Perasaan marah, sedih, dan cemas adalah pengalaman
emosional yang dominan pada kehilangan. Kemarahan dan
kebencian dapat ditujukan kepada individu yang meninggal dan
praktik kesehatan yang dilakukannya, pada anggota keluarga,
dan pemberi perawatan kesehatan atau institusi.Respons emosional terlihat pada semua fase proses
dukacita menurut Bowlby. Selama fase mati rasa, respons awal
yang umum terhadap kabar kehilangan ialah perasaan syok,
seolah-olah tidak dapat menyadari realitas kehilangan. Pada fase kedua, kerinduan dan pencarian, realitas mulai muncul dan
individu yang berduka memperlihatkan kemarahan, penderitaan
yang besar dan menangis. Dalam keadaan putus asa, tetapi
memiliki keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu yang meninggal, mendorong individu yang berduka
untuk memeriksa dan memulihkan dirinya. Suara, penglihatan,
dan aroma yang terkait dengan individu yang meninggal
diinterpretasikan sebagai tanda-tanda keberadaan orang yang
meninggal dan kadang-kadang menghibur klien dan
menimbulkan harapan untuk bertemu kembali. Selama fase
disorganisasi dan keputusasaan, individu yang berduka mulai
memahami bahwa kehilangan tetap ada. Pola pemikiran,
perasaan dan tindakan yang terkait kehidupan dengan orang
yang telah meninggal perlu diubah. Saat semua harapan
kembalinya orang yang meninggal telah hilang, individu pasti
mengalami waktu depresi, apatis atau putus asa. Pada fase
reorganisasi akhir, individu yang berduka mulai membangun
kembali rasa identitas personal, arah dan tujuan hidup, rasa
mandiri dan percaya diri dirasakan. Dengan mencoba dan
menjalankan peran dan fungsi yang baru ditetapkan, individu
yang berduka menjadi kuat pribadinya. Pada fase ini, orang yang
meninggal masih dirindukan, tetapi memikirkannya tidak lagi
menimbulkan perasaan sedih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar