Sabtu, 04 September 2021

Financial Attitude (skripsi dan tesis)


Sikap merupakan penggambaran kepribadian diri baik secara fisik maupun
pikiran terhadap keadaan atau objek tertentu (Yulianti, 2013). Sedangkan
attitude merupakan sikap terhadap objek, individu maupun peristiwa baik itu
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan (Budiono, 2012).
Financial attitude menurut (Parrotta & Jhonson, 1998) yaitu memandang uang
sebagai power/freedom, reward for efforts atau evil. Dengan kata lain sikap
terhadap uang seseorang adalah bagaimana seseorang memiliki pandangan
mengenai uang yakni uang sebagai sumber kekuatan dan kebebasan, prestasi,
ataupun sumber kejahatan. Oleh sebab itu Financial attitude sangat berperan
penting dalam menentukan Financial management behavior seseorang.
Financial attitude dapat membentuk cara orang untuk menghabiskan,
menyimpan, menimbun, dan membuang uang Ada tiga komponen utama dari
attitude yaitu :
a. Kognitif
Kognitif merupakan suatu opini atau keyakinan dari sikap yang
menentukan tingkatan untuk sesuatu atau bagian yang lebih penting
dari sikap.
b. Afektif
Afektif (perasaan) adalah emosional yang berada dalam diri setiap
individu. Perasaan juga diartikan sebagai pernyataan dari sikap yang
diambil
c. Perilaku
Perilaku atau tindakan adalah cerminan dari bagaimana individu
berperilakudalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang. Setiap
individu yang selalu menerapkan financial attitude di dalam
kehidupannya akan mempermudah individu tersebut dalam
menentukan sikap dan berperilaku dalam hal keuangan, seperti
mengelola keuangan, menyusun anggaran pribadi dan membuat
keputusan berinvestasi yang tepat.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan, attitude juga diperlukan agar
memiliki keuntungan untuk masa depan baik dalam modal berinvestasi
maupun untuk tabungan masa depan. Financial attitude merupakan
pertimbangan secara psikologi terhadap kecenderungan dalam
memperlihatkan rekomendasi praktek manajemen keuangan berdasarkan
pernyataan setuju atau tidak setuju. Financial attitude lebih mengarahkan
kepada sebuah keyakinan dan kepercayaan yang behubungan dengan
bermacam konsep dasar keuangan individu seperti apakah pentingnya dalam
melakukan penyimpanan uang atau menabung (Parotta & Jhonson, 1998)
Financial attitude menjadi prediktor yang signifikan bagi keberhasilan
maupun kegagalan dalam mengelola keuangan agar yakin dalam melakukan
pembuatan keputusan keuangan yang tepat. Membentuk financial attitude
yang baik akan memudahkan dalam melakukan pengelolaan keuangan dan
apabila tidak, akan berdampak pada perilaku keuangan yang buruk yang dapat
menyebabkan berbagai persoalan yang tidak dinginkan terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan financial attitude menjadi salah satu penentu yang membuat
seseorang berbeda dengan yang lainnya karena pengaruh dari perilaku
keuangan seseorang (Sina, 2013).
Individu yang memiliki financial attitude dapat menentukan bagaimana
sikap dan perilaku mengenai hal yang berhubungan dengan keuangan seperti
pengelolaan, penganggaran maupun keputusan yang akan diambil. Hal ini
dikarenakan adanya tujuan yang dicapai dalam merencanakan keuangan baik
dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Selain itu individu juga
memiliki attitude yang berbeda dalam melakukan pengelolaan keuangan
karena individu berada dalam kondisi keuangan dan target keuangan yang
berbeda satu dengan yang lainnya (Yulianti, 2013).
Ada empat dimensi indikator dari financial attitude Money Attitude Scale
(MAS) yaitu :
a. Power-prestige
Faktor ini menggunakan uang sebagai alat untuk mempengaruhi
maupun memberikan kesan kepada orang lain dan juga merupakan
simbol kesuksesan. Bagi sebagian orang, uang berarti kekuatan
digunakan untuk membeli status, kekuasaan dll.
b. Distrus
Pada faktor ini disebut juga dengan price sensitivity. Karena bagi
sebagian orang memiliki sikap yang sensitif terhadap harga yang
dibayarkan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Sehingga
adanya kemungkinan setiap orang memiliki kemampuan untuk
melakukan keputusan pembelian yang baik dan lebih efisien
c. Anxiety
Faktor ini melihat uang sebagai sesuatu sumber yang mendatangkan
kecemasan. Dengan adanya tingkat kekhawatiran maupun kecemasan
yang tinggi dalam menggunakan uang akan berakibat pada
berkurangnya intensitas dorongan untuk melakukan pembelian
terhadap barang ataupun jasa
d. Retention-time
Faktor yang berkaitan dengan waktu penyimpanan untuk masa depan.
Hal ini dapat berarti dibutuhkan perencanaan dalam menggunakan
maupun membelanjakan uang yang bermanfaat pada masa depan

Tidak ada komentar: