Tampilkan postingan dengan label judul pariwisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label judul pariwisata. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 September 2021

Financial Behavior (skripsi dan tesis)


Financial behavior adalah ilmu yang menjelaskan mengenai perilaku
seseorang dalam mengatur keuangan mereka dari sudut pandang psikologi dan
kebiasaan individu atau seseorang tersebut, Ilmu ini juga menjelaskan
mengenai pengambilan keputusan yang irasional terhadap keuangan mereka
(Ersha, 2016).
Financial behavior berhubungan dengan tanggung jawab keuangan
seseorang mengenai cara pengelolaan keuangan mereka. Tanggung jawab
keuangan adalah proses pengelolaan uang dan aset lainnya dengan cara yang
dianggap produktif. Tugas utama pengelolaan uang adalah proses
penganggaran. Anggaran bertujuan untuk memastikan bahwa individu mampu
mengelola kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan menggunakan
penghasilan yang diterima dalam keuangan yang sama (Ida & Dwinta, 2010).
Financial behavior adalah kemampuan seseorang dalam mengatur yaitu
perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian,
pencarian dan penyimpanan dana keuangan sehari-hari. Munculnya financial
behavior merupakan dampak dari besarnya hasrat seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sesuai dengan tingkat pendapatan yang diperoleh
(Iramani,2013). prinsip dasar financial management behavior terbagi menjadi
empat hal utama yaitu:
a. Konsumsi, yaitu pengeluaran rumah tangga atas berbagai barang dan
jasa.
b. Tabungan, yaitu pendapatan yang tidak dikonsumsi rumah tangga pada
suatu periode tertentu.
c. Investasi, yaitu pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya yang ada
saat ini untuk mencapai tujuan masa yang akan dating.
d. Manajemen Hutang, yaitu kemampuan seseorang dalam memanfaatkan
utang agar tidak membuat anda mengalami kebangkrutan

Financial Attitude (skripsi dan tesis)


Sikap merupakan penggambaran kepribadian diri baik secara fisik maupun
pikiran terhadap keadaan atau objek tertentu (Yulianti, 2013). Sedangkan
attitude merupakan sikap terhadap objek, individu maupun peristiwa baik itu
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan (Budiono, 2012).
Financial attitude menurut (Parrotta & Jhonson, 1998) yaitu memandang uang
sebagai power/freedom, reward for efforts atau evil. Dengan kata lain sikap
terhadap uang seseorang adalah bagaimana seseorang memiliki pandangan
mengenai uang yakni uang sebagai sumber kekuatan dan kebebasan, prestasi,
ataupun sumber kejahatan. Oleh sebab itu Financial attitude sangat berperan
penting dalam menentukan Financial management behavior seseorang.
Financial attitude dapat membentuk cara orang untuk menghabiskan,
menyimpan, menimbun, dan membuang uang Ada tiga komponen utama dari
attitude yaitu :
a. Kognitif
Kognitif merupakan suatu opini atau keyakinan dari sikap yang
menentukan tingkatan untuk sesuatu atau bagian yang lebih penting
dari sikap.
b. Afektif
Afektif (perasaan) adalah emosional yang berada dalam diri setiap
individu. Perasaan juga diartikan sebagai pernyataan dari sikap yang
diambil
c. Perilaku
Perilaku atau tindakan adalah cerminan dari bagaimana individu
berperilakudalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang. Setiap
individu yang selalu menerapkan financial attitude di dalam
kehidupannya akan mempermudah individu tersebut dalam
menentukan sikap dan berperilaku dalam hal keuangan, seperti
mengelola keuangan, menyusun anggaran pribadi dan membuat
keputusan berinvestasi yang tepat.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan, attitude juga diperlukan agar
memiliki keuntungan untuk masa depan baik dalam modal berinvestasi
maupun untuk tabungan masa depan. Financial attitude merupakan
pertimbangan secara psikologi terhadap kecenderungan dalam
memperlihatkan rekomendasi praktek manajemen keuangan berdasarkan
pernyataan setuju atau tidak setuju. Financial attitude lebih mengarahkan
kepada sebuah keyakinan dan kepercayaan yang behubungan dengan
bermacam konsep dasar keuangan individu seperti apakah pentingnya dalam
melakukan penyimpanan uang atau menabung (Parotta & Jhonson, 1998)
Financial attitude menjadi prediktor yang signifikan bagi keberhasilan
maupun kegagalan dalam mengelola keuangan agar yakin dalam melakukan
pembuatan keputusan keuangan yang tepat. Membentuk financial attitude
yang baik akan memudahkan dalam melakukan pengelolaan keuangan dan
apabila tidak, akan berdampak pada perilaku keuangan yang buruk yang dapat
menyebabkan berbagai persoalan yang tidak dinginkan terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan financial attitude menjadi salah satu penentu yang membuat
seseorang berbeda dengan yang lainnya karena pengaruh dari perilaku
keuangan seseorang (Sina, 2013).
Individu yang memiliki financial attitude dapat menentukan bagaimana
sikap dan perilaku mengenai hal yang berhubungan dengan keuangan seperti
pengelolaan, penganggaran maupun keputusan yang akan diambil. Hal ini
dikarenakan adanya tujuan yang dicapai dalam merencanakan keuangan baik
dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Selain itu individu juga
memiliki attitude yang berbeda dalam melakukan pengelolaan keuangan
karena individu berada dalam kondisi keuangan dan target keuangan yang
berbeda satu dengan yang lainnya (Yulianti, 2013).
Ada empat dimensi indikator dari financial attitude Money Attitude Scale
(MAS) yaitu :
a. Power-prestige
Faktor ini menggunakan uang sebagai alat untuk mempengaruhi
maupun memberikan kesan kepada orang lain dan juga merupakan
simbol kesuksesan. Bagi sebagian orang, uang berarti kekuatan
digunakan untuk membeli status, kekuasaan dll.
b. Distrus
Pada faktor ini disebut juga dengan price sensitivity. Karena bagi
sebagian orang memiliki sikap yang sensitif terhadap harga yang
dibayarkan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Sehingga
adanya kemungkinan setiap orang memiliki kemampuan untuk
melakukan keputusan pembelian yang baik dan lebih efisien
c. Anxiety
Faktor ini melihat uang sebagai sesuatu sumber yang mendatangkan
kecemasan. Dengan adanya tingkat kekhawatiran maupun kecemasan
yang tinggi dalam menggunakan uang akan berakibat pada
berkurangnya intensitas dorongan untuk melakukan pembelian
terhadap barang ataupun jasa
d. Retention-time
Faktor yang berkaitan dengan waktu penyimpanan untuk masa depan.
Hal ini dapat berarti dibutuhkan perencanaan dalam menggunakan
maupun membelanjakan uang yang bermanfaat pada masa depan

Aspek dalam Financial knowledge (skripsi dan tesis)


Menurut (Lusardi, 2010) literasi keuangan mencakup 5 (lima) konsep
keuangan, yaitu :
1) Pengetahuan Dasar Mengenai Keuangan Pribadi (Basic Personal
Finance) Konsep ini mencakup berbagai pemahaman seseorang
terhadap suatu system keuangan (perhitungan tingkat bunga
sederhana, bunga majemuk, tingkat inflasi, nilai waktu uang, modal
kerja dan lain-lain).
2) Pengetahuan Mengenai Manajemen Uang (Money Management).
Konsep ini mencakup bagaimana setiap individu dapat mengelola
dan menganalisis keuangan pribadi mereka. Pemahaman literasi
keuangan yang baik memberikan praktek keuangan yang baik pula
pada pengelolaan keuangan setiap individu. Dalam hal ini, setiap
individu juga diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan
membuat prioritas penggunaan dana yang tepat sasasaran agar bisa
membuat keputusan yang tepat dan bisa mengatur dan mengelola
keuangan dengan baik.
3) Pengetahuan mengenai Kredit dan Utang (Credit and Debt
Management) Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan, kredit ialah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan
manajemen utang merupakan konsep proses pembayaran utang yang
melibatkan pihak ketika untuk membantu peminjam utang. Konsep
ini mencakup bagaimana setiap individu dapat memanfaatkan kredit
dan utang saat mengalami kekurangan dana. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan setiap individu yang mengakibatkan
ketidakseimbangan terhadap pengeluaran dan pendapatan, maka
setiap individu dapat menggunakan kredit dan utang sebagai solusi
masalah tersebut.
4) Pengetahuan Mengenai Tabungan dan Investasi (Saving and
Investment) Tabungan merupakan bagian dari pendapatan
masyarakat yang tidak di pergunakan untuk kegiatan konsumsi,
sedangkan investasi merupakan bagian dari tabungan yang
dipergunakan untuk kegiatan ekonomi yang menguntungkan dalam
menghasilkan produk berupa barang dan jasa.
5) Pengetahuan Mengenai Resiko (Risk Management) Secara umum
resiko yang dihadapi oleh setiap individu antara lain:
a. Risiko akibat kematian, kecelakaan ataupun penyakit
(Risiko Personal).
b. Tanggungjawab terhadap kerugian ekonomi orang lain
akibat kelalaian kita (Risiko Kewajiban).
c. Risiko atas rusak atau kehilangan asset yang dimiliki (Risiko
Aset).
Cara menangani risiko akan berpengaruh terhadap keamanan financial
dimasa yang akan datang. Salah satu cara tepat yang yang dapat
menanggulangi risiko tersebut yaitu dengan mengasuransikan asset dan hal-hal
beresiko. Financial knowledge sangat diperlukan dalam memilih asuransi asset
sebagai pengelola risiko tersebut dan menghindari risiko tambahan yang
mungkin akan terjadi 

Financial Knowledge (skripsi dan tesis)


Financial knowledge adalah penguasaan seseorang atas berbagai hal tentang
dunia keuangan (Kholilah & Iramani, 2013). Secara umum, kurangnya
financial knowledge seseorang disebabkan oleh pendidikan. Dengan asumsi
bahwa pendidikan dapat meningkatkan financial knowledge yang akan
menghasilkan pengambilan keputusan keuangan yang lebih efektif (Robb &
Woodyard, 2011). Financial knowledge dapat diperoleh dari pendidikan formal
dan sumber-sumber informal. Pendidikan formal ini seperti program sekolah
tinggi atau kuliah, seminar, dan kelas pelatihan di luar sekolah. Sedangkan
sumber-sumber informal dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti dari
orang tua, teman, dan rekan kerja, maupun yang berasal dari pengalaman
sendiri. 

Fungsi Minat (skripsi dan tesis)


Fungsi minat tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan fungsi dari
motivasi. Persamaan diantara kedua fungsi tersebut yaitu adanya keinginan,
hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk
melaksanakan sesuatu dan juga memberi tujuan dan arah kepada tingkah
laku sehari–hari (W. A. Gerungan, 2012:141)

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat (skripsi dan tesis)


(Fatmasari, 2011) menerangkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi
timbulnya minat, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Dorongan dari dalam diri individu yang bersangkutan (misal: bobot,
umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian).
2) Dorongan dari pihak luar (misalnya: lingkungan, sekolah dan
masyarakat).

Theory of Planned Behavior/ Theory of Reasoned Action (skripsi dan tesis)


Teori yang dapat menjelaskan hubungan antara sikap dengan perilaku
seseorang adalah Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Theory of Reasoned
Action (TRA) dapat diaplikasikan ke dalam perilaku konsumen. Misalnya
pada perilaku membeli dipengaruhi oleh niat (intention), sikap terhadap
perilaku (attitude towards behavior) dan norma-norma subjektif (subjective
norm) (Dharmmesta, 2010). Teori ini menjelaskan bahwa sikap akan
mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan, dan berdampak pada tiga hal yaitu: (1) perilaku bukan
hanya dipengaruhi oleh sikap secara umum tetapi juga dengan oleh sikap
yang lebih spesifik terhadap suatu obyek, (2) perilaku tidak hanya
dipengaruhi oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subyektif yaitu
keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar melakukan sesuatu,
dan (3) sikap terhadap perilaku bersama dengan norma subyektif
membentuk niat untuk berperilaku.
(Thimotius, 2016) mengemukakan di dalam Theory of Planned
Behavior, bahwasanya manusia cenderung bertindak sesuai dengan intensi
dan persepsi pengendalian melalui perilaku tertentu, dimana intensi
dipengaruhi oleh tingkah laku, normai subjektif serta pengendalian perilaku.
Dari ketiga hal yang menentukan intensi tersebut, tingkah laku merupakan
poin utama yang mampu memprediksi sebuah perilaku. Pada Theory of
Planned Behavior ini juga dijelaskan bahwa niat berperilaku (behavioral
intention) tidak hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku (attitude
towards behavior) dan norma subyektif (subjective norm), tetapi juga
dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral
control). Kontrol keperilakuan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan
perkiraan seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku
tertentu (Azwar, 2009). Karenanya niat berperilaku dapat menunjukkan
perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang. Hal ini dapat menjelaskan
apabila seorang yang memiliki minat berinvestasi maka dia cenderung akan
melakukan tindakan-tindakan untuk dapat mencapai keinginannya
berinvestasi. Misalkan dengan mengikuti pelatihan dan seminar tentang
investasi, menerima dengan baik penawaran investasi, dan pada akhirnya
melakukan investasi (Kusmawati, 2011).

Minat Berinvestasi (skripsi dan tesis)


Minat pada dasarnya adalah sebab akibat dari pengalaman (Khairani, 2017).
Menurut (Syahyunan, 2015) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi minat adalah factor inner urge yaitu bahwa rangsangan yang
datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas yang dilakukan
khususnya bagi seseorang yang sedang melakukan aktivitas pembelajaran
terkait investasi atau sedang menempuh pendidikan di fakultas ekonomi yang
erat kaitannya dengan investasi, maka dari pembelajaran yang dilakukan, akan
dapat menambah pengetahuannya mengenai suatu investasi. Dengan
pengetahuan yang didapat dari aktivitas pembelajaran mengenai manajemen
keuangan dan investasi, mengikuti seminar-seminar tentang investasi,
kemudahan memperoleh informasi perkembangan investasi yang diperoleh
melalui internet, maka akan dapat merangsang timbulnya minat seseorang
untuk melakukan investasi

Indikator Lingkungan Keluarga (skripsi dan tesis)


Slameto (2010: 60) mengungkapkan terdapat beberapa indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur variabel lingkungan keluarga, diantaranya
adalah cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, perhatian dari orang tua, dan latar belakang
kebudayaan.
a) Cara orang tua mendidik.
Menurut Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto (2010: 61), “Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan paling utama”. Metode yang
diterapkan oleh orang tua dalam mendidik akan membentuk karakter dalam
diri seorang anak. Bimbingan belajar dan pembentukan karakter sangat
dibutuhkan oleh seorang anak agar terciptanya hasil didikan yang baik.
b) Relasi antara anggota keluarga.
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak
dengan orang tua, setelah itu tercipta juga relasi yang baik antara anak dengan
saudaranya yang lain. Relasi antara anggota keluarga ini erat kaitannya
dengan bagaimana cara orang tua mendidik. Hal ini akan berpengaruh
terhadap perkembangan karakter dan sikap seorang anak.
c) Suasana rumah.
Suasana rumah merupakan suatu kejadian yang sering terjadi dan dialami
oleh seorang anak di dalam lingkungan keluarganya. Suasana rumah akan
memperngaruhi hasil belajar seorang anak, karena rumah tersebut dijadikan
sebagai tempat untuk seorang anak belajar. Maka dari itu, di dalam rumah ini
harus menciptakan suasana rumah yang aman, tentram, dan damai, sehingga
akan memberikan dampak positif pula terhadap proses dan hasil belajar anak.
d) Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
pokok seorang anak, kebutuhan pokok itu diantaranya kebutuhan akan sarana
dan prasarana pendidikannya, kebutuhan kesehatannya, dan yang lainnya.
Tentunya hal ini akan mempengaruhi perkembangan belajar anak.
e) Perhatian dari orang tua.
Demi tercapainya keberhasilan proses belajar, seorang anak membutuhkan
dorongan, pengertian, dan perhatian dari orang tua. Dengan adanya perhatian
dari orang tua, seorang anak akan merasakan hal positif dan terpacu untuk
berprestasi dalam bidang yang diminatinya.
f) Latar belakang kebudayaan.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar dan menentukan sesuatu. Perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk
belajar.

Pengertian Lingkungan Keluarga (skripsi dan tesis)


Lingkungan merupakan sebuah tempat tinggal dimana seseorang akan
mendapatkan pengalaman selama hidup di lingkungan yang ditempati. Suatu
lingkungan akan menjadi rumah bagi setiap orang, dan ia akan mampu mengenal
satu sama lain serta dipaksa untuk mampu hidup bersosialisasi. Lingkungan
keluarga merupakan ruang lingkup terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Keluarga akan menjadi kelompok sosial pertama yang menjadi
pusat identifikasi anak, serta tempat anak membentuk karakter dan membuat
keputusan dalam menentukan suatu tindakan.
Menurut Slameto dalam Henawati Prilovia dan Iskandar (2018: 58)
menyatakan bahwa “Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari lingkungan
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, dan keadaan ekonomi keluarga”. Dalam lingkungan keluarga, seseorang
akan mendapatkan pengalaman pertama dalam kehidupannya. Menurut Agus
Wibowo dalam Henawati Prilovia dan Iskandar (2018: 58), menyatakan
“Pendidikan kewirausahaan memang sangat efektif jika ditanamkan kepada anak
sejak dalam lingkungan keluarga”. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf dalam Putu
Eka Desy Yanti, I Made Nuridja, dan I Ketut Dunia (2014: 3), menyatakan
bahwa:
“Dalam keluarga akan terjadi interaksi sosial dimana seorang anak pertama-tama
belajar memerhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja bersama,
saling membantu, disini anak belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial
yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam
pergaulannya dengan orang lain”.
Berdasarkan beberapa pengertian lingkungan keluarga di atas, maka dapat
disimpulkan lingkungan keluarga merupakan sebuah tempat yang di dalamnya
terdapat beberapa pihak yang berperan penting dan dapat memberikan pengaruh
bagi pembentukan karakter seseorang, pengenalan kepribadian dan menggali
potensi yang ada pada diri seseorang tersebut serta pembentukan karakter dan
pengenalan diri seseorang akan dipengaruhi besar oleh kondisi sosial orang tua
dan keluarga.

Indikator Pendidikan Kewirausahaan (skripsi dan tesis)


Menurut Bukirom et al. dan Fatoki dalam I Kade Aris Fitriawan Dusak
dan Ida Bagus Sudiksa (2016: 5197), indikator pendidikan kewirausahaan adalah sebagai berikut.
a) Metode yang digunakan dalam pendidikan kewirausahaan, dengan
menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan siswa, maka
siswa akan dengan mudah memahami apa yang akan disampaikan oleh
gurunya.
b) Materi kewirausahaan yang diberikan dalam pendidikan kewirausahaan.
c) Tujuan dari pengajaran pendidikan kewirausahaan dalam menumbuhkan niat
berwirausaha.
Ungkapan lain tentang indikator pendidikan kewirausahaan diungkapkan
dalam jurnal Andhika Wahyudiono (2016: 83) yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan pendidikan.
b) Sarana dan prasarana.
c) Materi pengajaran.
d) Metode pengajaran.
Dalam penelitian ini akan menggunakan 2 (dua) pendapat tentang
indikator yang digunakan untuk mengukur variabel pendidikan kewirausahaan,
yaitu menurut Bukirom et al dan Fatoki dalam I Kade Fitriawan Dusak (2016:
5197) dan indikator yang dinyatakan dalam jurnal Andhika Wahyudiono (2016:
83) yaitu diantaranya metode yang digunakan dalam pendidikan kewirausahaan,
materi kewirausahaan dalam pendidikan kewirausahaan, tujuan dari pengajaran
pendidikan kewirausahaan, dan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
proses pendidikan kewirausahaan. 

Pengertian Pendidikan Kewirausahaan (skripsi dan tesis)

Pendidikan pada dasarnya adalah sebagai pondasi dan petunjuk bagi seseorang dalam bertindak atau melakukan sesuatu dan sebagai dasar memiliki tujuan untuk mengembangkan segala hal yang dimiliki oleh seseorang yang telah dibawa sejak lahir. Seperti pernyataan Ki Hajar Dewantara dalam buku pendidikan lingkungan sosial budaya (2015: 19), bahwa “Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka 18 sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. Adapula menurut Langgulung dalam buku pendidikan lingkungan sosial budaya (2015: 19), “Pendidikan adalah proses pemindahan nilai pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya dan proses pemindahan nilai-nilai budaya atau pengajaran”. Pendidikan kewirausahaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada diri seseorang dan sangat memiliki peranan penting. Pendidikan kewirausahaan ini dilaksanakan melalui proses pembelajaran berupa penyampaian teori dan pelaksanaan praktik. Dalam teori tentang pendidikan yang dikemukakan oleh Buchari Alma dalam Sifa Farida dan Ahmad Nurkhin (2016: 277), menurutnya keberanian membentuk wirausaha didorong oleh lembaga pendidikan atau sekolah, sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang praktis dan menarik dapat menumbuhkan minat mahasiswa untuk berwirausaha. Sedangkan menurut Thomas W, Zimmerer dalam buku kewirausahaan (2010: 1), “Kewirausahaan merupakan hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar”. Menurut Peter F Drucker dalam buku kewirausahaan (2010: 11), “Kewirausahaan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda”. Menurut Isrososiawan dalam Anik Kusmintarti, Andi Asdani, dan Nur Indah Riwajanti (2017: 46), menyatakan bahwa “Pendidikan kewirausahaan adalah aktivitas-aktivitas pengajaran dan pembelajaran tentang kewirausahaan yang meliputi pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakter  pribadi sesuai dengan umur dan perkembangan siswa”. Adapun menurut Chimuceka dalam I Kade Aris Friatnawan Dusak dan Ida Bagus Sudiksa (2016: 5190) “Pendidikan kewirausahaan sebagai intervensi tujuan oleh instruktur dalam kehidupan seorang pelajar, dengan memberikan pengetahuan kewirausahaan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik untuk bertahan hidup di dunia bisnis”. Selain itu dalam jurnal Retno Budi Lestari dan Trisnandi Wijaya (2012: 113) mengungkapkan bahwa “Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir”. Dari beberapa pengertian tentang pendidikan kewirausahaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah segala aktifitas yang dilakukan secara sadar berupa pembelajaran kewirausahaan baik dalam bentuk teori maupun praktik yang dilaksanakan oleh peserta didik dengan tujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang dimilikinya serta menambah wawasan peserta didik tentang kewirausahaan untuk mampu bertahan dalam persaingan di dunia bisnis dan membentuk pola pikir atau mindset dalam berfikir bahwa berwirausaha itu ada sebagai pilihan karir. 

Faktor yang Memengaruhi Minat Berwirausaha (skripsi dan tesis)


Minat berwirausaha pada diri seseorang tidak dibawa sejak ia lahir, akan
tetapi harus ditumbuhkan melalui beberapa faktor yang memiliki pengaruh
terhadap timbulnya minat berwirausaha tersebut. Sebelum seseorang menjadi
wirausaha, yang dibutuhkan adalah memiliki minat dalam berwirausaha yang
tertanam dalam dirinya tanpa paksaan dari pihak manapun. Banyak faktor yang
memengaruhi timbulnya minat berwirausaha, faktor-faktor tersebut tergolong
kedalam 2 (dua) kategori yiatu ada faktor instrinsik dan ada faktor ekstrinsik.
Menurut Edy Dwi Kurniati dalam Ni Luh Wahyuni Widya Putri (2017:
5), faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu pertama faktor instrinsik, adalah
faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam individu itu
sendiri seperti pendapatan, harga diri, perasaan senang. Kedua faktor ekstrinsik
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena rangsangan dari luar,
seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang, dan pendidikan.
Dalam jurnal Fatrika Fahmi, dkk (2012: 7), menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi minat berwirausaha meliputi karakteristik (jenis
kelamin dan usia), lingkungan (lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat), kepribadian (ekstraversi, kesepahaman/ agreebleeness,
berani mengambil resiko, kebutuhan berprestasi dan independen, evaluasi diri
serta overconfidance/ kepercayaan diri yang lebih) dan motif berwirausaha
(bekerja dan penyaluran ide kreatif).
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, peneliti ingin mengetahui
faktor manakah yang memberikan pengaruh terhadap minat berwirausaha dan
faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor pendidikan dan
lingkungan keluarga.  

Indikator Minat Berwirausaha (skripsi dan tesis)

Ada beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur variabel minat berwirausaha, diantaranya adalah menurut Muniarti dalam Mega Pratitis Nur Aini, Sigit Santosa, dan Nurhasan Hamidi (2017: 6), indikator tersebut antara lain. a) Merasa tertarik untuk berwirausaha. Kegiatan berwirausaha ini akan memiliki daya tarik sendiri bagi setiap orang. Bila seseorang melakukan sesuatu hal sesuai dengan hati nurani maka akan semakin tertarik pula seseorang tersebut kepada sesuatu hal, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. b) Berkeinginan untuk berwirausaha. Keinginan ini akan muncul dengan sendirinya tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Akan tetapi hal yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk berwirausaha akan timbul dari faktor ekstrinsik ataupun faktor intrinsik.  c) Memiliki keyakinan untuk berwirausaha. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan menjadi kunci sukses bagi dirinya dalam menjalankan suatu usaha. Karena keyakinan tersebut akan menjadi sugesti, apabila keyakinan tersebut menjurus ke arah yang negatif maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitupun sebaliknya. Dalam mengukur variabel minat berwirausaha, dalam penelitian ini akan menggunakan ketiga indikator di atas, yaitu merasa tertarik untuk berwirausaha, berkeinginan untuk berwirausaha, dan memiliki keyakinan untuk berwirausaha. 

Pengertian Minat Berwirausaha (skripsi dan tesis)

 
Minat berwirausaha adalah sebuah dorongan dari dalam diri manusia
untuk melakukan atau menyukai sesuatu tanpa sebuah paksaan. Minat dapat
diperlihatkan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih
menyukai sesuatu hal dibandingkan hal lainnya.
Menurut Sardiman dalam Retno Kadarsih, Susilaningsih, dan Sri
Sumaryati (2013: 96), “Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri”.
Adapun menurut Santoso dalam Isky Fadli Fu’adi, Budarso Eko, dan
Murdani (2009: 92 - 93) menyatakan bahwa “Minat berwirausaha adalah gejala
psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu
dengan perasaan senang, karena membawa manfaat bagi dirinya maupun orang
lain”. Dan adapula menurut Isky Fadli Fu’adi, dkk (2009: 93), yang dimaksud
dengan minat berwirausaha adalah.
“Keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu melalui ide-ide yang dimiliki
untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya, tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, dapat menerima
tantangan, percaya diri, kreatif dan inovatif serta mempunyai kemampuan dan
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan”.
Pengertian lain dikemukakan oleh Suryana dalam Ni Luh Wahyuni Widya
Putri (2017: 5), “Minat berwirausaha adalah pilihan aktivis seseorang karena
merasa tertarik, senang dan berkeinginan untuk berwirausaha serta mengambil
resiko untuk meraih kesuksesan”.
Dari beberapa pengertian tentang minat berwirausaha di atas, dapat
disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah sebuah perasaan yang timbul dari
dalam diri seseorang berupa keinginan, ketertarikan, dan kesediaan terhadap
sesuatu hal yang disadari tanpa adanya paksaan dan berpikir bahwa sesuatu
tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya dan pihak lain, serta mampu bersedia
mengambil resiko dari apa yang ia putuskan. 

Teori Minat Berwirausaha (skripsi dan tesis)


Teori yang mendasari penelitian ini yaitu teori yang dikemukakan oleh
Ajzen dan Fishbein. Menurut Ajzen dan Fishbein dalam Josia Sanchaya
Hendrawan dan Hani Sirine (2017: 296) memperkenalkan Theory of Planned
Behavior yang merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action. Secara
umum teori ini menjelaskan tentang tindakan seseorang. Dalam teori ini terdapat 3
(tiga) konsep, diantaranya adalah:
1) Attitude toward the behavior, artinya sikap terhadap perilaku mengacu pada
tingkat dimana seseorang membentuk evaluasi positif atau negatif terhadap
perilaku.
2) Subjective norm, artinya mengacu pada tekanan sosial yang disarankan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut.
3) Perceived behavioral control, artinya untuk mengontrol perilaku yang
dirasakan mengacu pada persepsi orang tentang kemampuan mereka dalam
melakukan perilaku tertentu. Penelitian ini erat kaitannya dengan tiga konsep
yang terdapat dalam theory of planned behavior.
Dalam konsep attitude toward the behavior dan subjective norm
berhubungan dengan variabel independen atau variabel bebas, sedangkan konsep
perceived behavioral control berhubungan dengan variabel dependen atau
variabel terikat. Teori ini pun mengungkapkan bahwa keputusan berwirausaha
dipengaruhi oleh faktor pembelajaran dan lingkungan keluarga. Faktor
pembelajaran dalam penelitian ini didapat oleh siswa melalui pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan, baik pelaksanaan pendidikan kewirausahaan yang
dilaksanakan didalam kelas ataupun diluar kelas.
Menurut Suryana dalam Dini Agusmiati (2018: 887), “Seorang wirausaha
tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
kemauan. Faktor lingkungan keluarga pun akan memberikan pengaruh besar bagi
siswa dalam menentukan dan membuat keputusan terkait berwirausaha”.
Theory of Planned Behavior (TPB) memang sering digunakan sebagai
teori dalam penelitian mengenai minat berwirausaha untuk menjelaskan hubungan
antara pengaruh faktor-faktor personal dengan minat kewirausahaan. Menurut
Raguz dan Matic dalam Josia Sanchaya Hendrawan dan Hani Sirine (2017: 296),
teori ini dianggap sebagai model yang lebih baik dan lebih kompleks dalam
menjelaskan dan memprediksi minat kewirausahaan atau memulai bisnis.
Dalam menumbuhkan minat berwirausaha pula perlu adanya dukungan
motivasi berwirausaha. Menurut Buchari Alma dalam buku kewirausahaan (2013:
89), “Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu”. Motivasi sebagai salah
satu hal yang mendukung seseorang dan menumbuhkan keberanian dalam
memiliki minat berwirausaha. Motivasi ini bisa timbul dari 2 (dua) faktor, yaitu
faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dimiliki seseorang. Menurut pendapat Syah
dalam Moh. Luqman Shobrony dan Sri Hartati (2015: 201), motivasi intrinsik ini
dapat berupa dorongan keluarga, kecerdasan, kepribadian, sikap, dan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsik dapat berupa pengaruh dari teman, kerabat, atau
saudara yang sudah sukses dalam berwirausaha.
Dalam jurnal Wisnu Septian Ginanjar Prihantoro dan Syamsu Hadi (2016:
710), mengungkapkan bahwa “Motivasi berwirausaha adalah sebagai tenaga
dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan berwirausaha”.
Motivasi itu sebagai penggerak seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
Dalam buku kewirausahaan (2011: 17) secara umum motivasi seseorang
untuk menjadi wirausaha antara lain.
a. Laba: dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang
diterima, dan berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau
pegawainya.
b. Kebebasan: bebas mengatur waktu, bebas dari supervisi, bebas aturan main
yang menekan atau intervensi orang lain, bebas dari aturan budaya organisasi
atau perusahaan.
c. Impian personal: bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas dari
rutinitas kerja yang membosankan karena harus mengikuti visi, misi, dan
impian orang lain. Dapat menentukan nasib/ visi, misi, dan impiannya sendiri.
d. Kemandirian: memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal,
seperti permodalan, mandiri dalam pengelolaan/ manajemen, mandiri dalam
pengawasan, serta menjadi manajer terhadap dirinya sendiri.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berwirausaha
seseorang dapat memiliki motivasi untuk mendapatkan laba, kebebasan, impian
yang dapat diwujudkan, serta kemandirian yang mana ia tidak akan bergantung
kepada orang lain. Dengan memiliki motivasi berwirausaha, akan membantu
menumbuhkan minat agar lebih mantap untuk menjalankan suatu usaha, sehingga
ia mampu menjadi seseorang yang independen atau mampu berdiri sendiri. 

Aspek Perceived Behavioral Control  (skripsi dan tesis)


Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai
kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 2005).
Perceived behavioral control ditentukan oleh kombinasi antara control belief dan
perceived power control. Control belief merupakan belief individu mengenai
faktor pendukung atau penghambat untuk memunculkan sebuah perilaku.
Perceived power control adalah kekuatan perasaan individu akan setiap faktor
pendukung atau penghambat tersebut.
Behavioral belief dianggap menentukan sikap, normative belief dipandang
sebagai menentukan norma subjektif dan control belief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang ada akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut
memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku.
Namun sebaliknya, seseorang akan memiliki control belief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku.

Pengertian Perceived Behavioral Control (skripsi dan tesis)

“Perceived behavioral control refers to people’s perception of their ability to perform a given behavior” (Ajzen, 2015). Kontrol tingkah laku yang dirasakan merujuk pada persepsi seseorag mengenai kemampuannya untuk menampilkan perilaku tertentu. Ajzen (2005) menjelaskan perceived behavioral control sebagai fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut sebagai control beliefs, yaitu belief individu mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung atau menghalangi individu untuk memunculkan sebuah perilaku. Belief ini didasarkan pada pengalaman terdahulu individu tentang suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku yang diperoleh dengan melakukan observasi pada pengetahuan yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu, dan juga oleh berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan suatu perilaku. Semakin banyak sumber yang dibutuhkan dan kesempatan yang dianggap telah ia miliki dan lebih sedikit pengahalang atau penghambat yang mereka rasakan, semakin besar kontrol yang mereka persepsi atas perilaku. Semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih besar kontrol yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan faktor pendukung dan banyak faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan cenderung mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). 

Aspek Subjective Norm (skripsi dan tesis)

Norma Subjektif diartikan sebagai dukungan orang-orang terdekat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005). Norma subjektif ditentukan oleh dua aspek yaitu normative belief (keyakinan normatif), normative belief adalah keyakinan seseorang mengenai setuju atau tidak setuju yang berasal dari referent. Referent merupakan orang atau kelompok sosial yang sangat berpengaruh bagi seseorang baik itu orang tua, pasangan (istrri atau suami), teman dekat, rekan kerja dan lain-lain tergantung pada tingkah laku yang dimaksud. Keyakinan normatif (normative belief) berasal dari keyakinan seseorang mengenai orang-orang terdekatnya (significant others) yang mendukung atau menolak pada tampilan perilaku tersebut. Keyakinan normatif didapat dari significant others tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari seseorang yang berhubungan langsung dengan perilaku tersebut. Dan aspek kedua yaitu motivation to comply (keinginan untuk mengikuti), motivation to comply adalah motivasi individu untuk menampilkan atau mematuhi perilaku yang diharapkan significant others. Individu yang percaya bahwa significant others menyetujui suatu perilaku, maka ini akan menjadi tekanan sosial bagi individu untuk melakukan perilaku tersebut dan begitu sebaliknya

Pengertian Subjective Norm (skripsi dan tesis)

“Subjective norm is the perceived social pressure to engage or not to engage in a behavioral” (Ajzen, 2015). Norma subjektif adalah tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang berasal dari lingkungan sosialnya tentang harus atau tidak harus menampilkan suatu perilaku. Ajzen (2005) mengatakan norma subjektif merupakan fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut normative belief, yaitu belief mengenai kesetujuan dan atau ketidaksetujuan yang berasal dari referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi individu (significant others) seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja atau lainnya terhadap suatu perilaku. Norma subjektif didefinisikan sebagai persepsi individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005). Norma subjektif ditentukan oleh kombinasi antara normative belief individu dan motivation to comply. Biasanya semakin individu mempersepsikan bahwa social referent yang mereka miliki mendukung mereka untuk melakukan suatu perilaku maka individu tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk memunculkan perilaku tersebut. Dan sebaliknya semakin individu mempersepsikan bahwa social referent yang mereka miliki tidak menyetujui suatu perilaku maka individu cenderung merasakan tekanan sosial untuk tidak melakukan perilaku tersebut. Ketika seseorang ingin menampilkan perilaku, maka ia akan menyesuaikan perilaku tersebut dengan norma kelompoknya sehingga kecenderungan untuk menampilkan perilaku akan semakin besar jika kelompok bisa menerima perilaku tersebut. Kelompok ini bisa saja berupa orangtua, saudara, teman dekat, dan orang yang berkaitan dengan perilaku tersebut.