1.
Sistem Operasional
Ada dua macam sistem operasional sampah, yakni sistem mikro dan sistem
makro. Sistem Mikro adalah pengumpulan sampah dari sumber sampah ke
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Sistem Makro adalah pengangkutan
dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan
pengelolaan sampah dilakukan di TPA (Notoatmodjo, 1996: 169).
Pengelolaan sampah adalah
semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai
dengan pembuangan akhir. Kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian
timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transpor, pengolahan dan
pembuangan akhir (Kuncoro Sejati, 2009: 24).
2.
Metode Pembuangan Akhir
Sampah
a.
Metode Open Dumping
Open dumping adalah sampah
yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi
terpenuhi. Teknik ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
(Kuncoro Sejati, 2009: 26).
Keuntungan:
1) Mudah dilaksanakan karena tidak
membutuhkan metode pengerjaan yang khusus.
2) Lahan yang tersedia tidak memerlukan
konstruksi khusus.
3)
Biaya murah dalam operasional
dan pemeliharaan.
Kerugiannya:
1)
Luas lahan yang dibutuhkan
cukup besar.
2) Kurang memperhatikan segi estetika
terhadap lingkungan.
3) Dapat menimbulkan bau dan gangguan adanya
penyebaran vektor penyakit.
4) Kurang memperhatikan segi perlindungan
lingkungan karena hasil dekomposisi sampah (leachate) dapat mencemari air
tanah.
b.
Metode Controlled Landfill
Metode ini adalah
menimbun sampah pada daerah tersebut sampai pada ketinggian yang dikehendaki
atau bisa dengan penggalian tanah sebagai tempat pembuangan sampah, kemudian
tumpukan sampah itu ditimbun dengan lapisan tanah dan dilakukan pemadatan
dengan menggunakan alat berat (Anonim, 1995).
Keuntungan:
1) Mudah dilaksanakan karena menggunakan
metode yang sederhana.
2) Lahan yang tersedia tidak memerlukan
konstruksi.
3) Murah dalam operasi dan pemeliharaan
karena sistem yang digunakan tidak terlalu kompleks.
4) Tidak menimbulkan dampak negatif bagi estetika
kota, sebab sampah tersebut tidak tersebar sembarangan.
5) Tidak menyebabkan dampak negatif bagi
kesehatan lingkungan karena gangguan bau sampah dapat dihindari dan
berkurangnya vektor penyebab penyakit.
Kelemahan:
1)
Memerlukan daerah yang cukup
besar untuk lokasi pembuangan akhir.
2) Memerlukan anggaran biaya yang khusus
untuk pembayaran tenaga operasional dan pemeliharaan alat.
c.
Metode Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem
pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan
dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.
Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Syarat sanitary landfill yang baik adalah sebagai berikut:
1)
Tersedia
tempat yang luas.
2) Tersedia tanah untuk menimbunnya.
3) Tersedia alat-alat besar.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya (Budiman
Chandra, 2007: 116).
d.
Incineration
Incineration atau
insinerasi adalah suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah
secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
Keuntungan:
1) Volume sampah dapat diperkecil sampai
sepertiganya.
2) Tidak memerlukan ruang yang luas.
3) Panas yang dihasilkan dapat dipakai
sebagai sumber uap.
4) Pengelolaan dapat dilakukan secara
terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Kerugian:
1) Biaya besar
2) Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat
karena keberatan penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar