Konflik
sendiri secara umum didefinisikan sebagai situasi dimana dua atau lebih aktor
berjuang untuk mendapatkan sumber langka dalam waktu yang sama,7 atau
setidaknya aktor-aktor tersebut mempunyai posisi yang dipersepsikan dan diyakini
berlawanan dalam satu waktu yang sama. [1]
Terdapat
beberapa model analisis konflik yang sering digunakan, diantaranya Lingkaran
Konflik (conflict wheel), Pohon
Konflik (Conflict Tree), Pemetaan
Konflik (Conflict Mapping), Model Eskalasi
Glasl (Glasl Escalation Model),
Analisa Perspektif Konflik (Conflict
Perspective Analysis), Pemetaan Kebutuhan-Ketakutan (Needs-Fears Mapping), Model Peran Multi-Kausal (Multi-Causal Role Model).[2]
Dalam penelitian ini, model analisis konflik
yang digunakan adalah model Kerangka Titian Damai karena cukup sederhana tetapi
komprehensif. Model ini dikenal dengan istilah Kerangka Titian Damai (Titian
Damai Framework), yang menganalisis berbagai elemen konflik.[3]
Pertama, analisis terhadap proses
konflik yang terdiri atas eskalasi dan deeskalasi. Eskalasi adalah proses
peningkatan level konflik, sementara deeskalasi adalah proses penurunan level
konflik. Proses ini dapat dilihat melalui penggambaran kronologi konflik. Dalam
penerapan analisis ini dapat dilihat dari dinamika konflik di Kalbar yang telah
terjadi selama bertahun-tahun. Hal ini penting untuk melihat bagaiamana proses
eskalasi dan deeskalasi terjadi sehingga memungkinkan adanya identifikasi yang
tepat. Kedua, analisis terhadap isu konflik, yaitu faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya konflik yang terdiri atas faktor struktural,
akselerator, dan pemicu yang dianalogikan sebagai rumput kering, angin, dan
api. Faktor struktural, yang diibaratkan rumput kering, meliputi hal-hal
mendasar yang menyebabkan konflik terjadi seperti kesenjangan ekonomi dan
sosial yang terjadi dan sudah berlangsung lama. Faktor akselerator, diibaratkan
dengan angin kencang, merupakan faktor yang membuat konflik bisa menjadi
semakin besar. Faktor pemicu, yang diibaratkan sebagai api, merupakan faktor
yang memicu konflik terjadi (membakar rumput kering). Apabila diterapkan dalam
kajian dapat dilihat dari sumber penyebab munculnya konflik di Kalbar. Pada
kurun waktu yang terjadi maka dapat diketahui sumber konflik apakah terjadi
karena faktor yang sama atau berbeda sehingga memberikan gambaran lengkap
mengenai penyebab konflik yang terjadi di Kalbar itu sendiri. Ketiga, Kerangka Titian Perdamaian juga
menganalisis aktor konflik yang terdiri atas provokator/securitizing,
fungsional, dan kelompok rentan (vulnerable groups), serta para pemangku
kepentingan. Aktor sekuritisasi adalah para pihak yang bereaksi abnormal karena
kepentingannya terancam (provokator). Aktor fungsional adalah pihak yang dapat
diberdayakan/diajak untuk menyelesaikan konflik. Terakhir, kelompok rentan
adalah kelompok yang mudah digerakkan oleh aktor sekuritisasi/provokator. Dengan demikian apabila diterapkan pada kajian
konflik Kalbar dapat dilihat dari actor yang terlibat baik dari actor yang provokator/securitizing,
fungsional, dan kelompok rentan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar