Respons perilaku sering kali merupakan respons yang
paling mudah diobservasi. Dengan mengenali perilaku yang umum saat berduka, perawat dapat memberi bimbingan
pendukung untuk mengkaji keadaan emosional dan kognitif
klien secara garis besar. Dengan mengamati individu yang
berduka saat melakukan fungsi secara “otomatis” atau rutin
tanpa banyak pemikiran dapat menunjukkan bahwa individu
tersebut berada dalam fase mati rasa proses berduka ─ realitas
kehilangan belum terjadi. Menangis terisak, menangis tidak
terkontrol, sangat gelisah, dan perilaku mencari adalah tanda
kerinduan dan pencarian figur yang hilang. Individu tersebut
bahkan dapat berteriak memanggil orang yang meninggal dan
mencermati ruangan untuk mencari orang yang meninggal.
Iritabilitas dan sikap, bermusuhan terhadap orang lain
memperlihatkan perasaan marah dan frustasi dalam proses
tersebut. Berupaya mencari serta menghindari tempat atau
aktivitas yang pernah dilakukan bersama orang yang telah
meninggal, dan menyimpan benda berharga yang dimiliki atau
digunakan bersama orang yang telah meninggal padahal ingin
membuang benda tersebut menggambarkan emosi yang
berfluktuasi dan persepsi tentang harapan untuk bertemu
kembali dengan orang yang meninggal. Selama fase disorganisasi, tindakan kognitif
mendefinisikan kembali identitas diri individu yang berduka,
walaupun sulit, merupakan hal yang penting dalam menjalani dukacita. Walaupun awalnya bersifat superfisial, upaya yang
dilakukan dalam aktivitas sosial atau kerja adalah perilaku yang
ditujukan untuk mendukung pergeseran emosional dan kognitif
individu tersebut. Penyalahgunaan obat atau alkohol
mengindikasikan respons perilaku maladaptif terhadap
keputusasaan emosional dan spiritual. Upaya bunuh diri dan
pembunuhan dapat menjadi respons yang ekstrem jika individu
yang berduka tidak dapat menjalani proses berduka.19
Pada fase reorganisasi, individu yang berduka
berpartisipasi dalam aktivitas dan refleksi yang berarti secara
personal dan memuaskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar