Ada beberapa pemahaman yang muncul mengenai pemahaman tentang politik
identitas sebagai sebuah teori dalam ilmu politik. Memaknai politik identitas harus
dilekatkan pada konsep identitas itu sendiri, yang oleh Suparlan disebut juga sebagai
jati diri. Masih menurut Suparlan, identitas atau jati diri adalah pengakuan terhadap
seorang individu atau suatu kelompok tertentu yang dikaitkan dilekatkannya
rangkaian ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang menjadi satu kesatuan menyeluruh
yang menandainya masuk dalam satu kelompok atau golongan tertentu. Sementara
Buchari dengan mengutip Jumadi (2009) mengemukakan bahwa konsep identitas
secara umum dapat dimaknai sebagai sebuah citra yang membedakan individu atau
suatu kelompok dengan individu atau kelompok lain, hal tersebut dilakukan secara
simultan dalam interaksi sosial sampai memunculkan opini tertentu yang berkaitan
dengan keberadaan individu atau kelompok tersebut.
Secara tegas, Cressida Heyes dalam Stanford Encyclopedia of
Philosophymendefinisikan politik identitas sebagai penandaan aktivitas politis dalam
pengertian yang lebih luas dan teorisasi terhadap ditemukannya pengalamanpengalaman ketidakadilan yang dialami bersama anggota- anggota dari kelompokkelompok sosial tertentu.22Ketimbang pengorganisasian secara mandiri dalam ruang
lingkup ideologi atau afilisasi kepartaian, politik identitas berkepentingan atas
pembebasan dari situasi keterpinggiran yang secara spesifik mencakup konstituensi
(keanggotaan) dari kelompok dalam konteks yang lebih luas. Politik identitas seakan-akan meneguhkan adanya keutuhan yang bersifat esensial tentang keberadaan
kelompok sosial tertentu berdasarkan identifikasi primordialitas.
Merujuk pada Castells yang mengatakan bahwa identitas merupakan atribut
yang melekat kepada seseorang secara kultural, masyarakat Tionghoa di Indonesia
secara tegas teridentifikasi sebagai kelompok masyarakat non pribumi yang terpisah
dari masyarakat asli Indonesia walaupun dalam diri mereka melekat identitas
kesukuan Indonesia seperti Jawa (Cina jawa), Batak (Cina Batak), Manado (Cina
manado), Betawi (Cina Benteng), dan lain lain, identifikasi tersebut tidak hanya
diberikan oleh orang diluar Tionghoa tetapi dilekatkan pula oleh komunitas mereka
sendiri berdasarkan struktur silsilah etnis mereka secara genetik dan budaya nenek
moyang.
Politik identitas dikalangan orang Tionghoa bisa dengan sangat mudah
tampak pada streotip yang ditunjukkan dan menjadi asumsi umum misalnya
kebiasaan orang Tionghoa yang hidup berkelompok di wilayah tertentu24 (disebut
pecinan), perayaan tradisi yang dilakukan secara bersamaan seperti Imlek dan Cap
Go Meh, namun demikian, Castells juga menegaskan bahwa: “Identities can also be
originated from dominant institutions, they become identities only when and if social
actors internalize them and construct their meaning around this
internalization”25Castells mengemukakan bahwa identitas tidak hanya tentang
bagaimana individu mengidentifikasi dirinya sendiri, tetapi juga bagaimana
kelompok dominan memberikan klaim dan menginternalisasi seseorang atau
kelompok tertentu yang dilekatkan pada ciri-ciri dan streotif yang dilekatkan pada
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar