Kamis, 07 November 2019

Sumber - sumber Self Efficacy (skripsi dan tesis)

Bandura (1997) dalam Lunenberg (2011) telah mengidentifikasi empat sumber utama self efficacy antara lain kinerja masa lalu (past performance), pengalaman orang lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion), dan isyarat emosional (emotional cues)
 1. Kinerja masa lalu Menurut Bandura, sumber yang paling penting dari self efficacy adalah kinerja masa lalu. Karyawan yang telah berhasil pada tugas - tugas yang terkait cenderung lebih percaya diri untuk menyelesaikan tugas - tuga serupa di masa depan (tingkat self efficacy tinggi) dari karyawan yang tidak berhasil (tingkat self efficacy rendah). Manajer atau supervisor dapat meningkatkan self efficacy dengan cara memberikan tugas yang menantang, pengembangan secara profesional dan pembinaan, penetapan tujuan, kepemimpinan yang bersifat suportif, dan penghargaan untuk mengapresiasi karyawan agar semakin terpacu.
 2. Pengalaman orang lain
 Sumber kedua self efficacy adalah melalui pengalaman orang lain. Melihat rekan kerja berhasil dalam tugas-tugas tertentu dapat meningkatkan self efficacy. Misalnya, jika rekan kerja berhasil dalam suatu presentasi yang dihadiri para pemegang saham perusahan, secara tidak langsung akan meyakinkan karyawan lain bahwa dia mampu melakukan presentasi yang baik pula. Pengalaman dari orang lain yang paling efektif adalah ketika seorang karyawan melihat dirinya sebagai orang yang mirip dengan karyawan lain yang menjadi role model-nya 
3. Persuasi Verbal 
Sumber ketiga self efficacy adalah melalui persuasi verbal. Pada dasarnya cara ini meyakinkan orang bahwa mereka memiliki kemampuan untuk sukses dalam tugas tertentu. Itu cara terbaik bagi seorang pemimpin untuk menggunakan persuasi verbal melalui efek Pygmalion. Efek Pygmalion adalah bentuk self-fulfilling di mana percaya akan sesuatu untuk berhasil maka hal itu akan berhasil. Efek Pygmalion telah digunakan di tempat kerja. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika manajer meyakinkan bahwa bawahan mereka dapat berhasil melakukan suatu tugas, bawahan mereka akan menunjukkan kinerja tingkat tinggi. Namun, kekuatan persuasi akan bergantung pada kredibilitas pemimpin, hubungan dengan karyawan nya, dan pengaruh pemimpin dalam organisasi (Eden, 2003 dalam Lunenberg, 2011). 
4. Isyarat emosional 
Bandura berpendapat bahwa isyarat emosional juga mendikte self efficacy. Orang yang tidak yakin dapat menyelesaikan sebuah tugas dan cenderung pesimis atau terlalu dituntut akan sebuah pekerjaan kemungkinan mengalami gejala fisiologis tertentu berupa hati berdebar - debar, telapak tangan berkeringat, sakit kepala, dan sebagainya. Gejalanya bervariasi dari individu ke individu, tetapi jika mereka bertahan mungkin akan berdampak pada kinerja yang buruk. 
Self efficacy juga mempengaruhi pembelajaran dan kinerja dalam tiga cara (Bandura, 1982) dalam Lunenberg (2011): 1. Self efficacy mempengaruhi tujuan yang dipilih oleh karyawan itu sendiri. Karyawan dengan tingkat self efficacy rendah cenderung menetapkan tujuan yang relatif rendah untuk diri mereka sendiri. Sebaliknya, individu dengan self efficacy tinggi menetapkan tujuan pribadi yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa orang tidak hanya belajar tetapi juga tampil di tingkat yang konsisten dengan keyakinan self efficacy mereka. 
 2. Self efficacy mempengaruhi pembelajaran serta upaya yang dikerahkan pada pekerjaan. Karyawan dengan self efficacy tinggi umumnya bekerja keras untuk belajar bagaimana melakukan tugas baru, karena mereka yakin bahwa upaya mereka akan berhasil. Karyawan dengan self efficacy yang rendah mengerahkan sedikit usaha ketika belajar dan melakukan tugastugas kompleks, karena mereka tidak yakin usaha mereka akan membawa kesuksesan
. 3. Self efficacy mempengaruhi ketekunan orang yang mengupayakan tugas - tugas baru dan sulit. Karyawan dengan self efficacy tinggi yakin bahwa mereka dapat belajar dan melakukan tugas tertentu. 
Dengan demikian, mereka cenderung bertahan dalam upaya mereka bahkan ketika masalah muncul. Sebaliknya, karyawan dengan self efficacy rendah percaya bahwa mereka tidak mampu belajar dan melakukan tugas yang sulit. Mereka cenderung menyerah saat masalah muncul. Dalam sebuah tinjauan literatur yang luas pada self efficacy, Albert Bandura dan Edwin Locke (2003) menyimpulkan bahwa self efficacy adalah faktor penentu yang kuat dalam prestasi kerja. Self efficacy juga berfungsi untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan karyawan memiliki kesehatan psikis yang baik. Dengan kata lain, hal itu membantu karyawan untuk memiliki penyesuaian psikologis dan sosial yang lebih baik dengan lingkungan mereka sehingga akan meningkatkan hasil positif bagi individu (Carr, 2004 dalam Kanten, 2014). Namun, menurut  literatur sebelumnya, self efficacy dianggap sebagai prediktor terkuat dari kinerja, kesejahteraan dan penarikan perilaku (Borgogni et al, 2013 dalam Kanten, 2014)

Tidak ada komentar: