Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada masa pubertas, hormon-hormon
yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja (BKKBN, 2011).
Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam
dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk
mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi
baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksual individu remaja tersebut (Mappiare, 2012).
Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja
sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai
keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu
bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah
antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam.
Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi
seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup
matang dan dewasa. Ibu muda biasanya kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri
ke pusat pelayanan kesehatan (BKKBN, 2011).
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa
awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free
sex) masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan,
dan terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS (BKKBN, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar