1. Efisiensi
Modal Kerja
Efisiensi
Modal Kerja adalah
ketepatan cara (usaha
dan kerja) dalam menjalankan sesuatu
yang tidak membuang
waktu, tenaga, biaya
dan kegunaan berkaitan penggunaan
modal kerja yaitu
mengupayakan agar modal
kerja yang tersedia tidak
kelebihan dan tidak juga kekurangan. Efisiensi juga dapat disebut sebagai daya guna yang mana
penekanannya disamping hasil yang ingin dicapai, juga memperhitungkan
pengorbanan untuk mencapai hasil.
Efisiensi modal kerja berkaitan dengan pengelolaan modal
kerja yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Setiap elemen modal
kerja harus dikelola dengan baik untuk menghasilkan profitabilitas dan
mempertahankan likuiditas perusahaan. Didalam penelitian ini elemen modal kerja
yang digunakan yaitu :
a.
Kas
Kas dapat diartikan sebagai uang tunai yang ada didalam
perusahaan serta uang yang berada didalam rekening yang dalam jangka pendek
dapat digunakan sebagai alat pembayaran
finansial perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari
perusahaan. Kas memiliki sifat yang paling likuid, karena sifatnya tersebut kas
memberikan keuntungan yang paling rendah. Kas dimaksudkan untuk menjaga tingkat
likuiditas perusahaan yaitu untuk membayar pengeluaran-pengeluaran rutin
perusahaan seperti pembayaran utang, pembayaran gaji karyawan, pembayaran
transportasi, pembelian bahan baku dan lain sebagainya. Didalam kegiatan
operasional perusahaan kas digunakan untuk :
1)
Membelanjai seluruh
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.
2)
Mengadakan
investasi baru dalam aktiva tetap.
3)
Membayar deviden,
pajak, bunga dan lain sebagainya.
Jumlah besarnya arus kas yang terjadi didalam perusahaan
terjadi berdasarkan pada motif didalam memiliki kas, yaitu :
1)
Motif transaksi (The Transaction Motive) berarti
perusahaan menyediakan kas untuk membayar transaksi harian perusahaan. Semakin
meningkatnya usaha perusahan maka semakin meningkat pula transaksi finansial
perusahaaan dan semakin meningkatnya kas yang dibutuhkan perusahaan. Transaksi
tersebut dapat berupa, pembayaran pajak, listrik, upah karyawan, utang dagang,
pembelian bahan baku dan lain sebagainya.
2)
Motif berjaga-jaga
(The Precautionary Motive)
dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap adanya ketidakpastian dan keadaan
darurat. Karena keadaan yang tidak pasti maka perusahaan perlu berjaga-jaga
untuk menjaga tingkat likuiditas perusahaan, apabila terjadi pengeluaran kas
seperti yang tidak direncanakan sebelumnya.
3)
Motif spekulasi (The Speculative Motive) dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga, dalam kata lain untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari kegiatan operasional perusahaan.
b. Piutang
Piutang
yang dimaksud dalam komponen elemen modal kerja ialah piutang usaha yang timbul
akibat dari transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan
kepada konsumennya. Melakukan penjualan secara kredit merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan penjualan yang nantinya diikuti oleh peningkatan laba
perusahaan tetapi juga memiliki resiko yang tinggi. Untuk mengendalikan piutang
perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan kreditnya. Kebijaksanaan ini yang
kemudian berfungsi sebagai standar. Apabila dalam pelaksanaannya penjualan
kredit dan pengumpulan piutang tidak sesuai dengan standar perusahaan, maka
perusahaan harus mengadakan perbaikan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh
:
1)
Volume penjualan,
makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar
jumlah piutang dan sebaliknya.
2)
Syarat pembayaran
bagi penjualan kredit semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti
semakin besar jumlah piutang dan sebaliknya.
3)
Ketentuan tentang
batas volume penjualan kredit, apabila batas maksimal volume penjualan kredit
ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga akan
semakin besar.
4)
Kebiasaan membayar
para pelanggan kredit, apabila pelanggan membayar kredit mundur dari waktu yang
disyaratkan maka jumlahnya piutang relatif besar.
5)
Kegiatan penagihan
dari pihak perusahaan, apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan
bersifat aktif dan pelanggan melunasinya, maka besarnya piutang relatif kecil.
Tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah
piutang relatif besar.
c.
Persediaan
Persediaan merupakan bagian
utama dari modal kerja yang pada setiap saat mengalami perubahan. Perusahaan
memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinya. Tanpa
ada persediaan yang memadai kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh
keuntungan yang diinginkan disebabkan oleh terhambatnya proses produksi karena
minimnya persediaan bahan baku perusahaan. Setiap perusahaan baik yang bergerak
dibidang manufaktur, perdagangan, maupun perusahaan jasa mempunyai persediaan.
Contohnya pada perusahaan manufaktur mempunyai persediaan utama, meliputi:
persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi,persediaan barang jadi.
Dengan demikian pengertian
persediaan adalah sejumlah bahan atau barang yang dimiliki oleh perusahan yang
tujuannya untuk dijual atau untuk diolah kembali. Persediaan merupakan elemen
modal kerja yang paling tidak likuid dibandingkan dengan unsur modal kerja
lainnya seperti kas, tetapi persediaan untuk sebagian perusahaan industri
merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar dan juga memberikan
efek langsung terhadap profitabilitas perusahaan. Semakin besar jumlah
investasi dalam bentuk persediaan dibanding dengan kebutuhannya akan
menimbulkan beban biaya yang besar seperti dana yang terikat dalam persediaan
akan menimbulkan kerugian berupa beban bunga, biaya penyimpanan, biaya
pemeliharaan dan biaya lainnya yang akan mempengaruhi likuiditas perusahaan.
Tetapi sebaliknya, investasi yang terlalu kecil dalam bentuk persediaan akan
menghambat proses produksi dan akan menurunnkan tingkat profitabilitas
perusahaan. Sehubungan dengan masalah diatas, maka perusahaan perlu menetapkan
suatu kebijaksanaan untuk mengendalikan persediaan secara efektif dan efesien.
Efisiensi modal kerja dapat
diukur dengan metode cash conversion
cycle (CCC). Cash conversion cycle
atau siklus konversi kas adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk mengumpulkan uang dari penjualan barang jadi atau berapa lama waktu
antara pembayaran untuk modal kerja dan penagihan kas dari penjualan modal kerja
tersebut. Semakin pendek waktu yang digunakan perusahaan maka semakin bagus
perusahaan tersebut begitu sebaliknya semakin panjang waktu yang dibutuhkan
perusahaan semakin banyak modal yang harus ditanamkan oleh perusahaan tersebut.CCC
dapat dirumuskan sebagai berikut :
CCC = DIO + DSO – DPO
a.
DPO
(Days Payable Outstanding) atau hari perputaran utang yaitu nilai rata-rata
periode pembayaran dari suatu perusahaan. Nilai DPO terbentuk dari pos-pos Account Payable atau hutang usaha dan
pembelian (purchase). Account Payable atau hutang dagang
biasanya mempresentasikan porsi besar dari hutang perusahaan. Terkait dengan
modal kerja, hutang dimaksud adalah hutang jangka pendek yang jatuh tempo
kurang dari satu tahun dan hanya terkait produk dan jasa perusahaan.
b.
DIO
(Days Inventory Outstanding) atau hari edar persediaan menunjukkan periode
pemerosesan penjualan. Periode pemrosesan penjualan yang terlalu tinggi dan
bisa menyebabkan barang-barang persediaan mengalami penurunan nilai harganya
dan jika periode terlalu rendah juga bisa mengindikasi bahwa perusahaan
kekurangan dalam persediaan sehingga bisa mengakibatkan penurunan penjualan.
c.
DSO (Days Sales Outstanding) atau hari edar penjualan adalah sebuah metode
pengukuran yang digunakan untuk mengetahui jumlah rata-rata hari yang
diperlukan pelanggan untuk melakukan pembayaran. Dihitung dalam satuan hari
yang mencerminkan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kas dari penjualan
yang dilakukan secara kredit.