Senin, 21 Januari 2019

Adab Belajar Dalam Islam (skripsi dan tesis)


 Usaha belajar berarti usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat serta mewariskannya kepada generasi setelahnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang merupakan suiatu proses pendidikan untuk melestarikan hidupnya. Oleh karenaya adab yang menyertai proses itu sendirijuga menyangkut mengenai tidak hanya mengenai proses belajaranya saja namun juga menyangkut beberapa hal yang secara terkait. Dalam hal ini adalah Etika belajar dengan diri sendiri, Etika belajar dengan guru, Etika belajar ketika memilih pelajaran dan Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar. Untuk selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut
1.    Etika belajar dengan diri sendiri
 Tumbuhnya kesadaran pada seseorang bahwa belajar adalah tugas dan kewajiban yang diberikan Allah karena pendidikan adalah kebutuhan dari setiap manusia. Menuntut ilmu juga merupakan ibadah jika diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah. Sudah selayaknya setiap muslim menuntut ilmu karena begitu banyak manfaat yang didapatkan dari mencari ilmu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah menjanjikan derajat yang lebih tinggi kepada tiap orang yang berilmu. Hal itu juga berlaku di dunia, orang yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi secara normatif akan dihargai lebih tinggi daripada orang yang berpendidikan rendah. Bukan hanya masalah gaji melainkan juga bentuk  penghormatan dari orang lain. Jadi derajat orang yang berilmu akan semakin tinggi dihadapan Allah sekaligus dimata manusia lainnya. Ketika kesadaran sudah ada dalam diri seseorang maka akan timbul semangat dan dorongan dari pribadi untuk senantiasa belajar dan berusaha sesulit apapun jalan itu dilalui. Semangat inilah yang harus selalu ada pada diri setiap muslim agar islam kembali berjaya seperti dahulu, bangsa barat mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari ilmuan-ilmuan muslim seperti aljabar (Husnul Khuluq, 2010).
2.    Etika belajar dengan guru
 Guru maupun ustadz merupakan pengganti orang tua di berbagai majelis ilmu baik di sekolah, kampus, pesantren dan masjid. Sebagai pengganti orang tua sudah selayaknya guru dihormati layaknya anak menghormati dan menghargai orang tua sendiri. Guru memberikan ilmu yang begitu berharga yang dibutuhkan oleh siswa untuk melangsungkan hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan sebagai balas jasa terhadap kebaikannya. Siswa berbuat baik dan memuliakan guru dengan dasar: (1) memuliakan guru adalah perintah agama (2) guru adalah orang yang sangat mulia (3) guru adalah orang yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu  pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada siswa (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007),
Bentuk penghormatan juga bermacam-macam seperti memperhatikan ketika guru menerangkan, menyapa dan memberikan salam kepada guru ketika  bertemu di majelis ilmu maupun di luar, berbicara dengan bahasa yang sopan, menjadikan perilaku baik dari guru menjadi teladan bagi siswa dan senantiasa mendoakan guru-guru yang telah mengajarkan berbagai hal. Selain dari sisi siswa, etika guru dalam proses belajar mengajar juga  perlu diperhatikan.
Dalam Islam pendidik bukan hanya bertanggung jawab dalam pembentukan pengetahuan, tetapi pendidik juga harus bersikap dan  berperilaku yang mencerminkan kebaikan seperti tepat waktu, ramah, disiplin dan berusaha dekat dengan siswa agar bisa dijadikan teladan bagi siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru terhadap muridnya antara lain: (1) memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri; (2) menasehati murid tentang hal-hal yang baik dan mencegahnya dari akhlak tercela; (3) jangan menghina disiplin ilmu lain; (4) menerangkan dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka (5) seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya (6) bersifat adil terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan yang benar. Contoh yang diberikan bukan hanya dalam bentuk mata pelajaran, tetapi harus menanamkan keimanan dan akhlak dalam islam. Peningkatan nilai iman dan akhlak akan terjadi secara sendirinya pada diri manusia. Karena secara lahiriah watak dan tabiat yang baik akan menjurus pada suatu kebaikan yang dengannya orang akan enggan melakukan keburukan (Muhammad Daud Ali, 2005).
3.    Etika belajar ketika memilih pelajaran
Pelajaran yang dipelajari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu agama merupakan ilmu yang mempelajari tentang agama seperti fiqih, aqidah, ibadah dan sebagainya. Sementara ilmu umum adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta dan perkembangannya serta logika dan rasionalitas seperti matematika, biologi, fisika dsb. Kedua ilmu tersebut penting untuk dipelajari oleh setiap orang. Tetapi tidak mungkin setiap orang mempelajari dan mendalami semua bidang ilmu yang ada, maka perlu adanya pemilihan bidang ilmu yang ingin dipelajari oleh seseorang. Pemilihan bidang ilmu tersebut didasari oleh kemampuan, minat dan kebutuhan dari setiap orang yang berbeda-beda. Maka dari itu tiap orang harus  bisa mengenali diri sendiri, mana yang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan kebutuhannya. Namun, hendaknya setiap muslim mendahulukan menuntut ilmu agama, karena ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim tanpa terkecuali. Ilmu agama inilah sumber dari segala sumber ilmu yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah. Agama juga membentengi seseorang dari ilmu yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah seperti halnya teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet. Padahal sudah jelas tertulis pada Al Qur’an bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam as. yang dibuat oleh Allah dari tanah (Nur Uhbiyati, 2009).
4.    Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar
Tidak kalah pentingnya etika belajar ketika memilih teman sebaya. Teman sebaya adalah teman sepergaulan yang seumur dalam usianya. Dalam  pergaulan terhadap sebayanya perlu adanya kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai. Pergaulan yang dijalin dengan kerjasama yang baik akan  bisa memecahkan berbagai masalah yang tidak bisa dipecahkan sendiri
Untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam pergaulan hendaknya  janganlah seseorang merasa lebih baik dari yang lain, tetapi jika memang mampu memberikan ide atau memecahkan masalah yang orang lain tidak bisa maka boleh didiskusikan dengan teman yang lain tanpa perlu merasa sombong. Dalam pergaulan hendaknya seperti rangka sebuah bangunan yang satu sama lain saling menguatkan. Pergaulan yang didasari oleh rasa pengertian akan menimbulkan kehidupan yang tenang dan tentram. Dengan adanya saling pengertian akan terbina rasa saling mengasihi dan tolong-menolong, tentu saja dalam hal kebaikan. Pergaulan yang ditopang oleh saling menghargai akan menimbulkan rasa setia kawan, kerukunan, serta tidak akan timbul rasa saling curiga, dendam serta cela-mencela sehingga terhindar dari percekcokan dan perselisihan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa teman belajar yang memiliki cara  belajar yang sama agar ketika belajar tidak saling mengganggu. Seperti anak yang memiliki metode belajar visual jika belajar dengan orang yang memiliki metode belajar kinestetik pasti memiliki perbedaan yang sangat jauh dan akan saling mengganggu satu sama lain (Husnul Khuluq, 2010).
Etika belajar siswa terhadap teman dalam mempererat ukhuwah islamiyah dijelaskan oleh imam Al Ghazali dibagi dalam berbagai kriteria, yaitu: (1) Berpegang teguh pada tali Allah; (2) menyatukan hati; (3) toleransi; (4) musyawarah; (5) tolong-menolong; (6) Solidaritas dan kebersamaan; (7) istiqomah (Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, 2006)

Tidak ada komentar: