
pemilihan bidang ilmu yang ingin dipelajari oleh seseorang. Pemilihan bidang
ilmu tersebut didasari oleh kemampuan, minat dan kebutuhan dari setiap orang
yang berbeda-beda. Maka dari itu tiap orang harus bisa mengenali diri sendiri, mana yang sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat dan kebutuhannya. Namun, hendaknya setiap muslim
mendahulukan menuntut ilmu agama, karena ilmu agama adalah ilmu yang wajib
dipelajari oleh setiap muslim tanpa terkecuali. Ilmu agama inilah sumber dari
segala sumber ilmu yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah. Agama juga
membentengi seseorang dari ilmu yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah
seperti halnya teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet.
Padahal sudah jelas tertulis pada Al Qur’an bahwa manusia pertama adalah Nabi
Adam as. yang dibuat oleh Allah dari tanah (Nur Uhbiyati, 2009).
4.
Etika
belajar siswa ketika memilih teman belajar
Tidak
kalah pentingnya etika belajar ketika memilih teman sebaya. Teman sebaya adalah
teman sepergaulan yang seumur dalam usianya. Dalam pergaulan terhadap sebayanya perlu adanya
kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai. Pergaulan yang dijalin dengan
kerjasama yang baik akan bisa memecahkan
berbagai masalah yang tidak bisa dipecahkan sendiri
Untuk
menciptakan kerjasama yang baik dalam pergaulan hendaknya janganlah seseorang merasa lebih baik dari
yang lain, tetapi jika memang mampu memberikan ide atau memecahkan masalah yang
orang lain tidak bisa maka boleh didiskusikan dengan teman yang lain tanpa
perlu merasa sombong. Dalam pergaulan hendaknya seperti rangka sebuah bangunan
yang satu sama lain saling menguatkan. Pergaulan yang didasari oleh rasa
pengertian akan menimbulkan kehidupan yang tenang dan tentram. Dengan adanya
saling pengertian akan terbina rasa saling mengasihi dan tolong-menolong, tentu
saja dalam hal kebaikan. Pergaulan yang ditopang oleh saling menghargai akan
menimbulkan rasa setia kawan, kerukunan, serta tidak akan timbul rasa saling
curiga, dendam serta cela-mencela sehingga terhindar dari percekcokan dan
perselisihan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa teman belajar yang memiliki
cara belajar yang sama agar ketika
belajar tidak saling mengganggu. Seperti anak yang memiliki metode belajar
visual jika belajar dengan orang yang memiliki metode belajar kinestetik pasti
memiliki perbedaan yang sangat jauh dan akan saling mengganggu satu sama lain (Husnul
Khuluq, 2010).
Etika
belajar siswa terhadap teman dalam mempererat ukhuwah islamiyah dijelaskan oleh
imam Al Ghazali dibagi dalam berbagai kriteria, yaitu: (1) Berpegang teguh pada
tali Allah; (2) menyatukan hati; (3) toleransi; (4) musyawarah; (5) tolong-menolong;
(6) Solidaritas dan kebersamaan; (7) istiqomah (Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar