Penelitian kohor dikenal juga sebagai
longitudinal studies, prospective studies ataupun follow-up studies. Pada penelitian ini,
sampel yang semula bebas dari suatu penyakit
tetapi berbeda status paparan (exposure) nya,
diikuti sampai waktu tertentu.
Keunggulan metodf ini terutama karena
dapat menghitung angka insidensi (incidence
rate), yaitu angka yang mencerminkan kasus
baru suatu penyakit. Pisamping itu juga
dapat mengeksplorasi lebih dari satu variabel
tergantung (outcome), nyaris tanpa "bias" dan dapat menetapkan angka risiko secara
langsung dari satu saat ke saat yang lain.
Sebaliknya, karena waktu yang diperlukan
untuk penelitian ini relatif lebih lama dan memerlukan jumlah sampel yang cukup besar,
maka penelitian ini sangat mahal dantidak
efisien. Keterbatasan lainnya, kadang-kadang
hasil penelitian ini berlakunya tidak cukup
lama. Sementara itu, subyek yang dipakai
sebagai sampel ada saja yang tidak dapat
diikuti sampai selesai (drop out).
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 22 Februari 2020
Penelitian Kohor (skripsi dan tesis)
Definisi Remaja (skripsi dan tesis)
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa,
dimulai dengan memasuki awal pubertas.Remaja terdiri dari individu
antara umur 10 sampai 19 tahun (WHO, 2011).Remaja merupakan
masa penting, dimana anak menjalani perubahan biologi, yang ditandai
dengan pubertas, terkait dengan penampilan fisik dan pencapaian
kemampuan untuk bereproduksi, perubahan psikologi dan kognitif,
dimana mencerminkan cara berpikir individu, dan perubahan sosial
yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung jawab setiap individu
(Omobuwa.O.,et all, 2012)
Jumat, 21 Februari 2020
Dasar Pengetahuan kesehatan Reproduksi pada Remaja (skripsi dan tesis)
Menurut BKKBN (2008), dasar pengetahuan kesehatan reproduksi
yang perlu diketahui remaja yaitu :
1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan, dan kematangan
seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat
reproduksi remaja laki-laki dan perempuan.
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab sebagai bekal pemahaman
seks bagi kebutuhan manusia secara biologis, menyalurkan dan
mengendalikan naluri seksual yang menjadi kegiatan positif seperti
olahraga atau hobi yang bermanfaat. Sementara penyaluran berupa
hubungan seksual hanya untuk melanjutkan keturunan yaitu dengan
cara menikah terlebih dahulu.
3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta
kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk
mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam
menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA.
4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin lebih
siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga.
5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu
mengetahui tentang hal ini, sebagai persiapan remaja laki-laki dan
perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga masa depan.
Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja (skripsi dan tesis)
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, komponen, dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak hanya bebas dari
penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental dan
sosial budaya (BKKBN, 2008)
Pengertian Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap
meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas
dari penyakit atau kelemahan. Hal ini diharapkan agar adanya
keseimbangan yang serasi dalam interaksi antara individu dengan
masyarakat dan makhluk hidup lain serta lingkungannya (Mubarak, 2009).
Menurut WHO (1994), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuhberhubungan
dengan reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. Individu yang sehat secara reproduksi memiliki cara
pendekatan yang positif dan penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan
hubungan seksual, mereka juga berpotensi untuk merasakan kesenangan
dan pengalaman seksual yang aman, bebas dari paksaan, diskriminasi dan
kekerasan (Potter & Perry, 2009).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2000),
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi, serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
10
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman (Triwibowo &
Pusphandani, 2015)
Hubungan Media dengan Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Penggunaan media terkait dengan kesehatan reproduksi menjadi hal yang
dilematis. Di satu sisi, media dapat memberikan informasi yang tepat mengenai
kesehatan reproduksi. Namun tidak sedikit remaja yang menggunakan media secara
tidak tepat, misalnya melihat gambar dan video porno. Berdasarkan penelitian
Andriani, dkk. (2016) yang dilakukan pada siswa SMK Negeri 1 Kendari didapatkan
hasil bahwa akses media informasi yang negatif menjadi faktor yang membuat
perilaku seksual remaja menjadi berisiko (p value= 0,001).
Peran media menjadi penting dalam membentuk pengetahuan seorang
remaja dalam memahami masalah kesehatan reproduksi. Informasi yang kurang
tepat, akan sangat mempengaruhi pengetahuan yang menjadi kurang tepat juga.
Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, bukubuku, film, video, sosial media, bahkan dengan mudah membuka situs-situs lewat
internet. Berdasarkan hasil penelitian pada santri di Pondok Pesantren Darut Taqwa
Bulusan Semarang keragaman jenis media informasi pada kategori banyak terpapar
≥5 jenis media informasi berhubungan dengan kesehatan reproduksi dengan p
value= 0,001 (Sidik, 2015).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurmasnyah, dkk. (2013) pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
didapatkan hasil bahwa media, baik cetak maupun elektronik, telah
menyumbangkan informasi terkait dengan kesehatan reproduksi. Materi yang ada
dalam kesehatan reproduksi pada media seperti penundaan usia kawin, HIV-AIDS,
28
infeksi menular seksual (IMS), iklan kondom, narkoba, minuman keras dan
mencegah kehamilan.
Hasil penelitian Putri (2015) pada remaja di SMP 3 Muhammadiyah
Wirobrajan didapatkan hasil p value= 0,000. Artinya, terdapat hubungan secara
signifikan antara pemanfaatan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja. Dengan pemanfaatan media massa yang tinggi akan
menambah pengetahuan seseorang menjadi lebih baik sehingga membantu
seorang dalam pemahaman tentang pentingnya mengetahui kesehatan reproduksi
pada remaja.
Hubungan Peran Keluarga dengan Kesehatan Reproduksi (skripsid an tesis)
Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya. Keluarga
merupakan benih akal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian.
Anak-anak mengikuti orang tua dan berbagai kebiasaan dan perilaku dengan
demikian keluarga adalah elemen pendidikan lain yang paling nyata, tepat dan amat
besar (Putri dalam Andriani, dkk., 2016).
Pengetahuan dan persepsi yang salah tentang seksualitas dan kesehatan
reproduksi dapat menyebabkan remaja berperilaku berisiko terhadap kesehatan
reproduksinya. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru menjadi penting dalam
mendampingi remaja mencari dan menemukan informasi kesehatan reproduksi
yang tepat (Kemenkes RI, 2018).
Hasil penelitian Andriani, dkk. (2016) diketahui bahwa peran kelurga
berhubungan secara signifikan dengan perilaku seksual remaja (p value= 0,004).
Dimana semakin negatif peran keluarga maka semakin besar kemungkinan mereka
untuk melakukan perilaku seksual yang berisiko. Perilaku seksual yang berisiko
tersebut dapat memperburuk kesehatan reproduksi remaja. Orang tua diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang seksual, menyediakan waktu
yang cukup, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sehingga remaja akan
lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Menurut Uyun (2013) orang tua diharapkan mampu mendidik anak dengan
5 fungsi, diantaranya fungsi yang pertama yaitu fungsi religius dengan mendidik dan
mengajak anak pada kehidupan yang beragama. Kedua, fungsi edukatif dengan
mengajar dan memberi informasi tentang kesehatan reproduksi pada anak. Ketiga,
fungsi protektif dengan melarang atau menghindarkan anak dari perbuatanperbuatan yang tidak diharapkan, mengawasi atau membatasi perbuatan anak
dalam hal-hal tertentu, menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang diharapkan
mengajak bekerja sama dan saling membantu, memberi contoh yang tauladan.
Fungsi keempat yaitu fungsi sosialis dengan mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik. Sehingga diperlukan fungsi sosialisasi dari orangtua
sebagai penghubung dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Kelima,
fungsi ekonomi dengan memberi nafkah dan menyediakan barang yang dibutuhkan
anak untuk kebersihan diri guna mendukung kesehatan reproduksi (Uyun, 2013).
Hasil penelitian Nurmasnyah Nurmasnyah, dkk. (2013) diketahui bahwa
peran orang tua sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi lebih rendah
dibandingkan teman sebaya. Responden lebih suka membicarakan atau
menanyakan tentang kesehatan reproduksi kepada temannya dibandingkan orang
tuanya. Hal tersebut menunjukkan kurangnya peran keluarga dalam kesehatan
reproduksi.
Hubungan Sikap dengan Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,
tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan
turut menentukan cara tingkah lakunya terhadap objek–objek sikapnya. Adanya
sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya
(Gerungan, 2012).
Menurut Nurhakim, dkk. (2018) berdasarkan hasil penelitiannya terhadap siswa
SMAN 4 Garut diketahui bahwa masih banyak sikap remaja yang tidak mendukung
kesehatan reproduksi karena mereka menganggap bahwa masalah seks masih tabu
atau kurang sopan untuk dibicarakan, terutama pada pada orang tua. Padahal setiap
remaja bisa membicarakan hal ini dengan guru disekolah dan orangtua selama dirumah
agar informasi yang didapatkan benar.
Sikap yang baik (positif) akan suatu hal akan membuat seseorang tidak
melakukan tindakan yang negatif yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2015) didapatkan hasil bahwa seseorang yang memiliki sikap positif (baik) maka semakin negatif untuk
melakukan hubungan seksual pra nikah dengan p value= 0,001, yang mana
hubungan seksual pra nikah ini dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian Fitri dan Masyudi (2017) pada remaja putri di SMA Negeri 2
Takengon didapatkan hasil p value= 0,05. Artinya, terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan kesehatan reproduksi pada remaja putri. Semakin
negatif sikap remaja putri maka semakin tinggi masalah kesehatan reproduksi.
Hubungan Pengetahuan dengan Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia.
Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu ditujukan untuk
menemukan kebenaran (Hendra, 2008).
Pengetahuan dasar tentang kesehatan reprosuksi pada remaja menurut
Kemenkes RI salah satunya yaitu pengenalan dan mengetahui tentang proses,
fungsi, dan sistem alat reproduksi. Pengetahuan dan persepsi yang salah tentang
seksualitas dan kesehatan reproduksi dapat menyebabkan remaja berperilaku berisiko terhadap kesehatan reproduksinya sehingga sangat penting untuk melihat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Kemenkes RI, 2018).
Remaja yang mempunyai pengetahuan yang benar mengenai kesehatan
reproduksi dapat berhati-hati dalam melangkah. Remaja akan dapat memberikan
penilaian mengenai patut tidaknya melakukan melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya sebelum menikah. Penilaian yang dibuat remaja tersebut dilakukan
secara sadar bukan keterpaksaan (Imron, 2012).
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh remaja.
Hal ini dikarenakan dengan memiliki informasi dan pengetahuan yang benar maka
remaja akan banyak mengambil manfaat. Dampak positif dari pengetahuan yang
benar mengenai kesehatan reproduksi yaitu dapat mencegah perilaku seks pranikah
serta dampaknya termasuk kehamilan tidak di inginkan, HIV/AIDS, dan IMS dapat
dicegah (Oie, 2014).
Pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dapat berpengaruh
dengan ada atau tidaknya masalah kesehatan reproduksi terutama pada remaja. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fitri dan Masyudi (2017) pada remaja putri
di SMA Negeri 2 Takengon didapatkan hasil p value= 0,05. Artinya, terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesehatan reproduksi pada
remaja putri.
Hasil penelitian Winerungan, dkk. (2013) pada remaja di SMP negeri 8
Manado didapatkan hasil bahwa pengetahuan berpengaruh dengan kejadian iritasi
vagina yang merupakan masalah kesehatan reproduksi dengan p value= 0,000.
24
Artinya, semakin kurang tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja maka semakin
tinggi kejadian iritasi vagina yang merupakan masalah kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian Sugiarto (2012) juga menunjukkan bahwa pengetahuan yang
kurang tentang kesehatan reproduksi dapat menimbulkan masalah kesehatan
reproduksi (kurangnya perilaku pencegaha keputihan). Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan perilaku pencegaha keputihan (p value= 0,008
Organ Reproduksi Wanita (skripsi dan tesis)
Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua yaitu organ reroduksi dalam
dan luar (Widyastuti, 2012).
1) Organ reproduksi luar
a. Mons veneris (Rambut Kemaluan)
Merupakan suatu bangunan yang terdiri atas kulit yang di bawahnya
terdapat jaringan lemak menutupi tulang kemaluan/simphisis. Mons veneris
ditutupi rambut kemaluan. Fungsi Mons veneris adalah sebagai pelindung
terhadap benturan-benturan dari luar dan dapat menghindari infeksi dari luar
dan berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu
untuk estetika (Irianto, 2014).
b. Labia Mayora (bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri lonjong mengecil ke bawah dan
bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut,
kelenjar lamak, dan kelenjar keringat. Bagian dalamnya tidak berambut dan
mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung syaraf
sehingga sensitif terhadap hubungan seks. Berfungsi untuk menutupi organorgan genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat
menerima rangsangan seksual (Irianto, 2014).
c. Labia Minora (bibir kecil)
Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian depannya
mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga
dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan
kulit skrotum pada pria. Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di
dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pambuluh darah
dan syaraf (Irianto, 2014). d. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada wanita. Mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sehingga sangat sensitif saat hubungan
seks (Irianto, 2014).
e. Vestibulum (Vestibula)
Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas
oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian
vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar
Bartholini dan kelenjar Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada
rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat
bersenggama (Irianto, 2014).
f. Himen (selaput dara)
Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar.
Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar
endometrium (lapisan dalam rahim) (Widyastuti, 2012).
2) Organ Reproduksi dalam
a. Vagina (Liang Kemaluan)
Merupakan saluran muskulo-membranasea (otot-selaput) yang
menghubungkan rahim dengan dunia luar. Bagian ototnya berasal dari otot
levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan
dilatih. Dinding vagina mempunyai lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut
“rugae”. Berfungsi sebagai sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi
(Irianto, 2014).
b. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir atau alpukat, dengan berat sekitar 30
gram. Terletak di panggul kecil diantara rektum (bagian usus sebelum dubur)
dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga
oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat
kehamilan. Berfungsi sebagai alat tempat terjadinya menstruasi, sebagai alat
tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat pembuatan hormon misal
HCG (Irianto, 2014).
c. Tuba Fallopii (Saluran telur)
Tuba Fallopii berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke arah
lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Tuba Fallopii bukan merupakan saluran
lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi
empat bagian. Tuba fallopii merupakan bagian yang paling sensitif terhadap
infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi
tuba fallopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran tempat
bertemunya spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat
pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan
dalam Rahim (Irianto, 2014). d. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung
ke rahim oleh ligamentum ovarii proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormonal
perempuan yang paling utama, sehingga mempunyai dampak keperempuanan
dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum)
setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur (ovum) dikeluarkan
perempuan di sebut “dalam masa subur”. Fungsi ovarium adalah sebagai
penghasil sel telur/ovum, sebagai organ yang menghasilkan hormon (estrogen
dan progesteron) (Irianto, 2014).
e. Parametrium (Penyangga rahim)
Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung
tuba fallopii dan ikut serta menyangga indumg telur. Bagian ini sensitif terhadap
infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Widyastuti, 2012).
2.2 Hubungan Pengetahuan dengan Kesehatan Reproduksi
Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja (skripsi dan tesis)
Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik, pada saat usia
remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak
macam-macam pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik akan muncul apa yang
disebut sebagai tanda-tanda seks sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu
kemaluan tumbuh, haid pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara
16
psikologis muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara psikologis mereka
masih dalam peralihan dari anak-anak kedewasa. Secara biologis aktivitas organ dan
fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikoloogis aktivitas organ
dan fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan
sosiologis mereka dianggap belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara
berbagai perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami
masalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi tersendiri (Widyastuti, 2012).
Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu
ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan
mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang bertanggung jawab.
Mereka bukan saja memerlukan informasi dan pendidikan, tetapi juga pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Pemberian informasi dan pendidikan
tersebut harus dilakukan dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi lain
mereka. Masalah kesehatan seksual dan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja,
termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular
melalui seks, dan HIV/AIDS, dilakukan pendekatan melalui promosi perilaku seksual
yang bertanggung jawab dan reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang
mandiri serta dukungan pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara
spesifik untuk umur mereka. Hal-hal yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja
antara lain.
1. Kesehatan Alat-Alat Reproduksi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan alat-alat
reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah- masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah payudara
mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri haid
yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga
diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu terjadinya masa subur,
masalah keperawanan dan masalah jerawat (Widyastuti, 2012).
2. Hubungan dengan Pacar
Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah
masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual, pacar
cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang pemarah.
Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam percintaan
bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang
telah di lakukan pasangannya (Irianto, 2014).
3. Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika seseorang
tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya. Jika
dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat dikatakan
mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk menghadapi kehamilan
yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit menular seksual. Bahaya onani
adalah apabila dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat yang
bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani juga bisa menimbulkan masalah bila
terjadi ketergantungan/ketagihan, bisa juga menimbulkan perasaan bersalah
(Irianto, 2014).
4. Hubungan Seksual Sebelum Nikah
Para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman bibir,
raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting) sampai ada
pula yang melakukan senggama. Perkembangan zaman juga mmpengaruhi perilaku
seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang
ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu,
kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan
free sex. Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka
terhadap hubungan seksual sebelum menikah (Irianto, 2014).
5. Penyakit Menular Seksual
Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit menular
seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai terinfeksi HIV.
6. Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah dengan
melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal di
Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan dengan
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain (Irianto, 2014).
Hak-Hak Reproduksi (skripsi dan tesis)
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi
individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksinya
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga 11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi (Widyastuti, 2012).
Menurut BKKBN 2016, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk
mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:
1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan, dan
kebijakan saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak
reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat.
2. Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapat dukungan komitmen dari para tokoh
politik tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
3. KIE hak-hak reproduksi
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi
sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.
4. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi
Perkembangan Kesehatan Reproduksi Remaja (skripsi dan tesis)
Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada masa pubertas, hormon-hormon
yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja (BKKBN, 2011).
Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam
dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk
mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi
baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksual individu remaja tersebut (Mappiare, 2012).
Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja
sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai
keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu
bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah
antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam.
Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi
seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup
matang dan dewasa. Ibu muda biasanya kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri
ke pusat pelayanan kesehatan (BKKBN, 2011).
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa
awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free
sex) masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan,
dan terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS (BKKBN, 2011)
Ruang Lingkup Kesehatan Repoduksi (skripsi dan tesis)
Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi (BKKBN, 2011) meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan napza yang
dapat berakibat pada HIV/AIDS
4. Kesehatan reproduksi pada usia lanjut
Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan pada
pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan masalah kesehatan reproduksi pada
setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik
maka akan berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya Salah satu ruang
lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan adalah kesehatan reproduksi
remaja. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu
remaja agar memahami kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap dan
perilaku sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan
reproduksi (Widyastuti dkk., 2012).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (Taufan, 2010) yaitu:
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah dan kurangnya pengetahuan tentang perkembangan seksual dan
proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, kurangnya peran orang tua
dalam mendidik dan menawasi anak, dsb). 3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi karena
ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
memberi kebebasan secara materi).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual)
Perubahan Fisik Yang Mulai Menandai Kematangan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan
organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan
munculnya tanda-tanda sebagai berikut.
1. Perubahan seks primer
Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat reproduksi
yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki.
2. Perubahan seks sekunder
Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan atau pubis.
Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan
buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan
ketiak (Kemenkes RI, 2010).
Pengertian Kesehatan Reproduksi (skripsi dan tesis)
Reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian
hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah pertumbuhan tulangtulang dan kematangan seksual yang berfungsi untuk reproduksi manusia, yang
terjadi masa remaja.
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang
lingkup pelayanan kesehatan repoduksi menurut International Conference
Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan
reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan
reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat,
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi
10
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana
seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sudah
menikah (Nugroho, 2010).
Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses
sistem reproduksi, maka setiap orang (khususnya remaja) perlu mengenal dan
memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini.
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasa berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan (Kemenkes RI,
2010)
Pengertian aktivitas fisik (skripsi dan tesis)
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi sehingga
menyebabkan pembakaran energi. Energi yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas fisik bervariasi menurut tingkat intensitas dan
lama melakukan aktivitas fisik. Semakin berat dan semakin lama
aktivitas fisik dilakukan, maka semakin tinggi energi yang
diperlukan . Upaya menurunkan berat badan melalui aktivitas fisik
umumnya hanya menurunkan berkisar 2-3%, sedangkan olahraga
mempengaruhi kecepatan penurunan berat badan menurut frekuensi
dan durasinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi (skripsi dan tesis)
Faktor yang mempengaruhi konsumsi panngan yang
dimakan seseorang menurut Khomsan (2006), adalah faktor
ekonomi dan harga, dan faktor sosial budaya dan religi. Faktor
ekonomi dan harga dapat mempengaruhi secara langsung karena
perbedaan pendapatan seseorang dapat mempengaruhi perubahan
konsumsi mkananan yang dimakan. Faktor sosial budaya dan religi dapat mempengaruhi konsumsi makanan karena kebudayaan
seseorang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang
digunakan untuk dikonsumsi, kebudayaan juga menentukan
makanan yang boleh dimakan atau makanan yang bersifat tabu .
Terdapat faktor lain yang mempengaruhi pola makan seseorang ,
yaitu:
(1) Presonal Preference, yakni pola makan atau konsumsi
seseorang dapat dipengaruhi oleh kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap makanan tersebut. perasaan suka
tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung pada
asosiasinya terhadap makanan tersebut;
(2) Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang, yang diartikan
sebagai, rasa lapar merupakan sensasi yang kurang
menyenangkan, karena berhubungan dengan kekurangan
makanan. Sebaliknya, nafsu makan adalah sensasi yang
menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Ada
pula rasa kenyang yaitu perasaan puas karena telah memenuhi
keinginan makan
Pengertian konsumsi makanan (skripsi dan tesis)
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang
dimakan oleh seseorang dengan tujuan pada waktu tertentu.
Mengkonsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Hal ini terkait
dengan fungsi makanan yaitu gastronomik, identitas budaya, religi,
magis, komunikasi, lambang status ekonomi, kekuatan dan
kekuasaan . Asupan zat gizi pada orang dewasa lebih terfokus
pada bagaimana memelihara berat badan yang sehat dan latihan
fisik, menghindari berat badan yang berlebihan, dan melanjutkan
untuk membangun kekuatan. Kebutuhan energi umum orang
dewasa ditetapkan melalui batasan makan yang direkomendasikan
dan tingkat aktifitas
Langganan:
Postingan (Atom)