Pengertian persepsi telah dikemukakan oleh banyak ahli dengan pandangan
yang berbeda. Persepsi bersifat individual, karena setiap individual
memberikan arti tertentu terhadap rangsangan atau stimulasi dari
lingkungannya, maka individu yang berbeda akan melihat hal yang sama
dengan cara yang berbeda. Dengan kata lain, persepsi merupakan bentuk pola
pikir seseorang dalam memahami suatu objek tertentu yang bersifat subyektif.
Selanjutnya masalah persepsi ini diuraikan secara terinci. Menurut Effendy
(2005:135) mengenai “Persepsi sebagai proses dimana kita jadi sadar akan
objek atau peristiwa dalam lingkungan melalui ragam indera kita seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan penjamahan”. Namun demikian, karena persepsi tentang peristiwa atau objek tersebut tergantung
pada suatu ruang dan waktu, maka persepsi merupakan awal dalam pemikiran
sistem informasi yang mengandung nilai informasi yang sangat subyektif dan
situasional.
Menurut Ihalauw (2005:87) menyebutkan bahwa “Persepsi adalah cara orang
memandang dunia ini. Dari defenisi yang umum ini dapat dilihat bahwa
persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain, masyarakat dapat
membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu”. Proses perubahan persepsi disebabkan oleh proses feal atau fisikologik
dari sistem syaraf pada indera manusia, jika suatu stimulus tidak mengalami
perubahan-perubahan misalnya, maka akan terjadi adaptasi dan habituasi yaitu
respon terhadap stimulus itu makin lama makin lemah.
Selain secara implisit sudah tampak dalam definisi tersebut, argumentasi ini
menurut kamus bahasa Indonesia (2005:288) “Persepsi didefinisikan sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu, atau merupakan proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”. Rahmat dan
Prasetio dalam Tangkilisan (2005:288) mengartikan bahwa “Persepsi
merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Semua
ilmu sosial mempelajari manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya
kelompok-kelompok itu ialah karena dua sifat manusia yang bertentangan satu
sama lainnya, disatu pihak dia ingin bekerja sama, dipihak lain dia cenderung
bersaing dengan sesama manusia.
34
Menurut Rahmat (2004:51) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan”. Persepsi memberikan makna pada stimulus
inderawi, jadi hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi
adalah bagian dari persepsi.
Ada beberapa sub proses di dalam persepsi, dan
yang dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal
yang komplek dan interaktif, sub proses pertama yang dianggap penting
ialah stimulus atau situasi yang hadir. Mula-mula terjadinya persepsi diawali
ketika seseorang dihadapkan dengan situasi atau stimulus, situasi tersebut bisa
berupa penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosio
kultur dan fisik yang menyeluruh. Setelah mendapat stimulus, pada tahap
selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan “interpretation”, begitu
juga berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan
berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang
dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi
tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Dalam
proses pembentukan persepsi Thoha (2007:127-128) ada beberapa tahap: “Pertama yang dianggap penting adalah stimulus atau situasi yang hadir;
kedua adanya registrasi yang menunjukkan mekanisme penginderaan dan
sistem syaraf dalam mendengar dan melihat yang selanjutnya terdaftar dalam
fikiran. Proses ketiga adalah interpretasi daftar masukan dengan
menggunakan aspek kognitif. Proses interpretasi ini tergantung pada cara
pendalaman (learning) seseorang, motivasi dan kepribadian seseorang
interpretasi terhadap sesuatu informasi yang sama akan berbeda untuk setiap
35
orangnya sehingga tahap ketiga ini menjadi penting dalam memahami
persepsi. Selanjutnya proses umpan balik (feed back) dari peristiwa maupun
objek”. Menurut Robbins (2001:88) “Persepsi adalah suatu proses dengan mana
individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka”. Perbedaan dalam
mempersepsikan suatu benda yang sama secara berbeda dipengaruhi oleh
pelaku persepsi yaitu penafsiran yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi pelaku seperti sikap, minat dan motif. Proses pemaknaan yang bersifat
fisikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan
sosial secara umum.
Selanjutnya Robbins (2001:169) mengatakan “Persepsi
adalah proses yang digunakan oleh individu untuk mengelola dan
menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada
lingkungan mereka, meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat
berbeda dari kenyataan objektif”. Menurut Rahmat (2004:42) persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi tersebut adalah:
a. Pengalaman
Apa yang dialami oleh perseptor. Pengalaman ini biasa diperoleh melalui
berbagai jalan, diantaranya melalui proses belajar, selain melalui proses
rangkaian peristiwa yang pernah dialami seseorang, baik peristiwa buruk
maupun baik.
b. Motivasi
Seseorang hanya akan mendengar apa yang ia mau dengar, seseorang mau
melakukan sesuatu jika itu berguna bagi dirinya, oleh karena setiap orang
mempunyai kepentingan dan keperluan yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. c. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang diperlukan untuk suatu kecerdasan persepsi.
Persepsi ini bisa diukur melalui tingkat pendidikan tinggi dengan
sendirinya tingkat pengetahuannya pun menjadi luas.
36
Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut, maka batasan pengertian dalam
penyusunan ini adalah suatu proses penafsiran seseorang terhadap suatu obyek
tertentu melalui panca indera, yang dilakukan dalam batasan-batasan
kesadaran tertentu dan berdasarkan pada suatu pengalaman yang pernah
dirasakan. Adapun kata politik secara etimologis bersal dari kata Yunani pilisi
yang dapat berarti Kota atau Negara Kota. Dari kata polis ini kemudian
diturunkan kata-kata lain seperti “polities” (warga Negara) dan “politicos” nama sifat yang berarti kewarganegaraan (civic), kemudian orang Romawi
mengambil oper perkataan Yunani itu dan menamakan pengetahuan tentang
Negara (pemerintah) “ars politica” artinya kemahiran tentang masalah- masalah kenegaraan.
Selanjutnya Rahmat (2004:42) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan persepsi seseorang, antara lain:
a. Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu dialami dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi, yang indah, tentram, akan dirasakan
sebagai bayang-bayang kelabu bagi seseorang yang buta warna.
b. Keluarga
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah keluarganya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam
memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi- persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. c. Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah
satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara
seseorang memandang dan memahami keadaan dunia ini.
Menurut Winardi (2006:42) adalah “Persepsi merupakan proses kognitif,
dimana seseorang individu memberikan arti pada lingkungan”. Menurut
Mulyana (2000:162) “Persepsi adalah internal yang memungkinkan kita
37
memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita
dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita”. Mulyana (2000:104) yang
menyatakan bahwa “Kemampuan daya persepsi dimiliki oleh manusia guna
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan”. Oleh karena itu dengan
adanya persepsi akan mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap
a. Perhatian masyarakat terhadap sistem politik yang sedang berjalan.
b. Perhatian masyarakat terhadap pelaksanaan demokrasi pancasila. c. Persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah untuk
memecahkan masalah yang dihadapi rakyat.
d. Perhatian masyarakat terhadap kualitas tokoh politik.
e. Perhatian masyarakat terhadap kebijakan yang dihasilkan pemerintahan.
Persepsi politik yang dimaksud adalah sebagai pemahaman (respon)
masyarakat, dalam hal ini, pemuda terhadap objek atau kejadian yang ada
disekelilingnya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Relevansi
proposisi tersebut apabila dikaitkan dengan permasalahan ini adalah bahwa
masyarakat dirangsang oleh suatu masukan tertentu yaitu, masalah politik dan
kemudian masyarakat dirangsang oleh suatu masukan tertentu yaitu, masalah
politik dan kemudian masyarakat berespon terhadap masalah politik tersebut.
Sehingga menghasilkan kategori yang tepat pada rangsangan tersebut dan
kemudian terjadi proses pengambilan keputusan tentang objek yang
dicermatinya. Dari persepsi masyarakat tentang politik diartikan sebagai
pemahaman dan tanggapan (respon) masyarakat terhadap sistem politik yang
sedang berjalan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Berdasarkan pengertian persepsi yang sudah diuraikan di atas maka persepsi
dapat diartikan sebagai pendapat, pandangan atau anggapan masyarakat
terhadap suatu objek, dalam hal ini mengenai partai politik. Persepsi
masyarakat terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi
negatif terhadap partai politik. Persepsi positif berarti pandangan atau
pendapat masyarakat yang baik terhadap partai politik, sedang persepsi negatif
berarti pandangan atau pendapat masyarakat yang negatif terhadap partai
politik. Partai politik sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka”, (Budiarjo,2008:160-161)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar