Dzikir merupakan pengalaman ruhani yang dapat dinikmati oleh pelakunya, hal
ini yang dimaksud oleh Allah sebagai penentram hati. Ata (2000), membagi dzikir
atas tiga bagian: dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir samar-samar) dan
dzikir haqiqi (zikir sebenar-benarnya)
a. Dzikir jali
Dzikir jali adalah suatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung pujian, rasa syukur serta doa yang ditujukan kepada Allah, dengan
menggunakan suara secara jelas sehingga mampu menggerakan hati untuk menyertai
dzikir tersebut.
b. Dzikir khafi
Dzikir khafi adalah dzikir yang dilakukan secara khusuk oleh ingatan, hati disertai
dzikir lisan maupun tidak. individu yang mampu melakukan dzikir ini akan merasa
bahwa Allah selalu dekat di hati Individu tersebut selalu merasa kehadiran Allah di
segala Aspek kehidupannya.
c. Dzikir haqiqi
Dzikir haqiqi adalah dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahir dan
batin, kapan pun dan dimana pun, dengan menjaga seluruh jiwa raga dari larangan
Allah serta mengerjakan apa yang diperintah-Nya. Untuk mencapai tingkat dzikir ini
perlu dijalani latihan mulai tingkat dzikir jali dan tingkat dzikir khafi .
Dzikir lisan menurut Hawari (2002) adalah dzikir yang dilafalkan secara lisan
dengan suara yang jelas. Adapun bacaan –bacaan yang dianjurkan dalam dzikir lisan
sebagai berikut
a) Membaca tasbih (subhanallah) yang mempunyai arti Maha Suci Allah.
b) Membaca tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi Allah.
c) Membaca tahlil (la illaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.
d) Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar.
e) Membaca Hauqalah (la haula wala quwwata illa billah) yang bermakna tiada
daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.
f) Hasballah: Hasbiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah Allah dan
sebaik-baiknya pelindung.
g) Istighfar : Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun
kepada Allah yang maha agung.
h) Membaca lafadz baqiyatussalihah: subhanllah wal hamdulillah wala illaha
illallah Allahu akbar yang bermakna maha suci Allah dan segala puji bagi
Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
i) Membaca surat Alfatihah.
Surat Alfatihah memiliki bermacam keistimewaan selain sebagai
ummul qur’an. Didalam surat alfatihan terkandung doa yang lengkap ,
mantera, serta obat (penyembuhan) ( shihab, 2005). Al-Fatihah mampu
menyembuhkan segala macam penyakit pada diri manusia baik secara fisik
maupun psikis, serta mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan
nya. (shihab, 2005). Keistimewaan dari surat Al-Fatihah dibandingkan surat yang lain
yaitu setiap ayat didalam surat Alfatihah yang dibaca akan dijawab langsung
oleh Allah sehingga terdapat dialog langsung dari hamba dan Tuhan (Allah)
(Makhdlori, 2008) . Dalam kondisi kepasrahan yang total maka suratul-fatiha
dapat digunakan sebagai dzikir dan pembuka dari segala sesuatu yang masih
tertutup dan menghilangkan kesulitan dalam diri individu (shihab, 2005)
Menurut Syukur (2012), inti dari dzikir adalah perwujudan diri manusia sebagai
hamba yang berkewajiban mengabdikan diri hanya kepada Allah. Sudah barang tentu
pengabdian manusia ini tidak hanya ditunjukkan dengan ucapan saja melainkan
ditunjukkan pula dalam keseluruhan gerak tubuh, sebagaimana kalangan sufi
melukiskan dzikir 7 bagian tubuh yaitu:
i. Dzikir dua mata dengan menangis sewaktu ingat dan menyebut nama
Allah.
ii. Dzikir dua telinga dengan mendengarkan ajaran-ajaran Allah penuh
perhatian.
iii. Dzikir lidah dengan sanjungan dan pujian kepada Allah.
iv. Dzikir dua tangan dengan suka memberikan pertolongan kepada orang
lain.
v. Dzikir badan dengan kesetiaan dan pemenuhan kewajiban.
vi. Dzikir hati dengan takut kepada Allah disertai harapan kepada-Nya.
vii. Dzikir ruh dengan penyerahan sepenuhnya serta ridla kepada-Nya
Bentuk-bentuk dzikir menurut sholeh (2010) adalah sebagai berikut:
(1), Dzikir qauli atau jahr, yakni membaca lafal tasbih, tahmid, tahlil, dan
sebagainya dengan suara jelas. Tujuannya agar dapat membimbing hati agar selalu
ingat kepada-Nya. Lisan yang biasa berdzikir maka dengan sendirinya menguatkan
ingatan yang bersangkutan kepada keberadaan Tuhan ;
(2) ingat Tuhan dalam hati tanpa menyebut nama-Nya disebut dengan dzikir
qalby atau sirr ;
(3) Dzikru al-ruh yaitu dzikir dalam arti seluruh jiwa raga tertuju untuk selalu
ingat kepada-Nya;
(4) Dzikir fi’li (aktifitas sosial) yakni berdzikir dengan melakukan kegiatan
praktis, amal shalih, dan menginfakan sebagian harta untuk kepentingan sosial,
melakukan hal yang berguna bagi pembangunan bangsa serta agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar