Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini
merupakan konsep yang menjadi basis untuk pengenalan sesuatu hal. Kita
akan mengenali sesuatu halnya itu kalau kita tahu identitasnya. Ini juga akan
berarti bahwa kalau kita mengenali identitas sesuatu hal, maka kita akan
memiliki pengetahuan akan sesuatu halnya itu.
Politik identitas merupakan konsep baru dalam kajian ilmu politik. Politik
identitas adalah nama lain dari biopolitik dan politik perbedaan. Biopolitik
mendasarkan diri pada perbedaan-perbedaan yang timbul dari perbedaan
tubuh. Dalam filsafat sebenarnya wacana ini sudah lama muncul, namun
penerapannya dalam kajian ilmu politik mengemuka setelah disimposiumkan
pada suatu pertemuan internasional Asosiasi Ilmuwan Politik Internasional di
Wina pada 1994 (Abdilah, 2002: 16).
Identitas menurut Jeffrey Week adalah berkaitan dengan belonging tentang
persamaan dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Pendapat Jeffrey Week tersebut menekankan pentingnya
identitas bagi tiap individu maupun bagi suatu kelompok atau komunitas
(Widayanti, 2009: 14).
Namun demikian, sebenarnya akan lebih mudah bila kita memahami konsep
identitas ini dalam bentuk contoh. Ketika seseorang lahir, ia tentu akan
mendapatkan identitas yang bersifat fisik dan juga non-fisik. Identitas fisik
yang terutama dimiliki adalah apakah ia berjenis kelamin pria atau wanita.
Sedangkan untuk identitas non-fisik adalah nama yang digunakan, juga status
yang ada pada keluarga pada saat dilahirkan.
Identitas dalam sosiologi maupun politik biasanya dikategorikan menjadi dua
kategori utama, yakni identitas sosial (kelas, ras, etnis, gender, dan
seksualitas) dan identitas politik (nasionalitas dan kewarganegaraan
(citizenship)). Identitas sosial menentukan posisi subjek di dalam relasi atau
interaksi sosialnya, sedangkan identitas politik menentukan posisi subjek di
dalam suatu komunitas melalui suatu rasa kepemilikan (sense of bellonging)
dan sekaligus menandai posisi subjek yang lain di dalam suatu pembedaan
(sense of otherness) (Setyaningrum, 2005: 19).
Identitas politik (political identity) secara konseptual berbeda dengan “politik
identitas” (politica of identity). Identitas politik merupakan konstruksi yang
menentukan posisi kepentingan subjek di dalam suatu ikatan komunitas
politik, sedangkan pengertian politik identitas mengacu pada mekanisme
16
politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun identitas
sosial) sebagai sumberdaya dan sarana politik (Setyaningrum, 2005: 19).
Secara sederhana, apa yang dimaksud identitas didefinisikan sebagai
karakteristik esensial yang menjadi basis pengenalan dari sesuatu hal.
Identitas merupakan karakteristik khusus setiap orang atau komunitas yang
menjadi titik masuk bagi orang lain atau komunitas lain untuk mengenalkan
mereka (Widayanti, 2009: 13). Ini adalah definisi umum yang sederhana
mengenai identitas dan akan kita pakai dalam pembahasan berikutnya
mengenai politik identitas.
Menurut Stuart Hall, identitas seseorang tidak dapat dilepaskan dari „sense
(rasa/kesadaran) terhadap ikatan kolektivitas‟. Dari pernyataan tersebut, maka
ketika identitas diformulasikan sebagai sesuatu yang membuat seseorang
memiliki berbagai persamaan dengan orang lain, maka pada saat yang
bersamaan juga identitas memformulasikan otherness (keberbedaan) atau
sesuatu yang diluar persamaan-persamaan tersebut. Sehingga karakteristik
identitas bukan hanya dibentuk oleh ikatan kolektif, melainkan juga oleh
kategori-kategori pembeda (categories of difference) (Setyaningrum, 2005:
26).
Identitas selalu melekat pada setiap individu dan komunitas. Identitas
merupakan karekteristik yang membedakan antara orang yang satu dengan
orang yang lain supaya orang tersebut dapat dibedakan dengan yang lain.
Identitas adalah pembeda antara suatu komunitas dengan komunitas lain.
17
Identitas mencitrakan kepribadian seseorang, serta bisa menentukan posisi
seseorang.
Ada 3 pendekatan pembentukan identitas, yaitu:
1. Primodialisme. Identitas diperoleh secara alamiah, turun temurun.
2. Konstruktivisme. Identitas sebagai sesuatu yang dibentuk dan hasil dari
proses sosial yang kompleks. Identitas dapat terbentuk melalui ikatanikatan kultural dalam masyarakat.
3. Instrumentalisme. Identitas merupakan sesuatu yang dikonstruksikan
untuk kepentingan elit dan lebih menekankan pada aspek kekuasaan
(Widayanti, 2009: 14-15).
Politik identitas bisa dikatakan terjadi di setiap kelompok atau komunitas,
salah satunya yang terjadi dalam serial film Upin dan Ipin. Masing-masing
individu yang memiliki identitas pribadi yang berbeda dari suku, etnis dan
agama telah bergabung menjadi satu komunitas yang memiliki identitas
kolektif.
Walaupun mereka memiliki identitas kolektif sebagai warga negara Malaysia
yang sah, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka tetap memiliki ego untuk
memperjuangkan identitas pribadinya. Disinilah terjadi persaingan antar
individu dalam suatu komunitas yang ada dalam film Upin dan Ipin ini. Hal
ini disebut sebagai politik identitas.
18
Menurut Cressida Heyes (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2007)
mendefinisikan politik identitas sebagai penandaan aktivitas politis dalam
pengertian yang lebih luas dan teorisasi terhadap ditemukannya pengalamanpengalaman ketidakadilan yang dialami bersama anggota-anggota dari
kelompok-kelompok sosial tertentu (www.assignmentfilzaty.blogspot.com).
Ketimbang pengorganisasian secara mandiri dalam ruang lingkup ideologi
atau afilisasi kepartaian, politik identitas berkepentingan dengan pembebasan
dari situasi keterpinggiran yang secara spesifik mencakup konstituensi
(keanggotaan) dari kelompok dalam konteks yang lebih luas. Dalam hal ini
Cressida Heyes beranggapan jika politik identitas lebih mengarah kepada
kepentingan terhadap individu atau kelompok yang terpinggirkan dari pada
pengorganisasian.
Agnes Heller mengambil definisi politik identitas sebagai konsep dan gerakan
politik yang fokus perhatiannya adalah perbedaan (difference) sebagai suatu
kategori politik yang utama (Abdilah S, 2002: 16). Di dalam setiap
komunitas, walaupun mereka berideologi dan memiliki tujuan bersama, tidak
bisa dipungkiri bahwa di dalamya terdapat berbagai macam individu yang
memiliki kepribadian dan identitas masing-masing.
Hal ini dikarenakan kepribadian dan identitas individu yang berbeda dan
unik, sangat mungkin terjadi dominasi antar individu yang sama-sama
memiliki ego dan tujuan pribadi. Sehingga menyebabkan pergeseran
kepentingan terkait dengan perebutan kekuasaan dan persaingan untuk
19
mendapatkan posisi strategis bagi tiap individu di dalam komunitas tersebut
(www.desantara.or.id/politik-identitas-sebagai-modus-multikulturalisme).
Jadi dapat disimpulkan bahwa politik identitas menurut peneliti adalah suatu
tindakan politik yang dilakukan individu atau sekelompok orang yang
memliki kesamaan identitas baik dalam hal etnis, jender, budaya, dan agama
untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan anggotanya. Politik identitas
sering digunakan untuk merekrut dukungan orang-orang yang termarjinalkan
dari kelompok mayoritas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar