Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik, pada saat usia
remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak
macam-macam pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik akan muncul apa yang
disebut sebagai tanda-tanda seks sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu
kemaluan tumbuh, haid pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara
16
psikologis muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara psikologis mereka
masih dalam peralihan dari anak-anak kedewasa. Secara biologis aktivitas organ dan
fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikoloogis aktivitas organ
dan fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan
sosiologis mereka dianggap belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara
berbagai perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami
masalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi tersendiri (Widyastuti, 2012).
Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu
ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan
mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang bertanggung jawab.
Mereka bukan saja memerlukan informasi dan pendidikan, tetapi juga pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Pemberian informasi dan pendidikan
tersebut harus dilakukan dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi lain
mereka. Masalah kesehatan seksual dan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja,
termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular
melalui seks, dan HIV/AIDS, dilakukan pendekatan melalui promosi perilaku seksual
yang bertanggung jawab dan reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang
mandiri serta dukungan pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara
spesifik untuk umur mereka. Hal-hal yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja
antara lain.
1. Kesehatan Alat-Alat Reproduksi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan alat-alat
reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah- masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah payudara
mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri haid
yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga
diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu terjadinya masa subur,
masalah keperawanan dan masalah jerawat (Widyastuti, 2012).
2. Hubungan dengan Pacar
Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah
masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual, pacar
cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang pemarah.
Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam percintaan
bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang
telah di lakukan pasangannya (Irianto, 2014).
3. Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika seseorang
tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya. Jika
dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat dikatakan
mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk menghadapi kehamilan
yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit menular seksual. Bahaya onani
adalah apabila dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat yang
bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani juga bisa menimbulkan masalah bila
terjadi ketergantungan/ketagihan, bisa juga menimbulkan perasaan bersalah
(Irianto, 2014).
4. Hubungan Seksual Sebelum Nikah
Para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman bibir,
raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting) sampai ada
pula yang melakukan senggama. Perkembangan zaman juga mmpengaruhi perilaku
seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang
ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu,
kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan
free sex. Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka
terhadap hubungan seksual sebelum menikah (Irianto, 2014).
5. Penyakit Menular Seksual
Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit menular
seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai terinfeksi HIV.
6. Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah dengan
melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal di
Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan dengan
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain (Irianto, 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar