Sabtu, 10 April 2021

Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Konflik Pekerjaan Keluarga (skripsi dan tesis)

 

 Sarafino (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, kepeduliaan, penghargaan dan pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok. Dukungan sosial terbagi ke dalam beberapa aspek di antaranya adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Dukungan emosional merupakan dukungan yang diterima dari orang-orang terdekat seperti suami. Dukungan diberikan dalam bentuk perhatian atau pengertian dan kasih sayang (Sarafino dalam Purba, 2007). Pada wanita yang bekerja sebagai perawat biasanya mengalami permasalahan yang berkaitan dengan jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel sehingga akan membuat waku dengan keluarga menjadi berkurang. Pernyataan tersebut sependapat dengan Kim dan Ling (2001) bahwa jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel membuat wanita tidak dapat mengatur waktu dengan keluarga, seperti mengerjakan hobi bersama. Dukungan emosional yang diterima dari suami penting bagi istri dalam mengelola konflik pekerjaan-keluarga yang berbentuk time-based conflict yaitu konflik yang terjadi karena tuntutan waktu dari peran yang satu mempengaruhi partisipasi dalam peran lain (Greenhaus & Beutell 1985). Misalnya suami memberikan kepercayaan pada istri atas kegiatan yang dilakukan di luar rumah, seperti ketika harus tugas siaga on call di rumah sakit (Aycan & Eskin, 2005). Lebih lanjut menurut Aycan dan Eskin (2005) bahwa dengan adanya dukungan emosional dari suami dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada saat istri melakukan kegiatan di rumah maupun di luar rumah. Namun, ketika suami tidak dapat memberikan dukungan emosional kepada istri maka istri akan merasa tidak mendapatkan perlindungan dan perhatian dari suami, sehingga akan meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi time-based conflict, hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hubungan anggota keluarga (Apollo & Cahyadi, 2012). Dukungan instrumental merupakan bantuan secara langsung dan nyata seperti mengambil alih pekerjaan istri ketika di rumah. Dukungan diberikan untuk meringankan beban tuntutan keluarga serta dapat mempermudah individu dalam berperilaku yang bertujuan positif (Sarafino dalam Purba, 2007). Wanita yang bekerja sebagai perawat biasanya dihadapkan pada permasalahan jam kerja yang berlebihan. Banyaknya waktu yang digunakan wanita untuk bekerja akan meningkatkan time-based conflict, karena waktu yang dihabiskan untuk keluarga menjadi berkurang, akibatnya wanita tidak dapat mengurus tanggung jawab  sebagai ibu rumah tangga secara optimal.

 Dukungan instrumental meliputi bantuan dalam mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak. Misalnya suami menggantikan posisi istri dalam mengasuh anak pada saat istri harus tugas siaga on call di rumah sakit (Aycan & Eskin, 2005). Sehingga dengan adanya dukungan ini akan memudahkan istri untuk dapat memenuhi tanggung jawab dalam menjalankan perannya sehari-hari (Purba, 2007) dan dapat mengurangi tekanan sebagai orang tua yang akan menyebabkan konflik pekerjaan-keluarga (Soeharto, 2013). Namun ketika suami tidak ikut serta dalam membantu mengurus rumah seperti mengasuh anak akan menghambat aktivitas kerja istri. Misalkan istri harus absen tidak dapat memenuhi tugas siaga on call rumah sakit karena di rumah anak tidak ada yang menemani. Tidak adanya dukungan instrumental ini akan meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi time-based conflict (Soeharto, 2013). Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan berupa nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik dan pemberian informasi bagaimana cara memecahkan persoalan sehingga individu mendapatkan jalan keluar (Sarafino dalam Purba, 2007). Tugas perawat ketika di rumah sakit yang begitu banyak serta monoton meningkatkan konflik pekerjaan keluarga dari segi strainsbased conflict (Almasitoh, 2011). Dengan keadaan yang seperti itu, akan berpengaruh pada wanita saat menjalankan perannya di dalam keluarga. Dukungan informasi ini dapat membantu menurunkan ketegangan (Strains-based conflict) yang dialami oleh wanita. Adanya dukungan informasi yang diberikan oleh suami terhadap istri, yang pernah mengalami keadaan serupa akan membantu 26 istri memahami situasi dan mencari alternatif pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil (Moertono dalam Purba, 2007). Ketika istri mempunyai masalah tetapi suami tidak membantu menyelesaikannya maka akan menyebabkan distres, seperti kelelahan fisik, timbul sikap keragu-raguan dalam menjalankan perannya, menurunnya motivasi, gangguan tidur, karena istri merasa tidak ada yang membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Hal ini dapat meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi strains-based conflict (Apollo dan Cahyadi, 2012). Bentuk lain dari dukungan sosial yaitu dukungan penghargaan, dukungan ini terjadi melalui ungkapan positif atau penghargaan yang positif atas apa yang telah dicapai (Sarafino dalam Purba, 2007). Bantuan penghargaan yang diterima dan dirasakan oleh wanita sangatlah diperlukan untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya sehingga wanita dapat terhindar dari konflik pekerjaan. Menurut Sarafino (dalam Purba, 2007) seseorang yang menerima dukungan penghargaan ini akan membangun perasaan berharga, kompeten dan bernilai, sehingga individu tersebut akan terus meningkatkan performa dalam bekerjanya. Misalnya suami memberikan pujian atas prestasi istri di rumah sakit. Namun ketika wanita tidak mendapatkan penghargaan dari suami atas apa yang telah di kerjakan, hal tersebut akan mengakibatkan kepuasan kerja pada wanita menjadi rendah, karena wanita merasa apa yang telah dikerjakan tidak dihargai oleh suami, sehingga enggan untuk meningkatkan performanya dalam bekerja. Hal ini dapat meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi behavior-based conflict (Frone, Russel & Cooper dalam Apollo & Cahyadi, 2012).

 Penelitian yang berhubungan dengan konflik pekerjaan keluarga yang sejenis dan pernah dilakukan sebelumnya antara lain penelitian yang dilakukan oleh Soeharto (2013) dengan judul “Konflik Pekerjaan-Keluarga Yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Suami”. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan suami dengan konflik pekerjaankeluarga pada ibu yang bekerja. Artinya, semakin tinggi dukungan suami maka semakin rendah pula konflik pekerjaan-keluarga pada ibu yang bekerja, sebaliknya semakin rendah dukungan suami maka konflik pekerjaan-keluarga pada ibu yang bekerja juga semakin tinggi. Selain itu penelitian yang yang dilakukan oleh Apollo dan Cahyadi (2012) dengan judul “Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri”. Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri mempunyai hubungan negatif yang sangat signifikan dengan tingkat konflik peran ganda perempuan menikah yang bekerja. Besarnya dukungan sosial keluarga dan tingginya penyesuaian diri dapat menekan munculnya konflik peran ganda perempuan menikah yang bekerja

Tidak ada komentar: