1) tingkatan analisis yang
digunakan dan
2) manifestasi modal sosial yang diteliti. Point pertama, memandang
modal sosial dari level mikro samapai dengan makro.
Point kedua, memperluas
jangkauan modal sosial dari menifestasi struktural ke kognitif (BPS Pusat, 2013a).
Pada point pertama, modal sosial level mikro meliputi individu, rumah tangga,
atau masyarakat dalam kominutas tertentu. Pada level ini modal sosial tercermin dari
hubungan horizontal. Interaksi yang terjadi dalam jaringan sosial pada komunitas
tertentu akan menjamin kepatuhan terhadap norma, nilai, dan resiprositas antar
manusia. Jejaring sosial yang terbentuk akan menciptakan eksternalitas yang bisa
positif atau negatif bagi komunitas secara keseluruhan.
Modal sosial pada level meso memandang modal sosial secara lebih luas baik
pada hubungan horizontal maupun vertikal di dalam kelompok ataupun antar
kelompok. Hubungan vertikal dilakukan terhadap pemilik otoritas/kekuasaan yang
lebih tinggi sebagai akibat dari struktur sosial dalam kelompok. Pandangan ini sesuai
dengan konsep modal sosial dari Coleman (1998).
Pada level makro, modal sosial merujuk pada hubungan sosial yang sangat luas
meliputi lingkungan sosial dan politik yang membentuk struktur sosial dan
memungkinkan norma untuk berkembang. Modal sosial dipandang sebagai pembentuk
utama hubungan antar institusi formal (pemerintah maupun non pemerintah) dan tata
kelola yang dianut (politik, hukum, peradilan, kebebasan politik dan sipil).
Pada point kedua, manifestasi modal sosial dapat dilihat dari variabel yang
digunakan untuk membangun indikator modal sosial. Modal sosial struktural mengacu pada wujud yang lebih mudah dan nyata terlihat, seperti: institusi lokal, organisasi, dan
jaringan antar orang, berdasarkan kondisi budaya, sosial, ekonomi, politik, atau tujuan
lain. Sedangkan modal sosial kognitif mengacu pada wujud yang lebih abstrak seperti
rasa percaya, norma, dan nilai-nilai yang mengatur interaksi antar orang-orang dalam
mencapai tujuan bersama. Pengukuran kelompok/organisasi dapat diamati secara
langsung berdasarkan ukuran keanggotaannya, intensitas pertemuan dan kegiatan.
Dalam hal ini, norma dan rasa percaya harus diperhatikan secara tidak langsung
melalui persepsi masyarakat yang bertindak menurut kepatuhannya terhadap norma
yang berlaku.
Modal sosial struktural dan kognitif saling melengkapi, dimana struktur
organisasi membantu menerjemahkan norma dan keyakinan ke dalam daerah perilaku
tujuan sehingga berorientasi adanya koordinasi.
Partisipasi masyarakat jarang terjadi
secara spontan, melainkan melibatkan persiapan sosial yang memerlukan proses :
(1)
mengumpulkan informasi tentang keadaan dan sumber daya yang ada;
(2) analisis
situasi;
(3) pemilihan prioritas tindakan;
(4) bergabung bersama-sama ke dalam
kelompok atau organisasi yang mereka pilih sendiri; dan
(5) bekerja dengan sarana
untuk menerapkan persiapan.
Persiapan sosial membutuhkan pola yang sistematis
dalam konteks aksi-refleksi-reaksi, yang merupakan praktek inti dalam dasar
pembangunan partisipatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar