Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas tentu dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Ramlan Surbakti (1992:140)
menyebutkan dua variable penting yang mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang. Pertama, aspek
kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud
21
dalam kesadaran politik adalah kesadaran hak dan kewajiban warga
negara. Misalnya hak politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum,
kewajiban ekonomi, kewajiban sosial dll. Kedua, menyangkut
bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah dan
pelaksanaan pemerintahnya.
Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variable
independen). Artinya bahwa rendah kedua faktor itu dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, seperti status sosial, afiliasi politik orang tua, dan
pengalaman beroganisasi. Yang dimaksud status sosial yaitu kedudukan
seseorang berdasarkan keturunan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan seseorang dalam lapisan
masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang yang
mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak hanya
mempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat serta
perhatian pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (Ramlan
Surbakti, 2006:144-145).
Selanjutnya menurut Myron Weimer partisipasi politik di
pengaruhi oleh beberapa hal, seperti yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed
dan Collin MacAndrews (2011:56-57)
1) Modernisasi
Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada
komensialisme pertanian, industrial, meningkatkan arus
urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis, perbaikan
22
pendidikan dan pengembangan media massa atau media
komunikasi secara luas.
2) Terjadi perubahan struktur kelas sosial
Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagai
akibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang
meluas era industralisasi dan modernisasi.
3) Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi
massa modern
Ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, membangkitkan
tuntuntan-tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
suara.
4) Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik
Pemimpin politik yang bersaing merebutkan kekuasaan sering
kali untuk mencapai kemenangannya dilakukan dengan cara
mencari dukungan massa.
5) Keterlibatan pemerintah yang semakin luas dalam unsur
ekonomi,sosial dan budaya
Meluasnya ruang lingkup aktivis pemerintah ini seringkali
merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan organisasi untuk ikut
serta dalam mempengaruhi pembuatan keputusan politik.
Sementara itu menurut Milbrath yang dikutip oleh Michael Rush
dan Althof (1989:168) memberikan alasan bervariasi mengenai
partisipasi seseorang, yaitu:
Pertama, berknaan dengan penerimaan perangsang politik.
Milbrath menyatakan bahwa keterbukaan dan kepekaan seseorang
terhadap perangsang politik melalui kontak-kontak pribadi, organisasi
dan melalui media massa akan memberikan pengaruh bagi
keikutseertaan seseorang dalam kegiatan politik.
Kedua, berkenaan dengan karekteristik sosial seseorang. Dapat
disebutkan bahwa status ekonomi, karekter suku, usia jenis kelain dan
keyakinan (agama). Karakter seseorang berdasarkan faktor-faktor
tersebut memiliki pengaruh yang relatif cukup besar terhadap partisipasi
politik.
Ketiga, yaitu menyingkat sifat dan sistem partai tempat individu
itu hidup. Seseorang yang hidup dalam negara yang demokratis, partaipartai politiknya cenderung mencari dukungan massa dan
memperjuangkan kepentingan massa, sehingga massa cenderung
berpartisipasi dalam politik.
Keempat, yaitu adanya perbedaan regional. Perbedaan ini
merupakan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap perbedaaan
watak dan tingkah laku individu. Dengan perbedaan regional itu pula
yang mendorong perbedaan perilaku politik dan partisipasi politik.
Partisipasi pemilih pemula dalam pilbup langsung memang erat
kaitanya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyak
pertimbangan dalam menggunakan hak pilihnya. Bisa melihat dari sisi
visi misi kandidat yang bagus meskipun tidak ada jaminan setelah
kandidat terpilih. Selain itu berupa acuan yang digunakan untuk
memilih adalah mereka kandidat yang memberikan uang, dan kandidat
yang diusung oleh partai yang dianggap pemilih pemula sesuai dengan
kriterianya.
Pada perilaku pemilih yang rasional pemilih akan menentukan
pilihannya berdasarkan isu politik dan kandidat yang diajukan serta
kebijakan yang dinilai menguntungkan baginya yang akan ia peroleh
apabila kandidat pilihannya terpilih. Pemilih yang rasional tidak hanya
pasif dalam berpartisipasi tetapi aktif serta memiliki kehendak bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar