Air merupakan
kebutuhan manusia yang sangat penting. Yang disebut secara umum dengan pengadaan
air bersih adalah meliputi penyediaan sumber-sumbernya, pengolahan air menurut
prinsip sanitasi, penyaluran kepada konsumen, maupun pengawasan kualitas
airnya. Dengan pengertian pengadaan air bersih adalah air bersih untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi keluarga (air minum), rumah tangga maupun umum (Slamet
Ryadi, 1986: 42).
Ditinjau dari sudut
ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150
– 200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung
pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Budiman Chandra, 2007: 39).
Masalah pengawasan kualitas air dapat dimonitor melalui prosedur
pemeriksaan secara berkala baik dari segi biologis, khemis, maupun fisis.
1.
Syarat-syarat Air Bersih
Agar manusia tidak menerima akibat
buruk dari penggunaan air, maka harus mengenal syarat-syarat air yang dapat
digolongkan sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Notoatmodjo (1996: 153) pada dasarnya air dikatakan air bersih,
apabila telah memenuhi 3 persyaratan:
a. Syarat fisik, artinya air tersebut bening (tidak berwarna), tidak berasa,
suhu di bawah suhu udara di luarnya.
b. Syarat bakteriologis, harus terbebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Setelah melalui pemeriksaan, maka
sekurang-kurangnya dalam 90% dari jumlah contoh air yang dikumpulkan tidak
terdapat bakteri golongan coli.
c. Syarat kimia, air harus
mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau
kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis
pada manusia.
2.
Parameter Kualitas Air
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan
segala makhluk yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Tidak mengandung zat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh,
tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air
itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan
distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
serta meluasnya penyakit bawaan air (Juli Soemirat, 1994: 110).
Menurut Juli Soemirat, (1994: 111-117), parameter pengukuran kualitas air selalu dibagi kedalam beberapa bagian
sebagai berikut:
a.
Parameter Fisis
1)
Bau
Bau pada air
dapat memberikan petunjuk akan kualitas air. Bau air bergantung dari sumbernya,
dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan
hewan air yang hidup maupun yang sudah mati.
2)
Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam, sedangkan organik dapat berasal dari lapukan tanaman
atau hewan. Bakteri juga merupakan zat organik tersuspensi sehingga pertambahannya
akan menambah kekeruhan air.
3)
Rasa
Air minum
biasanya tidak memberi rasa / tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
4)
Temperatur
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak
panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran
atau pipa, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran, mikroorganisme
tidak berkembangbiak dan apabila diminum dapat menghilangkan dahaga.
5)
Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna
untuk alas an estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia
maupun mokroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa. Warna juga dapat berasal dari
buangan industri.
b.
Parameter Kimia
1)
Air raksa (Hg)
Air raksa adalah metal yang menguap pada temperatur kamar. Hg merupakan
racun sistemik dan diakumulasi dalam hati, ginjal, limpa dan tulang. Keracunan
Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf pusat seperti kelainan kepribadian,
pikun, imsomnia, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan.
2)
Aluminium (Al)
Aluminium adalah metal yang dapat
dibentuk, dan karenanya banyak digunakan, sehingga banyak terdapat di
lingkungan dan didapat pada berbagai jenis makanan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada
usus. Al dalam bentuk debu dapat diakumulasi dalam paru-paru, dapat pula
menyebabkan iritasi kulit, selaput lender, dan saluran pernafasan.
3)
Arsen (As)
Arsen adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan, dan sangat toksik.
As elemental di dapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas, terdapat
bersama-sama Cu, sehingga didapatkan sebagai produk sampingan pabrik peleburan
Cu. Keracunan As pada manusia dapat menyebabkan muntaber disertai darah,
disusul dengan koma, dapat menyebabkan kematian.
4)
Barium (Ba)
Barium juga suatu metal, berwarna putih. Barium banyak terdapat di
lingkungan. Dalam bentuk debu Ba dapat diakumulasi dalam paru-paru dan dapat
menyebabkan fibrosis. Keracunan Ba dapat menghentikan otot-otot jantung dalam
waktu 1 jam. Pada fase akhir keracunan dapat terjadi kelumpuhan urat saraf.
5)
Besi (Fe)
Besi atau
Ferrum adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam
terdapat sebagai hematite. Di air minum Fe menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan
pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Dalam dosis besar
Fe dapat merusak dinding usus. Debu Fe dapat diakumulasi dalam alveoli, dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.
6)
Fluorida (F)
Fluor adalah
halogen yang sangat reaktif, karenanya di alam selalu didapat dalam bentuk
senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada
yang organik. Keracunan F menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh
terganggu, terjadi fluorosis pada gigi serta kerangka, dan gangguan pencernaan
yang disertai dengan dehidrasi, cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian.
7)
Cadmium (Cd)
Cadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd sangat beracun
bagi manusia, keracunan akut akan menyebabkan gejala gasterointestinal dan
penyakit ginjal.
8)
Kesadahan (CaCo3)
Kesadahan
dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi
disebabkan oleh sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum.
Masalah yang dapat timbul adalah sabun sulit membusa.
9)
Khlorida
Khlorida
adalah senyawa halogen khlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawa.
Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem
penyediaan air panas.
10)
Khromium (Cr)
Khromium adalah metal kelabu yang keras. Cr tidak toksik, tetapi senyawanya
sangat iritan dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput
lender. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam
paru-paru Cr dapat menimbulkan kanker.
11)
Mangan (Mn)
Mangan adalah
metal kelabu kemerahan. Dalam air juga menyebabkan warna ungu atau hitam.
Keracunan seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap
logam. Gejala yang timbul imsomnia, lemah pada kaki dan otot muka sehingga
ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng.
12) Natrium (Na)
Natrium
sangat reaktif, karenanya bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu
senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi
tonisitasnya tergantung pada gugus senyawanya.
13)
Nitrat, Nitrit
Nitrat dan
nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI (Gastero Intestinal),
Diare campur darah, disusul konvulsi koma, dan kematian. Keracunan khronis
menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental.
14)
pH
Air minum
sebaiknya netral, tidak asam atau basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut
yang sangat baik, maka dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan
berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
15)
Seng (Zn)
Tubuh
memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat
bersifat racun. Di dalam air dapat menimbulkan rasa kesat, dan dapat
menyebabkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent,
dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.
16)
Sianida (Cn)
Sianida adalah senyawa Sian (Cn) yang
dikenal sebagai racun. Di
dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia,
orang merasa tercekik dan cepat diikuti oleh kematian.
17)
Sulfat
Sulfat
bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila dicampur dengan Magnesium
atau Natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat
menimbulkan diare.
18)
Tembaga (Cu)
Tembaga sebetulnya diperlukan dalam
perkembangan tubuh manusia tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala
GI (Gastero Intestinal), SSP (Susunan Saraf Pusat), Ginjal dan hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna, korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.
19)
Timbal (Pb)
Timbal adalah metal kehitaman. Pb
merupakan racun sistemik dan keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di
mulut, garis hitam pada gusi, anorexia, muntah-muntah, kelumpuhan, kebutaan dan
lain sebagainya.
20)
Zat padat terlarut (TDS = Total
Disolved Solid)
TDS biasanya
terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah
maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap
kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
1.
Hubungan Air Kotor dengan Kesehatan
Menurut Ichsan
(1979: 38-39), Air kotor adalah air yang sudah dicemari. Secara kimia mungkin
air tersebut mengandung zat-zat kimia yang membahayakan. Secara bakteriologi, air tersebut mengandung
berbagai bakteri penular penyakit. Secara fisik, air tersebut telah berubah,
terutama warnanya. Air kotor dapat menimbulkan berbagai penyakit yang biasa
dikenal dengan “Water Borne Diseases”. Beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh air kotor antara lain:
a. Penyakit Perut: Kholera/ Diare (muntah
berak), Disentri, Thyphus
b.
Penyakit Cacing
c.
Penyakit Mata
d.
Keracunan